500 tahun setelah kedatangan Ras Manusia Naga yang di sebut Khodshuga ke Bumi, kini Ras KhodShuga sudah tiada lagi, kini hanya ada Ras Mandogarian yang terlahir dari campuran ras Manusia murni dan Ras KhodShuga hidup berdampingan dengan Manusia itu sendiri dengan damai, namun masalah - masalah kesenjangan sosial masih saja melekat di dalam kehidupan Bumi ini dan di sisi lain masa lalu yang pernah menghantui para KhodShuga kini mulai mengintai kehidupan di bumi ini. Satyra anak muda yang memiliki kekuatan luar biasa selalu menjunjung tinggi kedamaian dalam hidupnya selalu berusaha melindungi sesama manusia di sekitarnya namun apakah dia mampu menjadi pembawa kedamaian itu sendiri? lalu siapa Hantu di Masa lalu yang pernah membuat para KhodShuga ini sampai mengungsi ke Bumi 500 tahun yang lalu? apakah Satyra mampu menghentikannya? bagaiamana perjalanan Satyra dengan teman-temannya menghentikan kegelapan?.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Nicholaus Gabriel Raka W, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 7 "Leya Dan Tuan Arya"
Leya dan Satyra tampak sedang berjalan bersama keduanya tampak saling bertolak pandangan dan hanya fokus di jalan karena rasa malu.
Satyra pun memberanikan dirinya dan berkata, "sini biar aku bantu bawakan barangmu."
"Emm gaperlu, ntar ngerepotin kamu, aku bisa bawa sendiri kok, lagian barangnya juga ga terlalu berat." Sahut Leya.
Satyra lanjut meminta "gapapa, anggap aja ini permintaan maaf ku soal tadi"
"Emm, kamu bawa ini aja deh biar ini aku yang bawa." ucap Leya sambil memberikan satu tas belanjaannya kepada Satyra.
"Wah kamu habis belanja jajanan ya? Untuk apa sebanyak ini?" Tanya Satyra
Lalu Leya menjawab "iya, ini untuk papaku, dia akan keluar kota."
Satyra pun bertanya kembali "eh, keluar kota? Bukannya ayahmu besok datang ke kompetisi kampus?."
"Iya ayah tidak bisa datang besok karena dia di undang oleh tuan Armos untuk melihat kompetisi di Universitas Daja." Jawab Leya
"universitas Daja? Bukankah itu universitas penghasil petarung terbaik di kota Banjia?." Tanya Satyra lagi.
Leya pun menjelaskan "iya Universitas Daja selalu menjadi yang terbaik entah soal ilmu kekuatan, medis, strategi, dan penguasaan psikologi yang baik. Universitas Daja sudah memenangkan Kompetisi Jiwa tak terbatas 3 kali berturut-turut, ayah juga mengagumi anak tuan Armos yaitu pangeran Vergyl jadi ayah tidak akan menolak jika mendapat undangan untuk melihat kompetisi di tempat pangeran Vergyl berkuliah."
"Vergyl? Jadi dia juga mengikuti Kompetisi ini?." Gumam Satyra dengan nada rendah
Leya yang mendengarnya pun menyahut "eh, kamu kenal dengan pangeran Vergyl?."
"Eh ngga kok, siapa sih yang ga kenal sama tuan Vergyl." jawab Satyra dengan tersenyum sambil tetap berjalan bersama Leya
"Btw, Leya apa besok kamu akan datang melihat kompetisi?." Tanya Satyra
Lalu Leya menjawab "melihat? Haha aku juga datang mengikuti kompetisi Jiwa tak terbatas sebagai peserta, bahkan ayahku juga mendukungku mengikuti kompetisi itu."
"HAHH, Serius kamu? Kamu juga mengikuti kompetisi ituuu?." Tanya Satyra yang sedikit kaget
"Ohh kamu ngeremehin aku ya?, walau aku seorang wanita aku juga bisa bertarung, bahkan ayahku selalu mengajariku bela diri sejak aku masih kecil, jadi sia - sia dong kalo punya ilmu bela diri tapi ga pernah ikut kompetisi." sahut Leya dengan tersenyum kepada Satyra
Lalu Satyra yang masih terkejut berkata "ah berarti kamu keren banget dong?? Jarang-jarang loh ada perempuan yang jago bela diri."
Leya menjawab sambil mengangkat 1 alisnya "kamu mau coba?."
"Ok gas, sampai di rumahmu mau latihan ringan denganku?, anggap aja pemanasan sebelum pertandingan besok." Jawab juga Satyra dengan tersenyum menantang.
"Okeyy." jawab Leya.
Lalu sampailah mereka dirumah Leya, Rumahnya cukup besar dan luas tapi tak seperti Rumah bangsawan melainkan seperti rumah orang kaya pada umunya.
