Jodoh Pilihan Mama

Acara pernikahan baru saja digelar. Sekarang Arya dan Renata sudah sah menjadi suami istri. Namun, tidak ada terlihat kemeriahan pesta karena baik Arya maupun Renata sama sekali tidak ingin ada orang yang mengetahui status mereka. Jadi yang menghadiri pernikahan mereka hanya keluarga Arya saja Dan Rico adik Renata. Sementara mamanya, masih di rumah sakit.

Renata terlihat mendorong kursi roda Arya masuk ke dalam lift yang memang sengaja dibangun saat Arya mengalami kelumpuhan, guna untuk mempermudah pria itu bisa turun dari kamarnya.

Di dalam lift, tidak terjadi obrolan apapun pada keduanya, dan berlanjut saat keluar dari dalam lift. Kemudian Renata mendorong kembalikan kursi roda itu untuk menuju kamar Arya yang mulai sekarang juga merupakan kamar Renata.

Setelah di dalam kamar, dengan gaun pengantin yang masih melekat di tubuhnya, Renata langsung merebahkan tubuhnya di atas ranjang.

"Hei, jangan berbaring di sana! siapa yang memberikanmu keberanian untuk tidur di atas kasur tanpa izinku?" bentak Arya dengan mata yang menatap Renata dengan sangat tajam.

Mendengar bentakan Arya, Renata sontak duduk dan membalas tatapan Arya. Go

"Aku yang beri keberanian padaku sendiri. Aku ini istrimu jadi kasur ini bukan hanya kasurmu lagi, tapi kamu harus berbagi dengan istrimu, bukannya seharusnya begitu?" Renata berucap dengan sangat santainya.

Arya mendengkus dan berdecih, mendengar kata-kata Renata.

"Cih, apa kamu benar-benar menganggap kalau kita ini suami istri sungguhan? kamu tidak berharap kita akan menua bersama seperti harapan pasangan suami istri pada umumnya kan? saranku, jangan terlalu berharap! ingat, aku mau menikahimu karena menolongmu dari situasi yang membuatmu terdesak. Asal kamu tahu, kalau bukan karena aku selalu memengang apa yang sudah aku ucapkan, sudah dari kemarin aku membatalkannya," nada bicara Arya terdengar sangat pedas, bahkan senyum pria itu juga terlihat sangat sinis.

Renata tersenyum tipis dan berdiri dari atas ranjang. Kemudian gadis itu mengayunkan kakinya untuk menghampiri Arya.

"Asal kamu tahu, kalau sebenarnya aku juga tidak berharap terlalu tinggi dengan pernikahan kita. Katamu kalau kamu sebenarnya ingin sekali membatalkannya, tapi kenapa kamu tidak jadi membatalkannya? kenapa? padahal, tadinya aku sangat berharap kamu berubah pikiran dan membatalkan pernikahan kita. Ternyata kamu itu pengecut, tidak berani membatalkan."tutur Renata panjang lebar. Ucapan yang benar-benar membuat Arya berang. Pria itu benar-benar tidak menyangka kalau gadis yang sekarang sudah jadi istrinya itu sangatlah berani.

"Brengsek! Apa kamu pikir aku akan percaya begitu saja? Jutru aku sangat yakin kalau kamu ini sangat menginginkan pernikahan ini, itu karena kamu ingin bisa hidup mewah." tukas Arya, tersenyum sinis .

" Asal kamu tahu, aku sebenarnya sudah tahu semua kebohonganmu. Kamu itu sebenarnya sudah tahu mamaku di pesta pernikahan Salena kan? tapi kamu berpura-pura seakan-akan tidak mengenalnya lalu ketika kamu melihat mamaku di pasar kamu merasa punya kesempatan untuk mendekati mamaku. Kamu kemudian berpura-pura baik membantu mamaku untuk membayar uang tempe itu. Kamu dan pedagang Tempe itu aslinya bekerja sama iya kan? sudahlah, aku sudah tahu semuanya. Kamu itu benar-benar licik!" tukas Arya dengan tatapan bengis.

