Xavier Zibrano, CEO muda yang selalu di paksa menikah oleh ibunya. Akan tetapi ia selalu menolak karena masih ingin menikmati masa mudanya.
Divana Veronika, gadis cantik yang rela meninggalkan orang tuanya dan lebih memilih kekasihnya.
Namun siapa sangka, kekasih yang ia bela mati-matian justru menghianatinya. Divana memergoki kekasihnya sedang berhubungan intim dengan sahabatnya sendiri di sebuah kamar hotel.
Dengan perasaan hancur, tak sengaja Divana di pertemukan dengan Xavier yang baru saja selesai menghadiri acara gala diner di hotel yang sama.
Divana yang sedang kalut akhirnya menawarkan sejumlah uang kepada Xavier untuk menghabiskan malam bersamanya.
Akankah Xavier menerima penawaran tersebut?
Yuk simak cerita selanjutnya.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon kikoaiko, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
BAB 27
Ceklek....
Xavier membuka pintu ruangannya dan terlihat istri dan kedua anaknya ketiduran dengan posisi yang tak beraturan.
Noah tidur di atas sofa dengan kaki terangkat keatas, Noel tidur di karpet dengan cemilan di tangannya, sementara Divana tidur sambil duduk dibawah dan bersandar pada sofa
Xavier menggelengkan kepalanya melihat posisi tidur mereka, ia juga merasa bersalah karena membuat mereka terlalu lama menunggu.
Dengan langkah hati-hati, Xavier menghampiri mereka agar tidak menimbulkan suara yang bisa membuat tidur mereka terusik.
Dia mengangkat tubuh Noah terlebih dahulu dan memindahkannya ke ruang pribadinya, setelah itu ia menghampiri Noel, di tatapanya sejenak wajah putranya itu.
"Mama cilokna Noel mana" ucap putranya itu dalam keadaan mata yang masih terpejam, sepertinya putranya itu mengigau pikir Xavier.
"Ck, Anak ini selalu saja membuatku gemas, dalam keadaan tidur aja masih memikirkan cilok" lirih Xavier sambil geleng-geleng kepala.
Xavier mengangkat tubuh kecil putranya dan membawanya ke ruang pribadinya. Di baringkannya Noel di sebelah Noah dan di selimutinya tubuh mereka berdua.
Xavier keluar ruangan dan menghampiri istrinya, ia berjongkok di hadapan Divana dan menyingkirkan rambut istrinya yang menutupi wajahnya. Lelaki itu menatap wajah istrinya dengan tatapan yang rumit.
Divana yang merasa di tatap pun akhirnya terbangun, dia merenggangkan ototnya yang terasa pegal. Perempuan itu yang sadar mendapati wajah suaminya ada di hadapannya.
"Vier, kamu sudah kembali" ucap Divana sambil menguap.
Xavier tersenyum lembut. "Maaf, aku sudah membuatmu menunggu lama" ucapnya merasa bersalah.
Divana mengangguk kecil lalu menoleh kesamping mencari kedua putranya.
"Mereka sudah aku pindahkan ke kamar, kamu kalau masih ngantuk bisa lanjut tidur lagi dengan mereka" ucap Xavier mengerti sang istri sedang mencari keberadaan putranya.
"Aku tidak ngantuk, tapi aku lapar" ucap Divana malu-malu.
Xavier terkekeh dan menguyel pipi istrinya gemas, "Ah... Nyonya, kau membuatku gemas" ucap Xavier.
"Sakit Vier" pekik Divana sambil menepis tangan suaminya.
"Mau makan apa hmm" tanya Xavier perhatian sambil mengusap pipi istrinya lembut.
Lagi-lagi suaminya itu memperlakukannya dengan begitu lembut, membuat hati Divana berbunga-bunga di perlakukan seperti itu, akan tapi wanita itu tidak mau berharap terlalu lebih, ia takut akan sakit hati lagi, akhirnya.
Divana berpikir sejenak sambil menaruh jarinya di dagunya. "Eum...Sepertinya sop buntut enak, apalagi dimakan siang hari seperti ini" ucap Divana.
"Boleh, tapi kiss dulu, nanti aku belikan sop buntut untukmu. Kalau tidak mau, aku tidak akan membelikannya" ucap Xavier modus
"Kau sangat perhitungan tuan" ucap Divana mendengus kesal.
