kisah seorang wanita yang berjuang hidup setelah kehilangan kedua orang tuanya, kemudian bertemu seorang laki-laki yang begitu mencintainya terbuai dalam kemesraan, hingga buah hati tumbuh tanpa pernikahan.
sungguh takdir hidup tak ada yang tahu kebahagiaan tak berjalan sesuai keinginan, cinta mereka Anita dan seno harus terpisah karena status sosial dan perjodohan dari kedua orang tua seno.
bertahun-tahun Seno menjalani kehidupan tanpa cinta, takdir tak terduga dan kini mereka di pertemuan kembali.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Arya wijaya, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
JANJI SENO
Mata Anita mulai berkaca-kaca Anita tak tahan lagi mendengar hinaan ibu Riana untuknya, dan kini yang membuat sakit hatinya Bu Riana memberikan sejumlah uang menyuruh Anita untuk pergi jauh dari kehidupan Seno.
"Cukup Tante Riana, Aku punya harga diri, dan cintaku untuk Seno, tidak bisa di bayar dengan apapun"
Tak disangka Seno mendengar semua apa yang di ucapkan Anita, ada rasa bahagia mendengar jika cinta untuknya tak bisa di bayar dengan apapun, tapi Seno juga sedih melihat kekasih hatinya telah di hina oleh ibunya sendiri.
"Mamah cukup"
Ucap Seno datang dengan tiba-tiba, membuat Bu Riana kaget terdiam.
"Seno Kamu kesini"
"Aku selalu disini Mah, untuk menjaga Anita, dari siapapun yang akan menyakitinya termasuk Mamah"
Anita menatap Seno dengan rasa takjub, Ia masih sama seperti dulu yang selalu membelanya di hadapan orang tuanya. Kini Anita mengerti jika dulu Seno pergi meninggalkan dirinya terpaksa karena pilihan yang sulit.
"Kamu berani melawan Mamah hanya demi perempuan ini"
"Aku mencintainya Mah, kenapa sih Mamah gak pernah mau mengerti perasaan Aku"
"Tapi Dia tidak pantas jadi bagian keluarga Kita"
"Tapi Dia yang Aku cinta, bahkan Dia ibu dari anak Aku Mah, Dia melahirkan keturunan keluarga Saputra, cucu Mamah"
"Berapapun Dia melahirkan anak, Mamah tidak akan menerima itu, karena bagi Mamah hanya Fathia cucu Mamah satu-satunya"
Seno semakin geram dengan sikap ibunya yang tak pernah mau membuka hati untuk menerima Anita, Seno merasa ibunya harus tahu kebenaran tentang siapa Fathia sebenarnya.
"Tapi Fathia bukan..."
Belum selesai bicara Anita menggenggam tangan Seno, dengan menggelengkan kepalanya untuk tak memberitahu kebenaran yang sebenarnya.
"Mamah harus tahu semuanya Anita"
Susana kini cukup mencekam, perdebatan antara ibu dan anak, kini jadi tontonan orang banyak.
"Gak Seno, percuma Kamu katakan apapun, Mamah Kamu tetap gak akan pernah mau menerima Kami"
Aldi yang tahu sebenarnya hanya ikut terdiam tak ingin ikut campur urusan keluarga Seno, Dia hanya mencoba untuk melerai pertikaian.
"Tante, sebaiknya Tante pulang disini banyak orang yang melihat, Tante mau nanti tiba-tiba video seperti ini menyebar ke medsos"
Mendengar ucapan Aldi yang ada benarnya, membuat Bu Riana segera pergi dari tempat ini.
"Kita selesaikan di rumah, dan Kamu..."
Bu Riana bicara sambil menunjuk wajah Anita.
"Jangan pernah berharap Saya akan merestui hubungan Kalian"
Anita hanya terdiam dengan raut wajah bersedih, sungguh apa yang membuat dirinya begitu di benci oleh ibu Seno.
"Kamu jangan sedih ya, Mamah..."
Anita langsung menjawab,
"Kamu tenang, Aku sudah biasa menerima semua ini, Aku ke pantry sebentar"
Anita pun berjalan dengan tatapan penuh luka di hatinya.
"Aku harus kuat.. Aku harus kuat demi Sena, jajan menangis Anita... jangan"
Anita berbicara pada dirinya sendiri menyemangati dirinya sendiri.
Ternyata Seno mengikuti Anita dari belakang dengan diam-diam, Seno ikut merasakan kepedihan hati Anita karena sikap ibunya.