Renata terdiam, seribu bahasa, mendengar tuduhan Arya yang benar-benar menyakitkan untuk didengar. Namun, dia masih berusaha untuk tersenyum walaupun dia ingin sekali membantah tuduhan itu.

"Kamu sangat mencintai uang ya, makanya kamu menghalalkan segala cara untuk mendapatkannya?" Arya masih tetap saja melontarkan kata-kata pedasnya pada Renata.

"Iya, aku sangat mencintai uang. Dan benar aku akan melakukan berbagai cara demi bisa mendapatkan uang, sekalipun itu harus mempertaruhkan harga diriku. Kamu tahu kenapa? itu karena aku tahu ,karena tidak ada uanglah, kehidupan keluargaku tidak berdaya. Kamu mungkin bisa mengatakan kalau uang bukanlah segalanya. Kamu bisa berkata seperti itu, karena kamu tidak pernah merasakan bagaimana kekurangan uang di saat kamu sangat membutuhkan. Kamu sudah mendapatkan kemudahan-kemudahan itu dari kamu lahir. Silakan kamu mau mengatakan apapun tentangku, tapi satu yang ingin aku tekankan, kalau apa yang kamu tuduhkan di mana aku sudah mengenal mama kamu sebelumnya itu sama sekali tidak benar!" tutur Renata, panjang lebar dan tanpa jeda. Sumpah demi apapun gadis itu ingin sekali menangis saat mengucapkan kata-katanya, tapi dia berusaha untuk tetap tegar agar air matanya tidak keluar. Dia benar-benar tidak ingin terlihat lemah di depan pria yang sudah jadi suaminya itu. Percayalah, berusaha menahan air mata di saat kita ingin menangis, sesak di dada benar-benar sangat terasa.

Arya sontak bergeming diam seribu bahasa. Dari lubuk hatinya ada perasaan bersalah yang tiba-tiba datang menyelinap ke dalam kalbunya, tapi pria itu berusaha menepis rasa itu.

"Oh ya, aku mau ganti pakaian dulu! apa kamu juga mau ganti pakaian kamu?" celetuk Renata yang dengan sengaja mengalihkan pembicaraan. Dan tanpa menunggu jawaban dari Arya, Renata langsung melangkah menuju lemari, dan mengeluarkan pakaian rumahan Arya, lalu meletakkannya di atas ranjang. Kemudian wanita itu juga kembali melangkah ke arah lemari lain untuk mengambil pakaiannya sendiri karena sehari sebelum menikah, Tiara sudah memerintahkan ART untuk memindahkan pakaian Renata ke dalam kamar Arya. Bahkan, pakaian gadis itu sudah banyak yang baru, yang Tiara belikan untuknya.

"Apa kamu butuh bantuanku untuk memakaikan pakaianmu?" sebelum melangkah masuk ke kamar mandi, Renata dengan sengaja kembali bertanya pada Arya.

"Tidak perlu! aku bisa melakukannya sendiri. Jangan kita karena kakiku lumpuh, aku akan hidup bergantung pada bantuan orang lain," sahut Arya ketus.

"Aku bukan orang lain. Ingat, aku ini istrimu! sekalipun kamu tidak menganggap, tapi aku tetaplah istrimu!" tegas Renata. Sikap wanita itu benar-benar tidak mencerminkan usianya yang masih belia.

"Terserah kamu! sekarang kalau kamu ingin ganti pakaian, ganti sana!" titah Arya, tidak mau menatap ke arah Renata.

Renata menghela napasnya dan langsung melangkah masuk ke dalam kamar mandi.

Setelah dia berada di dalam kamar mandi, wanita itu mengunci pintu dan menghidupkan air. Kemudian gadis itu langsung mengeluarkan air mata yang dari tadi berusaha dia tahan.

Tbc.