Ijab qabul yang diucapkan calon suaminya, seketika terhenti saat dirinya pingsan. Pernikahan yang diimpikan, musnah saat dirinya dinyatakan hamil. Terusir, sedih, sepi, merana dan sendirian. Itulah yang dirasakan oleh Safira saat ini.
Dalam keputusasaan yang hampir merenggut nyawanya, Safira dipertemukan dengan sosok malaikat dalam wujud seorang pria paruh baya. Kelahiran anak yang tidak diharapkan, justru membuat kehidupan Safira berubah drastis. Setelah menghilang hampir 6 tahun, Safira beserta sepasang anak kembarnya kembali untuk membalas orang-orang yang telah membuatnya menderita.
Satu per satu, misteri di balik kehamilan dan penderitaan Safira mulai terkuak. Lalu, siapakah ayah dari si kembar jenius buah hati Safira?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Restviani, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Rana dan Lara Alfarizi
Setelah sambungan teleponnya terputus, Kenzo kemudian menyimpan ponselnya di atas meja. Pria bermata biru itu memejamkan mata. Bayangan masa kecilnya bersama Nanny, mulai menari dalam benaknya.
Nanny adalah ibu kedua bagi Kenzo. Semenjak lahir, Kenzo tidak pernah mengenal sosok ayah. Sedangkan ibunya sibuk bekerja untuk memenuhi kebutuhan mereka.
Kenzo kecil tumbuh bersama pengasuhnya yang sangat telaten dalam merawatnya. Hubungan batin mereka pun begitu dekat. Bahkan melebihi hubungan batin Kenzo dan ibu kandungnya. Hingga setahun yang lalu, Nanny memutuskan untuk pulang ke negaranya karena harus mengurus sang ibu yang tengah sakit keras.
🌷🌷🌷
Hari demi hari terus berganti. Kini, tidak ada lagi tetangga yang usil hanya karena merasa penasaran dengan sosok ayah si kembar. Semenjak kejadian tempo hari, para tetangga pun percaya jika Safira memang tidak hamil di luar nikah.
Di luar rumah, semuanya tampak baik-baik saja. Mereka terlihat seperti keluarga yang begitu bahagia atas kehadiran anak kembar di rumah sederhana ini. Namun, tidak ada yang tahu bagaimana sikap Safira terhadap kedua anaknya.
Sampai detik ini Safira masih belum mau menyentuh anak kembarnya. Terkadang, perempuan itu hanya menutup telinga jika mendengar anak-anaknya menangis. Meskipun Pak Hadi merasa kesal dengan ulah Safira. Namun, dia tidak bisa memaksanya. Pak Hadi tahu jika Safira telah begitu banyak mengalami penderitaan dengan kehamilan yang tak pernah diketahui bagaimana asal usulnya.
Untunglah ada Bik Cucum yang selalu membantu Pak Hadi dalam mengurus kedua cucu angkatnya. Bik Cucum yang sedari awal memang mengetahui latar belakang Safira, selalu merasa geram jika ada orang yang menjelekkan Safira. Jika hal itu terjadi, Bik Cucum tidak akan segan-segan membalikkan perkataan mulut usil para tetangga yang selalu menanyakan suami Safira.
🌷🌷🌷
Di suatu senja, ketika Bik Cucum selesai memandikan si kembar, Bik Cucum memulai perbincangan dengan majikannya.
“Pak, apa kita tidak akan mengadakan upacara Walimatul Tasmiyah dan Aqiqah untuk si kembar?” tanya Bik Cucum.
Setiap sore hari, Bik Cucum memang selalu datang ke rumah Pak Hadi. Dia bertugas untuk memandikan si kembar. Saat dia sedang memakaikan baju anak asuhnya, tiba-tiba Pak Hadi menghampiri untuk menyapa cucunya.
“Entahlah, Cum. Sebenarnya saya ingin mengadakan acara tersebut. Apalagi, si kembar belum mempunyai nama. Tapi jujur saja, saya takut menyinggung perasaan Safira. Kamu sendiri tahu jika Safira sangat enggan sekali mengetahui perkembangan kedua anaknya," urai Pak Hadi terlihat bersedih.
“Bapak benar. Tapi masak iya, kita harus terus memanggilnya si kembar, Pak. Kan kasihan mereka, Pak. Mereka berhak memiliki sebuah nama yang baik. Bukankah nama itu merupakan do’a dari orang tua untuk anaknya?” lanjut Bik Cucum memberikan pendapatnya.