"Menangis lah Anita"
Anita menoleh terdiam sejenak dan tiba-tiba Ia memeluk Seno sambil menangis dan ini lah pertama kalinya setelah sekian lamanya Anita mau memeluknya lagi.
"Aku salah apa Seno, sampai ibu Kamu benci sekali sama Aku"
Seno pun tak bisa menjawab pertanyaan itu, karena Seno sendiri tidak mengerti apa yang membuat ibunya tak mau merestui perasaannya pada Anita.
"Aku mohon jangan menangis, cukup lima tahun Kamu menderita sendirian, walaupun sekarang Mamah tetap gak menerima Kamu, tapi Aku akan terus perjuangkan Kamu dan Aku gak akan melakukan kesalahan lagi untuk kedua kalinya"
Anita tak mengerti apa maksud dari ucapan Seno.
"Maksud Kamu apa?"
"Anita... Kekasih hati Ku... Mau kah Kamu hidup dengan Aku, menjadi pendamping ku selamanya"
Anita sungguh terharu dengan ucapan Seno kesekian kalinya Seno meminta dan memohon lagi ingin kembali bersamanya.
"Tapi bagaimana dengan Ibu kamu?"
"Apapun... jalan resiko apapun akan Aku ambil untuk tetap bisa bersama Kamu"
Anita melihat keseriusan dalam mata Seno, cinta yang dulu masih sama terlihat dari tatapan Seno.
"Tolong beri kesempatan Aku untuk buktikan ini semua, besok Kamu ikut Aku ya, Kita akan menghadap Mamah Aku, dan Aku akan katakan kalau Aku mau menikahi Kamu"
"Seno, Kamu yakin.."
"Aku sangat yakin Anita, tapi bagaimana dengan Kamu, Kamu mau kan menikah dengan Aku, dulu memang keadaan yang memaksa Aku memutuskan hubungan tapi sekarang Aku mau menebus semua itu"
Anita masih terdiam memikirkan apa yang akan terjadi selanjutnya jika nekat menikah tanpa restu orang tua Seno, tapi Ia juga tak ingin kehilangan Seno lagi Anita menjawab,
"Aku mau menikah dengan Kamu"
Seno begitu senang dan bahagia mendengar keputusan Anita yang mau menerimanya.
"Kamu serius..."
"Aku belum pernah seserius ini, Kamu adalah ayah dari Sena, dan Sena butuh Kamu"
Seno tersenyum bahagia, Ia pun memeluk erat Anita terenyuh hingga Seno menangis kecil tanpa suara.
Setelah keharuan ini, akhirnya Seno memutuskan untuk membawa Anita besok bersama-sama menghadap sang ibu.
Bu Riana sungguh marah saat ini anak kesayangannya satu-satunya pewaris Putra Corporation melawan dirinya.
"Gak bisa dibiarkan, kenapa harus wanita itu punya anak dari Seno"
Ucap Bu Riana berkata dengan marah pada dirinya sendiri.
Sedangkan Tania kini sedang memikirkan rencana apa yang harus Ia lakukan untuk memisahkan Anita dan Seno, lalu terdengar suara pintu terbuka, Tania segera turun kebawah.
"Seno... Kamu dari mana?"
"Bukan urusan Kamu"
Seno berjalan melewati Tania, lalu Tania berkata,
"Kamu habis bertemu ya dengan Anita"
Seno menghentikan langkahnya lalu menjawab,
"Kalau iya memangnya kenapa, Aku rasa ini sudah bukan urusan Kamu, Kita sudah bercerai bukan"
Tania hanya diam melihat sikap Seno yang seperti itu, merasa lelah dan capek Seno langsung tertidur dengan masih memakai baju kemeja dan sepatu yang menempel di kakinya.
"Kebiasaan Kamu tidur begitu saja"
Tania kini melepaskan sepatu dan kaos kaki Seno, lalu melepas pakaian Seno, pertama kalinya Tania melakukan ini selama menjalani pernikahan dengan Seno.
Melihat tubuh Seno yang begitu kekar berbulu, dan wangi Tania merasa penasaran dan membayangkan bagaimana rasanya seandainya Seno menidurinya.
