Ranum Nayra harus hidup menderita dengan sang ibu serta adiknya yang masih balita, setelah ayahnya memilih menikah lagi dengan wanita kaya raya yang baru dikenalnya.
Apakah Ranum akan tabah menerima setiap takdir yang sudah tertulis untuknya?
atau malah sebaliknya menyerah di tengah jalan?
Cus, di baca bastie supaya nggak penasaran😊
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Ayuza, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Malam Kelam ll
Beberapa jam berlalu akhirnya laki-laki itu merasa puas karena yang ia tiduri malam ini benar-benar masih per*wan. "Aku tidak merasa rugi jika lawan mainku masih per*wan begini," kata laki-laki itu dengan suara serak. "Aku akan selalu memakai jasamu, ambil selembar cek yang ada di atas nakas itu setelah itu kau boleh pergi."
Meski laki-laki itu sudah sedikit oleng, namun ia masih bisa berbicara meski suaranya tidak terlalu jelas, akan tetapi Ranum masih bisa mendengarnya. "Anggap saja cek itu sebagai bonus, tapi ingat jangan bilang-bilang Grace ini cuma jadi rahasia kita berdua." Ia yang dalam pengaruh minuman beralkohol dan efek kelelahan langsung tepar begitu saja membanting tubuhnya sendiri di sebelah Ranum.
"Pergilah, sebelum aku memangsamu lagi," sambungya yang kemudian memejamkan mata dan setelah itu ia tidak bisa mendengar suara Ranum yang ternyata dari tadi menangis.
Ranum yang merasa sakit di bagian bawah pusarnya dengan sangat hati-hati sekali bangun. "Akkhh …," ringisnya sambil menggigit bibirnya supaya suaranya tidak mengganggu tidur laki-laki yang berani membayar jasanya dengan harga yang lumayan fantastis. "Aku harus cepat kerumah sakit, supaya Ibu juga cepat ditangani." Meski ia merasakan seluruh tubuhnya terasa remuk ia tetap berusaha berjongkok untuk memungut pakainya yang sudah robek.
Tidak berselang lama setelah ia berhasil memakai bajunya, ia keluar dengan kaki yang terasa sangat berat untuk melangkah sehingga ia tidak mampu menumpu badan dengan baik. Dan saat ia membuka pintu tiba-tiba saja Vira sudah berdiri di sana dengan membawa sebotol air sprite dan juga satu pil dengan berukuran kecil yang warnanya putih.
"Vir …," panggil Ranum dengan suara bergetar dan tidak lama tubuhnya terguncang kuat. "A-aku, a-aku … a-aku." Ia terbata-bata karena ia tidak sanggup mengucapkan kata apapun, ia merasa bahwa dirinya adalah manusia yang paling menjijikan dan manusia yang paling kotor.
"Lu lebih baik minum ini dulu Num, dan juga langsung telan pil ini," ujar Vira yang menepuk-nepuk bahu Ranum pelan berharap tangis temannya itu mereda. "Setelah meminumnya lu boleh langsung pergi kerumah sakit, karena tadi bi Ijah menelpon beberapa kali ke ponsel lu tapi gue nggak berani menjawab panggilannya." Ia memberikan Ranum benda pipih yang sudah retak di mana-mana. "Dan ini uang yang lu minta, buat biaya operasi." Satu kresek hitam besar yang isinya uang ia berikan juga langsung kepada Ranum.
"Gue yakin semua akan baik-baik saja, di depan ada sopir tante Grace dia yang akan mengantar lu k rumah sakit, tapi sebelum itu ganti dulu bajuku dan jangan lupa tutupi tanda merah di leher lu." Setelah mengatakan itu Vira langsung memapah Ranum untuk pergi mengganti baju di toilet. "Percaya sama gue, semua akan baik-baik saja. Oke!"
Ranum hanya bisa mengangguk lemah dan mengikuti langkah kaki Vira.
***
Dengan wajah yang berhias senyum Ranum membawa kresek hitam yang tadi berisi uang dengan penuh sejuta harapan. "Ibu, aku sudah mendapatkan uang jadi, Ibu akan bisa segera dioperasi," gumamnya pelan sambil terus berjalan. Namun, apa yang ia lihat membuat langkah kakinya terhenti detik itu juga durinya terasa mau roboh seketika. "Tidak mungkin, itu pasti bukan Ibu." Tungkai kakinya terasa lemas di saat adiknya yang balita menangis memanggil nama ibu mereka berulang-ulang kali.
🙄🙄