NovelToon NovelToon
Loka Pralaya: The Begining

Loka Pralaya: The Begining

Status: sedang berlangsung
Genre:Matabatin / Dunia Lain / Perperangan / Pusaka Ajaib
Popularitas:2k
Nilai: 5
Nama Author: Margiyono

Dunia ini bernama Loka Pralaya, satu dunia di antara banyak dunia lain di alam semesta ini, sebuah tempat penuh misteri. Di tempat ini, desiran anginnya adalah nafas yang memberi kehidupan bagi penghuninya. Energinya berasal dari beragam emosi dan perasaan segenap makhluk yang ada di dalamnya. Keharmonisan yang mengikat alam ini, mengabadikan keberadaanya di antara banyak dunia lain di alam semesta. Senyum ramah adalah energi yang membangun, menumbuhkan benih-benih yang di tanam di tanahnya, kebaikan kecil yang dilakukan akan memberi dampak besar bagi kelangsungan dunia ini. Pepohonannya adalah mata dan telinga bagi segala peristiwa yang berlangsung di dalamnya. Batu-batu yang berserakan di pantai, menjadi penyimpan memori abadi bagi kejadian-kejadian penting yang terjadi

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Margiyono, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Misi Siap Dilaksanakan

Lima Bakumbai masih menyilangkan kedua tangan di dadanya, Sedangkan Arya dan Sophia masih dengan tenang menunggu penjelasan yang akan diberikan oleh Rajo. Mereka nampak saling pandang ketika Rajo menjelaskan bahwa batu Kalabbi itu tidak menemukan adanya energi Tana’ Bulan di area terdekat.

Namun dengan yakin, Rajo kembali meneruskan ucapannya.

“Iya, batu itu tidak menemukan adanya, energi Tana’ Bulan di dekat area ini.”

Sophia dan Arya yang ditunjuk menjalankan misi itu, merasa bahwa mereka berdualah yang bertanggung jawab atas alat itu.

“Lalu, apa yang mesti kami lakukan Tuan Rajo?” tanya Arka, sedangkan Sophia yang berdiri di sampingnya juga nampak mempunyai pertanyaan yang sama, sorot matanya tajam menatap ke arah Rajo.

“Jangan khawatir, Arya, Sophia.” Kata Panalung Tikan menyela pembicaraan mereka.

Melihat Panalung Tikan akan meneruskan ucapannya, Rajo nampak melangkah mundur ke belakang, ia memberikan ruang kepada atasannya itu.

“Kami jamin alat ini akan bekerja dengan baik,” katanya, kemudian ia menoleh kepada Mapasomba, memberi isyarat untuk meneruskan ucapan Rajo.

“Iya, benar apa yang dikatakan oleh Tuan Panalung,” kata Mapasomba.

“Memang alat ini tidak bisa mendeteksi keberadaan energi Tana’ Bulan di sini, tapi itu tidak berarti alat ini tidak berfungsi.”

Mapasomba kemudian berjalan ke arah deretan meja yang berada di sudut ruangan itu, di sana ia terdapat beberapa mangkuk kecil yang berisi beraneka macam serbuk, kemudian ia mengambil salah satunya. Arya dan Sophia dapat melihat jelas, ketika Mapasomba memutuskan untuk membawa mangkus yang berisi serbuk berwarna kuning keemasan dan mengeluarkan cahaya.

Setelah mengambil mangkuk itu, Mapasomba kemudian berjalan kembali ke arah mereka.

“Ini adalah serbuk daun Meditrana.” Katanya.

Arya dan Sophia melongok ke arah mangkuk itu, nampaknya mereka sudah dapat mengenali bentuk dan aroma dedaunan itu.

“Hmm... iya, benar, ini serbuk Meditrana.” Kata Arman sambil menoleh ke arah Sophia.

Mereka saling bertukar pandang sejenak, kemudian Arya menatap Mapasomba seperti ingin mendengarkan penjelasan lebih lanjut.

Setelah itu, Mapasomba berjalan ke arah meja yang ada di ruangan itu, kemudian ia meletakkan manguk kecil itu di atasnya.

“Nona Sophia, tolong berikan batu Kalabbi itu.” pinta Mapasomba.

Sophia segera memberikan batu Kalabbi yang tadi sudah dimasukkan ke dalam jubahnya, dan tiba-tiba saja batu yang semula berwarna putih itu seketika berubah warna menjadi kuning keemasan. Hal ini membuat Arya dan Sophia terkejut, terutama Sophia, karena ia merasa tidak melakukan apa-apa, hanya memegangnya dan mengeluarkannya saja, tanpa mengangkatnya ke atas seperti saat tadi.

Dengan masih memendam pertanyaan di dalam hatinya, Sophia memberikan batu Kalabbi itu kepada Mapasomba. Setelah diterimanya batu itu dari Sophia, kemudian Mapasomba metelakkan batu itu tepat di atas mangkuk kecil yang berisi serbuk daun Meditrana itu.

Lempengan batu Kalabbi, demi sudah berada tepat di atas mengkuk itu menunjukkan reaksi yang luar biasa, warna kuning keemasan yang tadinya hanya bercahaya redup, kini nampak memancar cemerlang, Sophia dan Arya tidak dapat menutupi rasa kagumnya, mulut mereka terbuka seakan ingin mengatakan sesuatu yang tak terucap, demikian pula dengan Lima Bakumbai, matanya melotot dan berbinar senang karena akhirnya ia bisa melihat reaksi yang cukup memuaskannya.

