NovelToon NovelToon
Terjerat Pesona Bujang Lapuk

Terjerat Pesona Bujang Lapuk

Status: tamat
Genre:Tamat / Nikahmuda / Beda Usia / Diam-Diam Cinta / Cinta Seiring Waktu / Menikah dengan Kerabat Mantan
Popularitas:511.2k
Nilai: 5
Nama Author: mama reni

"Kulihat-lihat, Om sudah menua, apakah Om masih sanggup untuk malam pertama?" ucap Haura menatap Kaisar dengan senyum sinis.

Kaisar berjalan ke arah Haura dan menekan gadis itu ke tembok. "Harusnya saya yang nanya, kamu sanggup berapa ronde?"

-

Karena batal menikah dengan William, cucu dari konglomerat terkenal akibat perselingkuhan William. Haura Laudya Zavira, harus menerima dijodohkan dengan anggota keluarga lain yaitu Om dari William, atas dasar kerjasama keluarganya dan keluarga William.

Tapi siapa sangka, laki-laki yang menggantikan William adalah Kaisar Zachary Zaffan—putra bungsu sang konglomerat, pria dewasa yang tidak pernah dia bayangkan sebelumnya.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon mama reni, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab Dua Puluh

Kaisar menatap Haura dengan binar mata teduh. Jemarinya menyentuh lembut wajah istrinya itu. Seolah dia meminta persetujuan untuk memulai hubungan. Anggukan kecil dari wanita itu sebagai bukti atas jawaban yang diberikan.

Kaisar mulai mencoba memasuki inti dari tubuh Haura. Cukup sulit baginya untuk melakukan penyatuan, mungkin karena ini baru pertama kali bagi istrinya.

Kaisar juga merasakan sakit yang sama, karena baginya ini juga yang pertama kali. Namun, karena sudah terlanjur memulai, tak mungkin dia mengakhiri.

Kaisar lalu mencoba mengulang beberapa kali memasuki inti tubuh Haura, saat baru masuk sedikit, terdengar suara mengerang kesakitan dari bibir istrinya.

"Sakit, Mas," ucap Haura. Air mata keluar dari sudut matanya.

"Tahan sebentar lagi, ini juga udah masuk sedikit." Kaisar lalu mengecup bibir Haura dan melu'mat'nya untuk mengalihkan rasa sakit yang dirasakan sang istri.

Haura makin merasakan sakit saat ada sesuatu yang masuk ke dalam inti tubuhnya. Rasanya mau menjerit, tapi itu tak mungkin dia lakukan, selain malu, bibirnya juga sedang bersatu dengan suami.

Akhirnya Haura memilih mencakar lengan Kaisar untuk menyalurkan rasa sakitnya. Pria itu tidak mengelak. Dibiarkan tangan sang istri yang terus mencakar.

Kini dua tubuh itu telah menyatu dalam kehangatan. Berbagi apa yang seharusnya dibagi oleh dua insan yang telah sah dalam ikatan pernikahan.

Mengalir'lah banyak rasa kala tatap mereka ditengah pergulatan mereka. Setelah beberapa saat, Kaisar akhirnya menumpahkan sesuatu dzat murni ke dalam rahim sang istri sebagai pelepasan. Menuju puncak paling nikmat yang belum pernah pria itu rasakan dan bayangkan sebelumnya.

"Terima kasih, Sayang," bisik Kaisar yang terdengar sedikit parau.

Haura tak menjawab ucapan sang suami, tak tahu harus berkata apa. Rasa sakit masih dia rasakan.

"Sakit banget ya? Maafkan aku. Aku nggak bisa menundanya," bisik Kaisar dengan suara lembut.

"Tak apa, Mas. Ini memang kewajibanku."

"Istirahatlah, biar aku yang mandi duluan. Baru setelah itu kamu."

Haura hanya mengangguk tanda setuju. Setelah Kaisar mandi barulah dirinya. Kaisar membantunya ke kamar mandi karena masih terasa perih bagian inti tubuhnya. Setelah membersihkan tubuh, dia dan Kaisar melanjutkan tidurnya.

