Yunan dilahirkan dari seorang wanita miskin. Ia dibesarkan dengan penuh kasih sayang. Namun, keadaan yang serba kekurangan tak mampu membuatnya bahagia. Diusianya yang sudah menginjak dewasa, Yunan merantau ke kota. Ia bekerja sebagai asisten dari gadis cantik yang bernama Casandra.
Siang malam ia selalu mendampingi wanita itu hingga kesalah pahaman terjadi. Mereka dinikahkan karena dianggap melakukan asusila. Casandra pun terpaksa menerima pernikahan itu. Meski tidak ada cinta ia tak bisa menghindar.
Yunan tinggal di rumah mertuanya karena mereka tak memiliki tempat tinggal. Ia diperlakukan layaknya seorang pelayan. Pun istrinya yang tak mencintainya juga ikut menyudutkan dan menyalahkan kehadirannya. Meski begitu, Yunan tak ambil pusing karena ia sangat mencintai Casandra.
Hingga suatu saat, seseorang datang dan mengatakan bahwa Yunan adalah putra dari keluarga ternama di belahan dunia.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Nadziroh, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Permintaan Margareth
Hampir tiga puluh menit menunggu, akhirnya dokter yang memeriksa Cassandra keluar dari ruang UGD. Yunan bergegas menghampirinya menanyakan keadaan sang istri.
''Tidak usah khawatir, Tuan. Pasien baik-baik saja, lukanya pun tidak terlalu dalam, hanya butuh istirahat. Besok juga bisa dibawa pulang,'' ucap dokter menjelaskan.
Yunan bernapas lega dan mengucapkan terima kasih. Tidak ada yang perlu ditakutkan lagi. ''Apa saya boleh masuk, Dok?'' Yunan menoleh ke arah sang istri yang sudah sadarkan diri.
''Silakan, sepertinya pasien memang membutuhkan, Anda.'' Dokter mempersilahkan Yunan masuk lalu pergi. Memberi kesempatan mereka untuk bicara berdua.
Melangkah pelan menghampiri brankar. Menarik kursi lalu duduk di sampingnya. Tangannya mengulur, meraih jemari Cassandra yang dihiasi dengan jarum infus. Meski sudah baik-baik saja, tetap sedikit cemas melihat kondisinya yang masih lemah.
''Aku minta maaf atas kejadian tadi,'' ucap Yunan lirih.
Cassandra memalingkan pandangannya ke arah lain. Menarik tangannya dari genggaman Yunan dan menyembunyikannya di balik selimut. Enggan berbicara dengan pria yang tampaknya merasa bersalah dengan kejadian ini. Tentu saja, ia menganggap semua itu kesalahan dari Yunan.
''Permisi,'' sapa suster memecahkan keheningan sesaat.
Wanita yang memakai seragam khas rumah sakit itu masuk dan meletakkan makanan di atas meja. Menyuruh Cassandra untuk segera makan dan minum obat, setelah itu keluar lagi. Kini di ruangan itu hanya ada sepasang suami istri yang saling diam seribu bahasa.
''Kamu makan dulu ya, aku suapi.'' Yunan mengambil semangkuk bubur pemberian suster dan beralih berdiri di samping kanan. Di mana Cassandra menghadap.
''Gak mau, aku gak lapar,'' jawab Cassandra ketus. Membungkam mulutnya dengan satu telapak tangan.
''Kamu gak mau cepat sembuh? Bukannya akhir-akhir ini banyak proyek?'' Yunan mengingatkan.
Tidak ada jawaban, Cassandra memilih memejamkan mata. Tubuhnya masih terlalu sakit untuk digerakkan. Ia juga malas bicara dan memikirkan apapun. Hatinya sakit mengingat bentakan Yunan tadi.
Pintu dibuka dari luar membuat Yunan dan Cassandra menoleh. Ternyata Margareth yang datang. Wanita tua yang terlihat anggun dengan outfit serba mewahnya itu berjalan gontai menghampiri sang putri yang terbaring lemah di atas ranjang. Menatap Yunan dengan tatapan tajam, menunjukkan kemarahan yang amat besar.
"Dasar gak berguna! Pergi jauh dari kehidupan anakku. Dia terlalu berharga dan tidak pantas dengan laki-laki pengangguran sepertimu," hardik Margareth dengan suara lantang.
''Kalau tahu seperti ini, aku gak akan biarin Cassandra pergi dengan kamu.'' Menunjuk Yunan yang tetap berdiri di tempat.
Menyadari bahwa kejadian yang menimpa sang istri memang kesalahannya. Seandainya ia bisa menahan emosi dan tidak mengeluarkan suara, mungkin Cassandra tidak akan pergi seorang diri. Hanya saja, ia tak bisa diam jika menyangkut ibunya.
''Sudah, Bu. Ini rumah sakit, gak enak didengar orang,'' tegur Cassandra dengan suara lirih.