Pak hadi tersenyum seraya menggendong bayi laki-laki yang sudah memakai piyama.
“Kamu benar, Cum. Tapi hanya ibunya yang berhak memberikan nama kepada mereka. Kita tidak bisa melangkahi Safira begitu saja. Nanti dia akan kecewa terhadap kita. Emh, sebaiknya kita tunggu saja. Semoga pintu hati Safira terbuka dan mau menerima kedua anak ini. Setidaknya, dia mau memberikan nama untuk kedua anak ini," tutur Pak Hadi sembari mencium pipi gembul anak laki-laki tersebut.
Tanpa mereka sadari, Safira menguping pembicaraan mereka dari balik pintu kamar yang tengah terbuka lebar. Hati Safira terasa sakit mendengar apa yang tengah mereka bicarakan.
Sebenarnya, Safira bukan tidak menyayangi kedua malaikat miliknya. Namun, setiap kali dia melihat bayi itu. Safira teringat akan masa yang telah menghinakannya.
Safira menengadahkan wajah. Menahan air matanya agar tidak jatuh. Setelah itu, dia memasuki kamar dan mendekati kedua orang yang tengah bercakap-cakap itu.
“Berikan nama Rana dan Lara untuk mereka!” kata Safira dingin seraya meletakkan cangkir kopi milik ayah angkatnya di atas nakas.
“Fira!” seru Pak Hadi, terkejut. “Tak adakah nama yang lebih baik dari kedua nama itu?” lanjutnya yang merasa aneh dengan kedua nama yang diberikan putri angkatnya.
“Tak apa, Pak. Mereka terlahir dari rahim seorang wanita yang merana dan dipenuhi duka lara. Fira hanya berharap, kedua nama itu akan berbanding terbalik dengan nasibnya kelak. Dengan nama itu, mereka akan selalu mengingat apa akibat dari sebuah kesalahan," lanjut Safira masih berkata dengan nada yang sangat datar.
Pak Hadi dan Bik Cucum hanya mampu menghela napas.
🌷🌷🌷
Beberapa hari kemudian. Pak Hadi mengadakan upacara Walimatul Tasmiyah dan Aqiqah untuk si kembar. Acara itu dihadiri oleh para tetangga terdekat Pak Hadi. Tak lupa, Pak Hadi juga mengundang seorang ustadz untuk mengadakan tausiyah. Pak Hadi sengaja meminta ustadz itu untuk memberikan ceramah keagamaan tentang anak adalah titipan Sang Maha Kuasa.
Setelah ceramah usai, acara dilanjutkan dengan acara Marhaban bayi. Yaitu, tradisi mencukur sedikit rambut bayi. Dalam acara tersebut, Pak Hadi menyematkan nama keluarganya di belakang nama bayi kembar Safira.
“Rana Alfarizi dan Lara Alfarizi. Semoga kelak kalian bisa membahagiakan ibumu,” gumam Pak Hadi seraya memotong sedikit rambut kedua bayi Safira. Sesaat setelah, Pak Hadi mengecup kening cucu kembarnya.
🌷🌷🌷
Waktu terus berlalu. Tanpa terasa, si kembar Rana dan Lara tumbuh begitu cepatnya. Di usianya yang masih setahun, mereka sudah mulai menguasai kosa kata dengan sempurna. Bahkan Bik Cucum sang ibu asuh, selalu merasa kewalahan jika si bawel Lara sering bertanya ini dan itu.
Menurut bidan yang pernah menangani kelahiran si kembar. Rana dan Lara termasuk kembar fraternal. Mereka tumbuh dari dua sel telur yang dibuahi oleh dua ******, karena itu mereka memiliki ciri fisik yang berbeda juga. Hanya warna mata dan bentuk bibirnya saja yang sama. Yaitu sama-sama berwarna kebiruan dan memiliki bentuk bibir yang sangat tipis. Mereka memilki warna rambut yang berbeda. Rana memiliki warna rambut kecoklatan, sedangkan Lara berambut pirang.
Sifat mereka pun sangat berbanding terbalik. Rana tumbuh menjadi seorang anak lelaki yang dingin, cuek dan tak pernah banyak ulah. Berbeda dengan adiknya yang sangat cerewet dan selalu ingin tahu tentang banyak hal.
Pak Hadi yang kini telah merubah panggilannya dengan sebutan Opa Hadi, merasa sangat bahagia dengan kehadiran dua malaikat kecil itu. Kesepian yang sudah dijalaninya selama 25 tahun, seakan sirna melihat celotehan kedua cucunya.