Dimas Seorang pekerja supir truk yang gak sengaja menabrak pekerja kantoran, tapi anehnya pandanganya gelap dan dia muncul didunia lain.
Sistem dewa naga terkuat menemani perjalananya menuju puncak kekuatan, dengan berbagai misinya Dimas mendapatkan berbagai harta yang sangat kuat.
Bagaimana perjalanan Dimas, Ikuti kisah keseruanya.
Gas... gua bakal up tiap hari sesuai mood, mungkin 2 chapter sampai 5 chapter perhari, kalau lagi mood bisa lebih.
Maaf jika ada kesalahan pada cerita, karena author hanya manusia, bukan nabi Boy.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Rumah pena, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Chapter 22 - Formasi
Setelah berhasil mengalahkan suku barbar yang mencoba menghadang mereka, Dimas, Alexa, Ling Yuan, dan Dong San kembali melanjutkan perjalanan mereka. Udara masih terasa dingin, angin berhembus pelan membawa aroma tanah yang lembab, seolah mengingatkan mereka bahwa reruntuhan ini masih menyimpan banyak rahasia yang belum terungkap.
Mereka berjalan sambil berbincang dan bercanda, mencoba mengalihkan pikiran dari pertempuran sebelumnya. Dong San, yang masih terkesan dengan teknik bertarung Dimas, tidak henti-hentinya membicarakan bagaimana Dimas mengalahkan musuh dengan begitu mudah. Alexa sesekali menggoda Ling Yuan, sementara Ling Yuan hanya tersenyum kecil tanpa banyak bicara.
Namun, Dimas tetap fokus. Meskipun ia ikut mendengarkan obrolan mereka, pikirannya masih dipenuhi oleh satu hal: peti mati makhluk terakhir.
Sistem telah memberikan tugas kepadanya, dan ia tahu bahwa setiap langkah yang ia ambil di reruntuhan ini mungkin akan membawanya lebih dekat pada penyelesaian misinya.
Mereka terus berjalan melewati puing-puing bangunan kuno yang roboh, pepohonan tua yang melilit reruntuhan, serta patung-patung batu yang mulai terkikis oleh waktu. Suasana di tempat itu begitu sunyi, hanya terdengar suara langkah kaki mereka yang bergema di antara dinding reruntuhan yang menjulang tinggi.
Namun, setelah beberapa waktu berjalan, sesuatu menarik perhatian mereka.
Di kejauhan, di tengah sebuah area yang agak terbuka, terdapat sebuah rumah tua yang tampak rapuh.
Rumah itu terlihat seperti bisa runtuh kapan saja. Dindingnya penuh dengan lumut, atapnya sudah berlubang di sana-sini, dan pintunya tampak reyot. Tetapi, bukan itu yang menarik perhatian mereka.
Di depan rumah tua itu, terdapat seorang pria.
Pria itu tampak sendirian, berdiri di dekat bangunan itu dengan ekspresi serius.
Ia sibuk mengotak-atik sesuatu di tanah, alisnya berkerut, dan sesekali ia bergumam pelan seolah tengah berpikir keras.
Dimas memperhatikan pria itu dengan seksama.
Wajah pria itu terasa asing baginya, tetapi Dimas tahu bahwa ia pernah melihat pria itu sebelumnya.
“Bukankah dia orang yang pertama kali masuk ke reruntuhan ini?” pikir Dimas.
Sejak mereka masuk ke dalam portal reruntuhan kuno, banyak orang yang terpencar ke berbagai arah. Namun, pria ini adalah salah satu yang pertama kali menerobos masuk.
Apa yang sedang dia lakukan di sini?
---
Dimas dan rombongannya berhenti beberapa meter dari pria itu, mengamati dari kejauhan.
Mereka tidak langsung mendekat.
Alexa menatap pria itu dengan penuh selidik.
"Siapa dia?" tanyanya.
"Aku tidak tahu," jawab Dimas tanpa mengalihkan pandangannya. "Tapi aku ingat dia adalah salah satu orang pertama yang masuk ke reruntuhan ini."
"Kalau begitu, mungkin dia tahu sesuatu," kata Ling Yuan pelan.
Mereka terus memperhatikan pria itu, yang tampaknya tidak menyadari keberadaan mereka. Namun, setelah beberapa saat, mungkin karena merasakan tatapan yang mengarah padanya, pria itu menoleh.
Matanya bertemu dengan mata Dimas.
Namun, ia tidak bereaksi.