Tania kini mulai menyentuh dada Seno perlahan merabanya hingga ke pusar, namun Seno tak merasakan sentuhan itu, Seno tetap tidur dengan lelapnya, lalu Ia memandangi bibir Seno dan berkata,
"Aku belum pernah mendapat ciuman dari Kamu, bolehkah Aku mencium Kamu diam-diam"
Dan saat hampir saja bibir Tania mengecup bibir Seno, Seno terbangun dengan tiba-tiba, Seno langsung bangun terkejut melihat Tania berada dekat dengannya.
"Kamu sedang apa Tania?"
Tania gugup dan merasa takut juga jika Seno tahu apa yang baru saja Ia lakukan pada Seno.
"Tidak sedang apa-apa Aku hanya melepaskan pakaian Kamu dan sepatu mu"
Seno merasa risih Tania dekat dengan dirinya, Seno pun sedikit marah karena sudah tidak seharusnya Tania melakukan itu padanya.
"Aku hanya membantu Kamu Seno, Aku melihat Kamu tidur begitu lelap"
"Tapi jaga batasan Kamu"
Tania merasa kesal dengan perkataan Seno, Ia pun menjawab,
"Batasan Kamu bilang, selama Kita menikah Kamu selalu membatasi diri Kamu untuk dekat dengan Aku, Aku tidak pernah mendapat nafkah batin dari Kamu"
Seno mengerti perasaan Tania, tapi mau bagaimana lagi, soal hati dan perasaan tidak mudah di rubah.
"Aku minta maaf, aku sangat minta maaf Aku tidak bisa menjadi suami Kamu yang baik, maka itu Aku mau membebaskan Kamu, supaya Kamu bisa mendapatkan suami yang mencintai Kamu Tania, dan itu bukan pada diriku"
Tania mulai bersedih mendengar ucapan Seno.
"Aku hanya ingin kesempatan Seno, tapi Kamu tidak pernah mau membuka itu untuk ku, ada Anita atau tidak, Aku rasa Kamu selamanya tidak akan pernah mau belajar menerima Aku"
Seno hanya terdiam, apa yang di katakan Tania memang benar adanya, walaupun Anita tak hadir lagi dalam hidupnya tetap saja Ia tak akan pernah bisa mencintai Tania dan perjanjian pernikahan itu tetap akan Ia laksanakan.
"Aku mohon Kamu keluar dari kamarku"
Dengan berat hati dan kecewa, Tania keluar pergi dari kamar Seno.
Seno merasa dirinya memang begitu jahat, tapi Dia juga manusia yang hanya ingin bahagia hidup bersama orang yang di cintainya.
Aktifitas pagi pun di mulai, Anita pulang subuh tadi hingga kini belum bangun dari tidurnya, hingga seseorang mengetuk pintu rumahnya dengan keras dan membangunkan Anita.
"Iya sebentar siapa sih pagi-pagi gini"
Anita membuka pintu dan ternyata Seno lah yang datang bertamu pagi-pagi.
"Seno... Ada apa? lagi-lagi Kamu sudah datang kesini"
"Maaf ya menggangu Kamu, Kita ke rumah sakit menyusul Sena, katanya Sena sudah boleh pulang"
Anita merasa bingung dari mana Seno bisa tahu jika Sena akan pulang pagi ini.
"Kamu dapat informasi dari siapa?"
"Tante Kamu"
Anita terdiam dan Ia langsung mengecek Handphonenya.
"Ya ampun Tante Risma dari tadi telepon Aku, tapi Aku gak mendengarnya"
"Ekhmm... Aku gak boleh masuk nih"
"Eh.. Masuk sini ke dalam, maaf ya Seno Aku ngantuk banget sampai-sampai telepon dari Tante Risma Aku gak angkat"
"Gak apa-apa kok, papahnya Sena sudah bereskan semuanya"
Anita tertawa kecil mendengar ucapan Seno.
"Seno Kamu yakin Kamu mau menikahi Aku apapun rintangannya"
Sepertinya Anita masih belum yakin, Seno pun mendekati Anita dan menatap wajahnya dengan sangat dalam.
"Apapun... rintangannya Aku siap terima, Kamu percaya Aku kan?"
Anita menatap mata Seno begitu lama, lalu Ia menganggukkan kepalanya kemudian tersenyum hangat
"Ya sudah Aku mandi bentar ya"
"Aku tunggu disini"
Anita pun bersiap, Seno mengelilingi rumah Anita yang kecil ini, rumah yang beberapa petak ini sepertinya adalah rumah kebahagiaan bagi Anita dan Sena, setelah setengah jam Seno menunggu Anita siap juga, dan Mereka pun berangkat menuju rumah sakit menyusul Sena.