"Iya atau tidak sama sekali" ancam Xavier, dan memajukan bibirnya.
Divana diam, menimbang nimbang terlebih dahulu, suaminya ini sangat pintar memanfaatkan situasi. Bukankah memberi makan istri itu sebuah kewajiban lalu kenapa suaminya itu sangat perhitungan sekali pikirnya.
"Kenapa lama sekali, bibirku sudah pegel ini" protes Xavier karena Divana tidak kunjung menciumnya.
"Kamu ini tidak sabaran" kesal Divana.
"Kalau begitu cepat, katanya kamu lapar. kalau lama yang ada kita tidak makan-makan" seru Xavier.
Divana mencebikkan bibirnya kesal, bagaimana pula mau makan aja di suruh cium dulu.
"Tutup mata kamu" perintah Divana.
Dengan patuh Xavier langsung menutup matanya.
Divana menghela nafas dalam dan menghembuskannya keluar. Jujur ingin sekali dia memukul bibir suaminya yang monyong monyong itu.
Perlahan Divana memajukan wajahnya dan menempelkan bibirnya ke bibir suaminya, Xavier yang merasakan itupun tak menyia-nyiakan kesempatan. Ia menahan tengkuk istrinya dan langsung melumat bibirnya.
Divana mencoba memberontak dan minta di lepaskan, tapi Xavier tidak melepaskannya. Setelah puas barulah Xavier melepaskan tautan bibirnya.
"Dasar mesum" gerutu Divana kesal sambil mengusap bibirnya yang basah akibat ulah suaminya. .
Xavier tersenyum jahil sambil menatap wajah kesal istrinya. Istrinya ini sangat polos sekali dan gampang sekali di bodohi, padahal kalaupun menolak juga tidak masalah. Dia tetap akan membelikan makanan permintaan sang istri.
"Karena sudah mendapatkan ciuman, sekarang suami akan membelikan sop buntut untuk istri" ucap Xavier sambil tertawa kecil.
Dia mengambil ponselnya dan menghubungi Reza asistennya.
"Tolong belikan sop buntut dua, dan ayam goreng untuk anak-anak, jangan lupa sekalian sama nasi dan juga minumnya" perintah Xavier dan langsung mengakhiri panggilannya.
Divana merotasi bola matanya malas itu sih bukan dia yang beli, tapi asistennya gerutu Divana dalam hati.
Xavier melangkahkan kakinya ke sofa dan menjatuhkan tubuhnya di sana.
"Nanti setelah makan, ada yang ingin aku bicarakan dengan mu" ucap Xavier sambil memainkan rambut istrinya dari belakang.
"Soal apa" tanya Divana sambil menoleh melihat suaminya.
"Ada banyak hal yang aku ingin ketahui tentang kamu. Terutama keluargamu, sweety." ucap Xavier.
Jantung Divana berdetak lebih kencang, ia menjadi bertanya tanya, apa mungkin suaminya itu sudah tahu tentang identitasnya, tapi dari mana?.
"Apa yang ingin kamu ketahui tentang keluargaku" tanya Divana cemas.
"Nanti kita bahas setelah kita makan saja" ucap Xavier tidak ingin membuat nafsu makan istrinya berubah buruk.
Xavier tidak ingin membuat suasa hati istrinya menjadi buruk, karena hal itu akan berpengaruh pada nafsu makan istrinya.
Selang berapa lama, akhirnya makanan yang di inginkan Divana datang, Reza masuk ke ruangan dengan membawa beberapa kantong kresek makanan.
"Ini tuan makanan yang anda minta" ucap Reza sembari menaruh makana tersebut diatas meja.
"Hmmm"
"Terima kasih pak Reza" ucap Divana ramah.
"Sama-sama nyonya, panggil Reza saja" Reza merasa sungkan dipanggil pak oleh istri bosnya itu.
Divana tersenyum sambil menganggukkan kepalanya. Xavier yang melihatnya pun menatap sebal.Istrinya itu terlalu ramah dengan asistennya itu.
"Sudah sana keluar, kami mau makan" usir Xavier.
"Kalau begitu saya pamit keluar dulu nyonya, saya takut ada yang marah kalau terlalu lama di ruangan ini" sindir Reza dan bergegas pergi dari ruangan itu sebelum ada yang mengamuk.