**

Di ruang kamar yang megah, sinar pagi masuk melalui tirai sutra yang setengah terbuka. Kaisar, terbangun lebih awal dari biasanya. Sebuah kehangatan tersisa di sampingnya, dan ketika dia menoleh, matanya bertemu dengan sosok cantik yang sedang tertidur nyenyak. Haura, sang istri, terlihat begitu damai dalam mimpinya. Rambutnya yang hitam legam tersebar di atas bantal, dan wajahnya tak terjamah oleh kecemasan atau tanggung jawab yang sering menghampiri kehidupan mereka.

Kaisar merasa hati ini bergetar melihat keindahan perempuan di sampingnya. Semalam, mereka baru saja melewati malam pertama mereka sebagai pasangan suami istri, dan meski sedikit canggung, momen-momen itu berharga baginya. Dia ingat betul betapa hangatnya pelukan terakhir yang mereka bagi sebelum tidur. Sebuah perasaan baru datang dalam jiwanya, mengalir dengan lembut seperti sungai yang mengalir deras. Mungkin benih cinta mulai tumbuh.

Dengan perlahan, dia menarik selimut dari tubuh Haura, berusaha tidak membuatnya terbangun. Kaisar bangkit dan melangkah menuju kamar mandi, membersihkan diri untuk mempersiapkan hari yang baru. Air hangat mengalir deras, membangkitkan semangatnya untuk menghadapi tanggung jawab.

Setelah mandi, Kaisar merasa lebih segar. Dia memutuskan untuk menyiapkan sarapan untuk Haura. Dengan langkah hati-hati, dia menuruni tangga menuju dapur.

Kaisar melihat ada sup ayam kampung dan menu lainnya di atas meja. Dia lalu mengambilnya semangkok buat sang istri.

"Mudah-mudahan ini bisa membuat Haura merasa lebih baik," gumamnya sambil tersenyum. Dia membawa mangkuk itu ke kamar dengan hati-hati.

Ketika Kaisar membuka pintu, dia melihat Haura masih tertidur. Dia duduk di tepi tempat tidur dan meletakkan mangkuk di atas meja kecil. Sesaat, dia hanya memandang Haura yang manis, berusaha menunggu sampai istrinya terbangun dengan sendirinya. Namun kuasa rasa rindunya mengalahkan segala rasa sabar itu.

“Haura?” panggilnya pelan, suara lembutnya serupa dengan embun pagi. Tetapi Haura tidak menjawab, hanya menggeliat sedikit lalu menarik selimut lebih dekat ke wajahnya. Kaisar kembali tersenyum, terpesona dengan ketenangan dan kecantikan yang terpancar dari wajah istrinya.

Tak lama, suara ketukan lembut terdengar dari pintu. Mama Kartini, masuk ke dalam ruangan. Dia melihat putranya duduk di tepi tempat tidur dengan wajah penuh keheranan, lalu menatap Haura yang masih tertidur.

“Kaisar, kenapa Haura belum sarapan? Apa dia sakit?” tanya Mama Kartini dengan nada khawatir, mendekati anaknya.

Kaisar terdiam sejenak, sedikit tersipu. “Ah, dia ... dia sedikit kurang enak badan, Ma,” jawabnya sambil mengalihkan pandangan. Meskipun hatinya ingin menceritakan kesan manis dari malam pertama mereka, dia merasa malu menjelaskan kondisi Haura yang sebenarnya.

Mama Kartini mengangkat alis, tidak terlalu yakin dengan penjelasan putranya. “Kurang enak badan? Apa yang terjadi? Dia harus segera sarapan supaya bisa cepat sembuh,” desak Mama Kartini khawatir. “Biarkan Mama menyiapkan sesuatu yang lebih enak untuknya.”

“Tidak usah, Ma. Aku sudah menyiapkan sup ayam yang ada di meja makan,” Kaisar mencoba meyakinkan. Rasa canggung di dalam dirinya masih ada, terutama ketika berbicara tentang Haura.

Mama Kartini akhirnya tersenyum melihat wajah putranya yang malu dan memerah, dia paham apa yang terjadi. “Baiklah, tapi kau harus memastikan dia makan,” katanya lembut. “Mama keluar sebentar, panggil Mama jika ada apa-apa.”