"Ayo masuk, biar aku kenalin kamu sama ayahku, dia pasti senang denganmu." Ucap Leya yang mempersilahkan Satyra memasuki rumahnya.
"Ah i iyaa" jawab Satyra dengan sedikit gugup.
Lalu ketika Leya dan Satyra memasuki rumah, tampak pria yang sedikit tua dengan kumis yang sedikit tebal, berperut agak buncit tapi memiliki wibawa yang tinggi, dia adalah ayah Leya, tuan Arya.
"Ayah, aku udah beliin nih jajan dan keperluan buat ayah, oh iya aku juga bawa temen mau mampir sebentar." ucap Leya kepada ayahnya.
Lalu tuan Arya menoleh dan melihat kearah Leya dan Satyra. tuan Arya tampak memicingkan matanya ke arah Satyra dan berkata kepada Leya.
"Tumben banget bawa temen cowok mampir?, siapa dia?."
"Permisi pak, saya Satyra, saya temen kampusnya Leya, teman teman saya biasanya memanggil saya Tyra." Satyra memperkenalkan dirinya kepada tuan Arya sembari memberi salam.
Tuan Arya yang menyalami tangan Satyra sontak sedikit terkejut dan bergumam dalam hatinya.
"Anak ini, Tekanan Hikari yang hebat tapi tidak membuat orang disekitarnya merasakan pancaran Hikarinya yang kuat, apakah dia akan menjadi saingan Arga di kompetisi kampus nanti?, semoga saja anak ini bisa lolos di penyisihan tingkat Universitas."
Lalu tuan Arya bertanya, "jadi namamu Satyra? Apa aku bisa memanggilmu Tyra seperti temanmu yang lain?."
Satyra pun menjawab dan bingung karena belum mengetahui nama tuan Arya "tentu, pak... Ee.."
"Arya, aku tuan Arya pemimpin militer kota Keigo, tapi santai aja, kamu boleh panggil aku om Arya." jawab tuan Arya dengan tersenyum
"Emm, baik om Arya" sahut Satyra dengan tersenyum gugup.
Lalu tuan Arya bertanya kembali dan berkata
"jadi ada keperluan apa kemari? Jarang banget Leya ngajak temen cowoknya kerumah"
Satyra menjelaskan "jadi tadi saya dari cafe dengan teman-teman lalu ketika akan pulang saya tidak sengaja menabrak Leya, lalu untuk permintaan maaf saya mau bantu Leya membawakan barangnya sampe kerumah, tapi ketika di perjalanan saya sempat kaget karena Leya menjadi peserta Kompetisi Jiwa tak terbatas tahun ini, lalu akhirnya kami memutuskan untuk berlatih ringan bersama."
"Wahh jadi kamu mau ngelatih Leya? Wah baguslah baguslah, tolong latih dia, tapi jangan berlebihan ya" jawab tuan Arya kepada Satyra
Lalu tambah ucap tuan Arya kepada Leya "Leya, berlatihlah dengan Satyra dengan baik, jangan bersikap manja seperti ketika berlatih dengan Arya, hehe."
"Ayah apaan sih, mana ada aku manja, yang ada ayah tuh sering kesakitan kalo aku mukul ayah" jawab Leya dengan cemberut.
"Hahaha memang masih anak ayah paling cantik yang suka ngambek" ucap tuan Arya dengan tertawa meledek Leya.
"Ihhhh ayahhh.." sahut Leya dengan kesal.
Lalu tuan Arya berkata kepada Satyra dengan tersenyum "Tyra aku titip Leya ya, jaga dia dimanapun kau berada."
"Baik om Arya." jawab Satyra kepada tuan Arya lalu ia mamlingkan pandangannya ke arah Leya dengan tersenyum manis.
"Ihhh Tyraa, jangan liatin aku kayak gituu." Sahut Leya yang makin cemberut tapi wajahnya sangat memerah malu.
Akhirnya tuan Arya segera berangkat meninggalkan rumah di sertai Satyra dan Leya yang menunggu tuan Arya pergi.
Lalu Leya berbicara kepada Satyra "kamu mau minum dulu? Sekalian aku juga mau ganti baju buat latihan sama kamu habisini."
"Boleh, aku suka teh hangat manis, tapi keknya gaperlu dikasih gula deh." Jawab Satyra
Leya pun terheran "kenapa?, aku ada gula banyak kok."
"Senyummu udah cukup kok buat tehnya jadi manis, hehehe." gombal Satyra kepada Leya.
Lalu Leya kembali cemberut dan menjawab "ishh Buaya... , sama aja kek cowok lain"
Dan Satyra pun hanya tertawa sembari duduk di sofa tamu. Tak lama Leya segera keluar menyediakan teh hangat berwarna coklat pekat serta telah mengenakan pakaian petarungnya, saat itu Leya benar-benar memancarkan aura petarung yang berwibawa tapi tetap terlihat cantik dan anggun.