Dengan antusias, Lima Bakumbai mendekat ke arah batu Kalabbi, ingin melihatnya lebih jelas, kemudian ia mundur dan kembali berdiri seperti posisinya semula, kepalanya nampak mengangguk-angguk puas.

“Hmmm.... batu ini luar biasa, Tuan Panalung!”

katanya setelah ia berdiri di dekat Panalung Tikan. Mendengar ucapan Jenderalnya itu, Panalung Tikan hanya tersenyum dan mengangguk pertanda mengiyakan, namun ia hanya diam dan melirik ke arah Mapasomba.

Melihat isyarat yang diberikan oleh atasannya, Mapasomba kembali melanjutkan ucapanya,

“Tuan-tuan,” kata Mapasomba kepada tamunya yang hadir di situ.

“Mangkuk ini telah kami isi dengan serbuk daun Meditrana, namun energinya sudah kami lipat gandakan menjadi sepuluh kalinya.”

Arya dan Sophia yang berdiri di dekat meja itu, nampak antusias untuk mendengarkan penjelasan Mapasomba.

“Dan seperti yang kita lihat bersama, batu ini langsung bereaksi tanpa harus di angkat ke atas,” kata Mapasomba sambil menatap ke arah Sophia, wanita itu hanya menganggukkan kepalanya.

“Tapi mengapa batu ini tidak bereaksi seperti itu, Tuan?” tanya Sophia, “bukankah mangkuk itu tidak berada jauh dari sini, ?”

Mapasomba paham atas pertanyaan Sophia itu,

“Benar, Nona Sophia,” jawab Mapasomba,

“energi serbuk ini sudah kami lipat gandakan sepuluh kali,”ia berhenti sejenak,

“namun tetap saja tidak sekuat energi aslinya, itulah sebabnya mengapa ia tidak membuat batu Kalabbi bereaksi saat diangkat olehmu, energinya masih terlalu jauh untuk dapat ditangkap oleh alat ini,”

Mapasomba kembali terdiam sejenak, namun tatapan matanya masih menyiratkan rasa optimis. Ia melajutkan,

“namun saat batu ini diletakkan di atasnya, hal itu akan berbeda hasilnya.” Pungkasnya.

Mendengar jawaban dari Mapasomba, baik Arya maupun Sophia nampak mengerutkan dahinya, mereka tidak merasa puas.

“Maaf Tuan Mapasomba,” kata Arya,

“apakah itu berarti kami harus mencari satu-persatu orang yang memiliki energi Tana’ Bulan itu?, ... baru kemudian kami dekatkan dengan batu ini untuk mengetahui apakah ada energi itu di dalamnya atau tidak?”

Mapasomba hanya tersenyum mendengar pertanyaan seperti itu dari Arya, dan nampaknya ia memahami kebingungan dari mata-mata itu.

“Oh ... tidak begitu tuan Arya,” jawab Mapasomba,

“energi yang bersumber langsung dari Tana’ Bulan itu memiliki kekuatan seribu kali lipat dari yang ada di dalam mangkuk ini.” Katanya sambil tersenyum. Ia kembali melanjutkan ucapannya,

“dan batu ini akan mampu merasakan energi itu dari jarak yang cukup jauh, sekitar setengah hari perjalanan bahkan, ia sudah mampu merasakan getarannya.

“Nona Sophia,” kata Mapasomba di sela-sela presentasinya, ia memberi isyarat agar Sophia maju lebih dekat ke arah meja. Dengan sigap, Sophia segera menuruti ucapan Mapasomba.

“Tolong letakkan tanganmu di atas batu ini.” Pinta Mapasomba.

Sophia kemudian meletakkan tangannya di atas batu Kalabbi yang masih berada di atas mangkuk kecil itu. Matanya terpejam seperti ingin memusatkan perhatian, ia merasakan sesuatu.

“Apa yang anda rasakan?” tanya Mapasomba.

Dengan mata yang masih terpejam, Sophia menjawab bahwa ia merasakan ada getaran halus yang dihasilkan oleh batu itu.

Mendengar jawaban dari Sophia, Mapasomba nampak menarik napasnya dalam-dalam.

“Begitulah nanti yang akan Anda rasakan saat mengetahui adanya energi itu di dekat Anda,” ia melanjutkan ucapannya,

“nantinya, saat kalian mulai mendekati area di mana energi itu berasal, yang pertama Anda rasakan adalah getaran batu ini, semakin mendekat dengan sumber energi itu, maka semakin keras juga getarannya.” Pungkas Mapasomba mengakhiri presentasinya.

Semua tamu yang hadir – Lima Bakumbai, Arya dan Sophia nampak puas dengan jawaban Mapasomba. Terutama Arya dan Sophia yang akan menjalankan misi itu, mereka sudah lega karena keberadaan batu itu tentunya akan sangat membantu mereka dalam menjalankan misinya.

1
liynne~
semangat, and done ya/Chuckle/
Dewi Ular🐍💆🏻‍♀️
Prita? Nama yang indah/Drool/
Margiyono: he.he.. trmksh kak.. padahal aslinya itu polypropilen.. loka pralaya itu asli ada di dunia nyata.. cuma seting karakter dan tokohnya saja.. alurnya sama dg yg di dunia nyata
total 1 replies
Andressa Maximillian
plis
Andressa Maximillian
menurutku ceritanya bagus, dunia yang dibangun penuh misteri dan kejutan
Margiyono: terimakasih
total 1 replies
Andressa Maximillian
wah.. seru nih. ditunggu kelanjutannya
Margiyono
siap, terimaksih...
Margiyono
oke
Andressa Maximillian
lanjut
Andressa Maximillian: semangat
total 1 replies
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!