Milea arabella, biasa akrab di sapa dengan nama Lea adalah gadis yatim piatu setelah kematian kedua orang tua nya akibat kecelakaan tunggal beberapa tahun yg lalu sepulang dari luar kota, saat itu milea yg baru lulus SMA begitu syok mendengar kenyataan itu, apalagi dirinya harus menghidupi ketiga adik-adiknya.
Akan kah kebahagiaan menghampiri Milea dan ketiga adik-adiknya.?
ikuti terus kisah milea di cerita ini.
Happy reading 😘.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon astiana Cantika, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
BAB 30 Berkenalan
Lea yg saat ini masih berada di lantai 5 sedang bersantai seorang diri sambil menjulurkan kaki nya ke air tiba-tiba melihat kedatangan Maid yg membawa sebuah buket bunga berukuran besar tengah menuju ke arah nya.
Lea yg melihat hal itu pun mengerutkan keningnya untuk apa bunga itu,? Pikir Lea.
"Maaf Nyonya muda, ini ada kiriman bunga buat nyonya." Ucap maid tersebut.
"Dari siapa mbak,?" Ucap Lea bertanya dengan nada heran.
"Saya tidak tau nyonya, tadi ada kurir yg mengantar ini, kata nya untuk nyonya." Ucap maid tersebut.
"Baiklah mbak taruh saja di situ." Ucap Lea menunjuk ke atas meja.
"Baik nyonya." Ucap maid.
Setelah menaruh buket tersebut, maid pun pergi dari hadapan Lea.
Lea yg penasaran pun berdiri dan berjalan mendekati buket bunga mawar itu.
"Dari siapa sih, apa orang salah kirim ya,?" Ucap Lea bertanya-tanya.
Lea pun melihat kartu ucapan yg tersemat di mawar tersebut.
"Selamat pagi honey, mungkin saat ini kau sudah menerima bunga pemberian ku, salam sayang dari masa depan mu, Nalendra Sanjaya." Ucap Lea yg membaca kartu ucapan itu.
"Siapa Nalendra Sanjaya,? Mungkin bener salah kirim kayak nya ini, mudah-mudahan aja pacar ni orang gak marah karena bunga nya gak datang-datang." Ucap Lea tertawa kecil.
Lea pun membawa bunga tersebut dan menaruh nya di nakas kosong pojok ruangan.
"Biarin aja deh di sini, siapa suruh salah kirim hihi." Ucap Lea cekikikan.
Lea pun turun menuju lantai bawah berniat ingin ke dapur.
Sesampainya di dapur Lea melihat maid tengah menyiapkan cemilan dan minuman di atas nampan.
"Ada tamu Bu.?" Ucap Lea pada maid wanita paruh baya.
"Iya nyonya, itu kayak nya temen nya tuan muda." Ucap maid.
"Baiklah kalau begitu Bu." Ucap Lea mengangguk.
Lalu Lea pun menuju ke arah maid yg tadi nya Lea suruh menyiapkan segala keperluan mereka untuk BBQ-an.
"Apa sudah semua mbak,?" Tanya Lea.
"Eh nyonya muda, iya semua nya sudah siap." Ucap maid.
"Baiklah langsung bawa ke taman belakang aja mbak." Ucap Lea.
"Baik nyonya muda." Ucap maid.
Lea pun berlalu menuju ruang tamu dimana semua adik-adiknya berkumpul.
Kedatangan Lea di lihat oleh para sahabatnya Felix.
"Bos, siapa cewek cantik itu.?" Bisik Reksa pada Felix.
Felix pun menoleh melihat kedatangan kakak nya.
"Kakak." Ucap Felix kala melihat kakak nya menghampiri mereka.
"Ya Felix, Zero mana kok gak keliatan.?" Ucap Lea pada Felix.
"Jemput Sahabat kak." Ucap Felix.
"Oh begitu." Ucap Lea manggut-manggut.
"Hehehe kakak cantik boleh kenalan.?" Ucap Figo.
"Boleh, nama kakak milea." Ucap Lea.
"Nama ku Figo kak." Ucap Figo.
Temen-temen nya pun tak mau kalah, mereka semua pun memperkenalkan diri pada Lea.
"Nama ku Reksa kak."
"Aku Dion kak."
"Aku Wira kak."
"Aku Rendi kak."
Begitu lah sahabat Felix memperkenalkan diri.
"Terimakasih ya sudah mau menjadi temen nya Felix." Ucap Lea pada sahabat adiknya itu.
"Gak usah berterima kasih kak, kita seneng temanan sama bos Felix kok, iya gak temen-temen." Ucap Reksa pada para sahabatnya.
"Ya iyalah, bos Felix kan ganteng pake banget, seketika jadi most wanted kita di sekolah gara-gara masuk circle nya bos Felix hahaha." Ucap Wira sambil tertawa.