Pria itu hanya melihat sekilas ke arah mereka, lalu kembali sibuk dengan apa yang sedang ia kerjakan.
Dimas mengernyit.
"Apa yang dia lakukan?" gumamnya.
Perlahan, Dimas melangkah mendekat.
Saat jaraknya semakin dekat, ia mulai bisa melihat dengan lebih jelas apa yang sedang dikerjakan pria itu.
Di hadapan pria itu, terdapat sebuah pola aneh di tanah.
Sebuah formasi.
Formasi itu dipenuhi garis-garis samar yang bersinar redup, seolah ada energi yang mengalir di dalamnya. Dimas tidak mengerti sepenuhnya bagaimana formasi ini bekerja, tetapi ia bisa merasakan sesuatu yang aneh dari pola itu.
Yang lebih menarik perhatian Dimas adalah ekspresi pria itu.
Ia tampak frustrasi.
Dimas bisa melihat bagaimana pria itu berulang kali mencoba sesuatu, tetapi setiap kali ia menyentuh formasi, tidak ada perubahan.
---
Dimas semakin penasaran.
Ia melangkah lebih dekat dan bertanya dengan nada santai.
"Apa yang kau lakukan?"
Namun, pria itu tidak menjawab.
Dimas menunggu beberapa detik, tetapi pria itu tetap mengabaikannya.
Alexa dan yang lainnya, yang berdiri tidak jauh di belakang Dimas, saling bertukar pandangan. Dong San tampak tidak nyaman dengan sikap pria itu.
"Kurasa dia tidak ingin diganggu," gumam Dong San.
Namun, Dimas tidak menyerah begitu saja.
"Sistem," panggilnya dalam hati. "Apa yang sedang dia lakukan?"
Jawaban sistem datang beberapa detik kemudian:
[Sistem tidak dapat memberikan informasi tentang formasi ini.]
Dimas mengerutkan kening.
Sistem selalu memberikan informasi jika sesuatu tidak terlalu penting. Tetapi kali ini, sistem menolak untuk memberikan jawaban.
Itu hanya bisa berarti satu hal.
Formasi ini memiliki kaitan dengan sesuatu yang sangat penting.
Mungkin...
Ini ada hubungannya dengan peti mati makhluk terakhir!
Dengan pemikiran itu, Dimas memutuskan untuk bertindak.
Ia menepuk pundak pria itu.
"Hei."
Namun, yang terjadi selanjutnya membuat Dimas semakin kesal.
Pria itu menepis tangannya dengan kasar dan tetap fokus pada formasinya, seolah Dimas sama sekali tidak ada di sana.
Dimas mengerutkan dahi.
Sikap pria itu membuatnya kesal.
Jika pria itu tidak mau bekerja sama dengan baik, maka ia akan menunjukkan siapa yang lebih kuat.
Tanpa ragu, Dimas melepaskan auranya.
---
"BOOM!"
Dalam sekejap, tekanan luar biasa langsung memenuhi udara.
Tanah bergetar.
Angin berdesir kencang.
Pria itu, yang sebelumnya tidak peduli, tiba-tiba membeku.
Tubuhnya terasa berat.
Sangat berat.
Seolah ada gunung yang menindihnya dari segala arah.
Ia tertunduk, rahangnya mengeras, dan tangannya mengepal kuat.
Matanya yang sebelumnya acuh tak acuh, kini menatap Dimas dengan keterkejutan.
"Bagaimana mungkin…?"
---
Pria itu akhirnya menyerah.
Ia menghela napas panjang dan berkata dengan suara sedikit goyah,
"Baiklah. Aku akan menjelaskan."
Pria itu lalu mulai memandu Dimas dalam memahami formasi ini.
Dengan bimbingannya, Dimas mulai mengalirkan Qi-nya ke dalam formasi.
Perlahan…
Cahaya keemasan menyelimuti pola di tanah.
Formasi itu mulai retak…
Dan akhirnya…
"CRACK!"
Formasi itu hancur.
Namun, saat formasi lenyap, sesuatu yang aneh terjadi.
Rumah tua itu… menghilang.
Di tempatnya, muncul sebuah tangga yang mengarah ke bawah tanah.
Dimas dan yang lainnya terdiam.
Apa yang baru saja mereka buka?
Dan lebih penting lagi…
Apa yang menunggu mereka di bawah sana?
Tanpa ragu, Dimas melangkah masuk ke dalam kegelapan.
---
BERSAMBUNGGG...