Dengan senyuman, Mama Kartini meninggalkan kamar, membiarkan Kaisar bersama istrinya. Dia kembali memfokuskan perhatian pada Haura yang masih tertidur. Dia mengambil mangkuk sup dengan hati-hati dan mendekatkan mangkuk ke bibir Haura. “Sayang, bangunlah. Sarapan sudah siap,” bisiknya lembut, berusaha membangunkannya dengan suara pelan.

Haura bergerak sedikit, tetapi tetap tidak terbangun. Kaisar lalu mengusap lembut rambutnya, terpesona dengan kelembutan rambutnya yang sehalus sutra. “Haura, jangan tidur terus, Sayang. Makanlah,” ucapnya lagi, kini sedikit lebih keras.

Mendengar suaranya, Haura membuka matanya perlahan dan mengedipkan matanya beberapa kali, berusaha menyesuaikan diri dengan cahaya. “Hmm … Mas?” Dia meraih tangannya, lamat-lamat seperti baru sadar bahwa suaminya sudah ada di sisinya. “Kamu sudah bangun?”

“Iya, sudah bangun cukup lama. Aku sudah menyiapkan sarapan untukmu,” katanya dengan suara lembut dan penuh perhatian. Dia mengangkat mangkuk dari meja kecil dan memperlihatkan isinya kepada Haura.

Haura duduk, menatap sup dengan ekspresi bingung. “Sup ayam? Kelihatannya enak. Aku cucu muka dulu, Mas."

Haura lalu bangun. Dia masih merasakan sakit sehingga jalannya agak berbeda. Kaisar jadi tersenyum melihatnya. Setelah membasuh wajahnya, dia kembali ke tepi ranjang.

Dengan hati-hati ia mencicipi sup'nya dan wajahnya menunjukkan ekspresi puas. “Hmm … enak! Mas tak sarapan?"

"Sudah tadi. Sore kalau kamu sudah agak baikan, kita jalan ke mall. Aku mau belikan kamu baju."

"Mas, mulai besok aku harus kerja. Kamu tak keberatan'kan?"

"Sebaiknya kamu berhenti saja. Bantu aku di perusahaan saja."

"Aku harus mengajukan resign dulu."

"Besok aku temani. Sore berarti sekalian beli baju kerja untukmu dan untukku juga," ucap Kaisar.

"Baik, Mas." Haura hanya menjawab singkat dan kembali menyantap sup'nya.

1
pecinta happy ending
Luar biasa
4U2C
dimana mau baca cerita nya ya???
Eka ELissa
pantesan ko GK ada TK cariin di profil mu Mak....😀😀GK...lah...suka kna PHP Mak....lgi seru2 eh ngadat ..🤣🤣🙏
Apriyanti
ok Thor
terimakasih 🙏
madinaputris
goblin Thor😆😅
Mama Reni: Dari pada gosipin orang mending mendrakor ya 🤣🤣
madinaputris: perdrakoran mah jgn di tanya Thor😅
total 3 replies
Andriyati
is ternyata anak angkat toch,, malah sok mw menguasai harta anak kandung,, Herman saya
Sri Gunarti
awal cerita sih oke
bagus
ken darsihk
Seperti nya bagus nanti aq mampir mam
Sugiharti Rusli
uda baca dan masih ongoing mam
faridah ida
bagus cerita nya .../Good//Good//Good/
Suparmin N
Luar biasa
Suparmin N
Biasa
Fitri Riyani
Luar biasa
Rubi Yanti
klau ni bru di bilang pelakor g tau malu dan muka tembok dan urat malu ny udh putus terlalu kepedean..
Angga Gati
bagus ceritanya
Sulis Tyawati
hadohhh aq yg deg2an thor, kalo sampe si mak Lampir nemuin Kaisar.
Sulis Tyawati
Kaisar hrs nya punya asisten, org kepercayaan yg bantu2 pekerjaannya kelak
Sulis Tyawati
aq suka karakter nya Haura, strong women. g mudah buat d tindas
Sulis Tyawati
hadohhhh,,, kenapa malah ketemu angel. tr ada bau2 pelakor pula
Sulis Tyawati
hadoohh tkt kalo sampe Yusuf dan Melli punya rencana jahat pd mama Kartini
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!