"Mana bener lagi, seketika jadi pusat perhatian kita." Ucap Dion mengusap rambut nya ke belakang.
"Iya, mana di kerumunan ciwi-ciwi lagi." Ucap Rendi.
"Kita-kita yg dulu nya hobi bolos, sekarang malah gak sabar pengen sekolah, biar bisa tebar pesona eak haha." Ucap Reksa tertawa.
"Ada-ada saja kalian ini." Ucap Lea menggelengkan kepalanya.
Tak lama kemudian terdengar lah suara motor milik Zero dengan deru garang nya itu.
Zero pun membawa Arly masuk ke ruang tamu, Arly tampak sungkan dan takut-takut ketika berjalan di samping Zero.
"Jangan takut bro, kita ini kan sudah jadi sahabat." Ucap Zero merangkul Arly dan langsung membawa nya menuju arah sang kakak.
"Kakak Lea." Teriak Zero yg masih merangkul Arly.
"Itu temen mu ya,?" Ucap Lea melihat remaja berkaca mata di samping adiknya.
"Iya kak ini temen baru Zero, cuma agak penakut dia kak." Ucap Zero melepas rangkulannya dan mengajak Arly duduk di sebelah nya.
"Nama kamu siapa.?" Ucap Lea pada Arly dengan nada lembut.
" Nama ku Arly kak." Ucap nya dengan kepala tertunduk.
"Arly, jangan menundukkan kepala, lihat sini." Ucap Lea lembut pada Arly.
Arly pun mengangkat kepala nya dan melihat wajah cantik Lea.
Lea pun tersenyum pada Arly dan itu membuat jantung Arly berdegup kencang.
"Arly kamu mimisan." Ucap Zero seketika mengambil tisu di atas meja untuk di berikan pada Arly.
Arly pun tersadar dan langsung menerima tisu yg di berikan Zero.
"Maaf kak." Ucap Arly dengan suara pelan.
"Tidak apa-apa." Ucap Lea lembut.
"Makanya jangan terlalu lama memandang wajah kak Lea, mimisan kan jadi nya, kita-kita aja gak berani memandang lama wajah kak Lea." Celetuk Wira.
"Iya bisa mimisan juga kita nantinya." Ucap Rendi.
Arly yg mendengar itu pun merasa malu dan tidak enak hati pada Lea.
"Santai aja bro, kak Lea memang cantik, siapa pun yg melihat nya pasti enggan mengalihkan pandangan mereka." Ucap Zero menepuk pelan pundak teman nya.
"Bang barra mana Felix.?" Tanya Lea.
"Gak tau kak, dari tadi gak liat bang barra ke sini." Ucap Felix.
Lea pun beranjak dari tempat duduk nya berniat ingin menemui barra di kamar nya, mungkin saja ada di sana pikir Lea.
Sesampainya di depan pintu kamar barra, Lea yg hendak mengetuk pintu kamar barra pun tidak jadi tatkala mendengar suara orang berdebat di ujung lorong kaca deretan kamar-kamar.
Lea pun berjalan perlahan mendekati sumber suara.
Dan terlihat lah barra sedang berdebat dengan seseorang di dalam telepon yg Lea yakini adalah suara seorang wanita.
"Dengar barra, aku gak mau lagi menjalin hubungan dengan mu, kamu sudah miskin." Ucap seseorang di dalam telepon.
"Kenapa kau tega sekali Sinta, sewaktu aku masih kaya, apapun keinginan mu selalu aku penuhi, tapi inikah balasan mu padaku.?" Ucap barra dengan dengan suara serak nya sambil menitikkan air mata nya.
"Masa bodo dengan perasaan mu, kau tau, aku bahkan tidak pernah benar-benar mencintai mu barra, karena aku sudah memiliki kekasih yg lebih baik darimu, lebih kaya dan lebih dari segalanya, kau sekarang hanya pemuda miskin, sangat tidak pantas berada di sisiku yg seorang putri kaya raya ini " Ucap wanita di telepon.
"Lalu apa mau mu.?" Tanya barra dengan pelan.
"Mau ku kita putus, dan tidak akan menjalin hubungan sampai kapan pun mengerti,? Dan jangan kau hubungi aku lagi, hubungan kita putus sampai di sini." Ucap wanita di telepon.
Barra pun menarik nafas dalam.
"Baiklah, kalau itu mau mu, aku terima, mulai sekarang kita putus dan tidak akan ada hubungan lagi dan aku gak akan menggangu mu lagi." Ucap barra dengan hati yg remuk.
"Bagus ." Ucap wanita di telepon.
TUT
TUT
TUT
Wanita itu pun mematikan sambungan teleponnya.
Bersambung.