Divana melirik suaminya dan tertawa kecil.
"Tidak usah tertawa, atau kamu mau aku buat tidak bisa berjalan hmmm" ancam Xavier sambil menatap tajam istrinya.
Divana langsung diam, dia bergidik ngeri membayangkan milik suaminya menggempurnya.
Tanpa banyak bicara, Divana mulai menyantap makanannya, begitu pula dengan Xavier. Mereka memutuskan makan berdua tanpa membangunkan putranya terlebih dahulu. Xavier membiarkan putranya bangun dengan sendirinya.
Setelah menyelesaikan makannya, kini Xavier mengajak istrinya berbicara.
"Divana, boleh aku tahu tentang keluargamu? Aku ingin tahu dimana orang tuamu sekarang, mereka masih hidup atau sudah meninggal?" tanya Divana serius.
Divana memancing istrinya supaya bercerita, meskipun ia sudah mengetahui tentang identitas istrinya, tapi dia ingin dengar langsung dari mulut istrinya, dia juga ingin memastikan bagaimana perasaan Divana terhadap mantan kekasihnya itu.
"Untuk apa kamu tahu tentang orang tuaku" tanya Divana memberanikan diri.
"Aku hanya ingin mengenal siapa mertuaku, dari awal aku menemukan kalian, kamu tidak pernah bercerita tentang keluargamu. Apa karena mereka sudah meninggal hmm" tanya Xavier sambil mengusap pipi istrinya.
Divana menunduk dan menggelengkan kepalanya sebagai jawaban. Orang tuanya masih hidup, hanya saja dia malu menceritakannya. Kalau orang lain tahu, pasti semua orang akan mengatakan dirinya bodoh.
"Kalau mereka belum meninggal, Lalu dimana mereka sekarang" tanya Xavier.
Divana mengangkat wajahnya, bukannya menjawab wanita itu justru meneteskan air matanya.
"Hei, kenapa kamu menangis? Apa kamu merasa tersinggung dengan pertanyaanku?" tanya Xavier khawatir.
Divana kembali menggelengkan kepalanya, dia menangis bukan karena pertanyaan dari suaminya, melainkan karena kebodohannya.
"Orang tuaku masih hidup, tapi aku tidak tahu dia masih mau menerimaku atau tidak. Sebab, aku sudah mengecewakan mereka" ungkap Divana sambil terisak lirih.
"Memangnya apa yang kamu lakukan" Tanya Xavier semakin mengoreknya lebih dalam.
"Aku sudah menentang orang tuaku, aku meninggalkan mereka demi lelaki yang aku cintai, tapi sayangnya laki-laki itu..... " Divana diam tak melanjutkan kata-katanya.
"Tapi sayangnya lelaki itu menghianatimu?" tebak Xavier.
Tangis Divana semakin pecah, bahunya terlihat begetar. Xavier yang melihat hal itu menjadi tidak tega, dia menarik tubuh istrinya dan merengkuhnya. Di biarkan istrinya menangis di pelukannya.
Perasaan Divana campur aduk. Dia merasa menyesal karena sudah memperjuangkan orang yang salah, lelaki itu tega menghianatinya, berselingkuh dengan sahabatnya sendiri. Padahal sudah banyak hal yang Divana korbankan untuk lelaki itu termasuk meninggalkan orang tuanya.
Dulu sempat terbesit di pikiran Divana untuk pulang kerumah orang tuanya, tetapi dia malu. Dia juga takut orang tuanya marah dan tidak mau menerimanya lagi.
Apalagi kalau orang tuanya tahu kalau selama ini dia hamil di luar nikah, pasti semakin membuat orang tuanya itu kecewa dengannya.
Xavier mengurai pelukannya dan menangkup wajah sembab istrinya. "Kamu ingin pulang hmm" tanya Xavier sambil mengusap air nata istrinya.
"Aku tidak berani" Jawab Divana.
Wanita itu takut akan pemikirannya sendiri, padahal selama ini keluarganya elah mencarinya.
"Aku akan menemanimu" ucap Xavier.
Trus ada lagi yang harusnya putranya jadi putrinya,,, 😁😁
semoga sampai lahir ngidamnya 🤭🤭