Bukan membela Yunan, ia tidak mau terjadi keributan di ruangannya. Takut ada wartawan yang melihat dan kembali menjadi perbincangan. Bukankah itu hal yang memalukan? Sementara ia tengah menutup rapat tentang kepribadiannya. Hanya orang-orang terdekat yang tahu.
Terpaksa Margareth diam daripada harus berdebat dengan si bungsu. Heran dengan pikiran Cassandra yang masih bertahan dengan pria seperti Yunan. Dilihat dari segi materi tidak ada kelebihannya. Hanya wajahnya saja yang memang tampan alami.
''Handphoneku mana?'' Cassandra menengadahkan tangannya ke arah Yunan. Meminta benda pipih untuk melihat kabar berita yang beredar.
Pria itu mengambilnya dari saku celana lalu memberikannya. Tentu, ia tak lupa menyimpan dan mengamankan barang-barang berharga milik sang istri saat ada kejadian tak diinginkan. Sudah hafal dengan itu semenjak menjadi asisten.
Tak terkejut lagi melihat beranda dipenuhi dengan berita kecelakaan tadi. Beberapa media pun menjelaskan secara berbeda-beda. Sungguh, inilah buruknya oknum yang tak bertanggung jawab. Sering kali mereka menggunakan kesempatan dalam kesempitan. Memberi keterangan yang salah dan mengada-ngada. Banyak pula yang menyangkut pautkan dengan sesuatu di luar nalar.
Itulah resiko seorang artis, namun Cassandra sudah terbiasa menerima berita-berita miring tentangnya. Bahkan, ini hanya secuil dari sekian berita yang pernah heboh.
''Kamu kenapa sih nyetir sendiri? Seharusnya kamu bilang pada ibu kalau butuh sopir baru,'' ucap Margareth yang juga merasa bersalah. Seolah tak menganggap keberadaan Yunan.
Bingung mau menjawab apa. Ia memilih diam saja dan fokus membaca komentar di berbagai video yang beredar. Sungguh, dengan kejadian ini banyak yang mengelu-elukan Yunan. Sebagian dari mereka penasaran dengan sosoknya.
''Lolita dan Malena belum bisa jenguk, hari ini mereka sibuk mengurus persiapan pestanya Lutfi,'' kata Margareth setelah membaca pesan dari kedua putrinya.
''Gak usah dijenguk juga gak pa-pa. Lagipula aku sudah sembuh, setelah ini pulang,'' jawab Cassandra lugas.
Melirik ke arah Yunan yang dari tadi berdiri sambil menatapnya. Disetiap ada Margareth, pria itu tak berkutik. Daripada serba salah lebih baik diam.
Dia sudah melihat berita belum ya? Tapi kenapa reaksinya biasa saja, bukankah orang suka jika disanjung para netizen?
Meletakkan ponselnya lagi di meja dan kembali memejamkan mata untuk mengurangi rasa ngilu di bagian lutut.
''Ada yang sakit selain luka di kening?'' tanya Yunan memastikan. Cemas pada sang istri yang sesekali meringis seperti menahan rasa sakit.
''Hanya nyeri sedikit, aku mau tidur,'' jawab Cassandra malas.
Melihat sang istri memejamkan mata, Yunan menunggu di luar. Tak lama duduk, Margareth ikut keluar dan menghampirinya.
''Ingat Yunan! Aku tidak akan tinggal diam. Cepat atau lambat, kamu dan Cassandra harus berpisah. Biarkan dia bahagia dengan Louis. Dia satu-satunya laki-laki yang bisa membahagiakan putriku.'' Meninggalkan Yunan.
Untuk yang kesekian kali Yunan hanya menjadi pendengar setia. Sedikitpun tak ingin menjawab, ia hanya mencerna setiap kalimat yang meluncur dari bibir mertuanya. Melepaskan, mungkin itu memang jalan satu-satunya untuk membuat Cassandra bebas. Namun, ia masih butuh waktu untuk itu.
''Aku harus mencari tahu tentang Louis. Setidaknya, dia bisa menjaga Cassandra seperti aku menjaganya. Aku tidak akan rela melihat orang yang aku cintai disakiti laki-laki lain.'' Menatap punggung Margareth yang mulai menjauh.
Jam sudah menunjukkan pukul tujuh malam. Cassandra terbangun dari tidurnya. Menoleh ke arah Yunan yang ada di sofa dan memanggilnya.
''Apa kamu butuh sesuatu?'' tanya Yunan serius.
''Anterin aku ke butiknya mbak Syima. Setelah itu ke pesta kak Lutfhi.'' Cassandra menyibak selimut yang menutup tubuhnya.
Ingin sekali melarang, namun Yunan tak tega melihat Cassandra yang sangat antusias. Ia pun membantunya turun dari brankar. Juga menghubungi MUA untuk segera datang ke butik. Biasa, merias sang istri sebelum hadir ke acara penting.
pintar tp dungu
ya sdh ego saja yg kau gunakan mentang2 kaya trs bgtu bertindak yg katanya sesuai nalar, poligami itu berlaku kl manusia benar 2 adil, lhah km memilih utk emosi? bkn kata hati hrs bisa bedakan ya