Alinea Alexandra sangat bahagia saat orang tuanya menjodohkan dirinya dengan Diksi Galenio, pria yang selama ini diam-diam dia cintai.
Namun, kenyataan tak sesuai dengan harapannya, Alinea harus menelan pil pahit karena hanya dijadikan istri rahasia oleh Galen.
"Kamu tidak perlu bertingkah seperti seorang istri! Karena Aku menikahimu hanya untuk balas budi. Satu lagi, rahasiakan pernikahan ini dari kekasih ku!" Diksi Galenio.
Namun, saat Alinea terus memperjuangkan cintanya, Dia justru dipertemukan kembali dengan mantan kekasihnya.
Apakah Alinea akan terus berjuang untuk mendapatkan cinta suaminya?
Atau menyerah dan memilih mantan kekasihnya?
"Aku tunggu jandamu!" Skala Bumi.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Kikan dwi, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Chapter 34
"70 hari lagi. Arrrggghhh kenapa tiga bulan lama sekali?!" Skala mengacak rambutnya frustrasi. Setiap harinya pria tampan rupawan itu hanya menghitung hari dengan melingkari kalendernya.
Menunggu waktu tiga bulan rasanya sudah seperti menunggu ribuan tahun untuk Skala. Apalagi setelah insiden kesalahpahaman waktu itu, Alinea tidak bekerja lagi di kantor Skala. Bukan karena tidak ingin, hanya saja Orion tidak mengijinkannya dengan alasan, Skala yang selalu mengambil kesempatan.
Tanpa sepengetahuan Skala, Orion sebenarnya hanya berdalih saja. Karena alasan utama pria itu adalah ingin membuat Skala uring-uringan, sebagai balasan karena calon iparnya itu secara tidak langsung sudah berani mengatai nya tidak laku.
"Bos, daripada Anda uring-uringan terus seperti ini, lebih baik Anda temui Nona Alin saja. Di sini pun percuma saja, Anda tidak bekerja sama sekali. Yang ada bikin saya semakin pusing." Gerald terus menggerutu, ingin rasanya asisten Skala itu menendang Bosnya dari kantor. Namun sayangnya Gerald tidak memiliki cukup keberanian karena masih sayang dengan nyawanya.
"Memangnya boleh saya menemui Alin?" Ucap Skala dengan polosnya.
Ucapan Bosnya itu membuat Gerald menepuk jidatnya. Asisten Skala itu menggelengkan kepalanya berulang-ulang, Bosnya itu sangat cerdas bahkan tergolong pria genius. Namun ada kalanya Skala bertingkah bodoh seperti tidak memiliki otak, pikir Gerald.
"Bos, memangnya yang melarang Anda bertemu dengan Nona, siapa? Masa id'dah itu bukan berarti tidak boleh bertemu, Bos. Berbeda dengan ritual pingitian, yang tidak memperbolehkan bertemu sampai hari pernikahan."
Skala nampak berpikir, lalu detik berikutnya pria itu menyunggingkan senyumnya. Apa yang asistennya ucapkan itu benar-benar membuat semangat Skala kembali lagi.
"Benar juga Kamu. Kenapa saya tidak kepikiran, ya? Tumben Kamu pinter."
Gerald mencebikkan bibirnya tidak terima dengan ucapan sang Bos yang selalu seenaknya.
"Bos, gini-gini ibu saya guru ngaji, jangan salah! Lagian kalau saya tidak pinter, saya tidak mungkin menjadi asisten Tuan Skala yang tampan rupawan, baik hati dan tidak sombong!"
"Satu lagi, Ger." Gerald mengerutkan keningnya. Segala pujian telah asisten Skala itu ucapkan, lalu apa yang tertinggal? "Saya selalu benar!"
Gerald memutar bola matanya malas. "Iya, Bos selalu maha benar. Seperti netizen, yang ketikannya tidak mau disalahkan."
Skala tidak menanggapi lagi ucapan asistennya, karena pria tampan itu sudah pergi untuk menemui pujaan hatinya yang sudah sangat Dia rindukan.
...----------------...
Pagi-pagi sekali Ruby sudah bersiap dengan pakaian sexynya. Seperti biasa, wanita itu pamit pada suaminya untuk pemotretan.
Galen mengiyakan saja walaupun hatinya masih merasa kesal dengan istrinya itu. Masalah semalam saja Ruby sama sekali belum meminta maaf pada Galen, justru wanita itu merasa suaminya lah yang salah karena menuduhnya tanpa bukti.
"Mas, aku pamit!"
Ruby meninggalkan Galen yang masih sarapan di meja makan. Wanita itu bahkan tidak menunggu suaminya selesai makan terlebih dahulu. Jangankan menunggu Galen selesai sarapan, mencium tangan suaminya saja, Ruby tidak melakukannya.
"Istri macam apa Dia? Sekedar mencium tangan Kakak saja, enggak?" Moana yang baru saja turun dari kamarnya, tidak sengaja melihat kelakuan iparnya. Adik Galen itu terus menggerutu karena sikap Ruby itu sudah keterlaluan.
Walaupun terkesan sepele, tapi orang tuanya selalu bilang untuk selalu mencium tangan orang tua, kakak, ataupun suami ketika keluar dari rumah. Itu adalah salah satu adab yang biasa orang tuanya ajarkan.
Ingatan Galen kembali ke masa dirinya masih menjadi suami Alinea. Mantan istrinya itu selalu mencium tangan Galen ketika Galen pergi ke kantor. Walaupun Galen selalu menyakitinya dengan kata-kata kasar, tapi Alinea selalu berusaha tersenyum untuk menutupi kesedihannya.
"𝘈𝘭... 𝘬𝘦𝘯𝘢𝘱𝘢 𝘵𝘪𝘣𝘢-𝘵𝘪𝘣𝘢 𝘢𝘬𝘶 𝘮𝘦𝘯𝘨𝘪𝘯𝘨𝘢𝘵𝘮𝘶?"
Galen menggelengkan kepalanya mencoba mengusir bayangan Alinea yang tiba-tiba bersarang di benaknya. Sejak peristiwa malam tragis itu, Galen belum bertemu kembali dengan Alinea. Selain kesehatan Galen yang belum pulih, pria itu juga merasa sudah tidak punya muka lagi untuk sekedar bertatap muka dengan mantan istrinya itu.
"Kak! Kamu mikirin apa? Kenapa tiba-tiba melamun?" Ucapan Moana berhasil membuyarkan lamunan Galen. Namun pria itu enggan bercerita apapun pada adiknya yang sok tahu itu. "Bukannya Kakak mau menyelidiki istri Kakak ? Mendingan sekarang aja, Kak. Ikutin mobilnya aja!"
Galen pun kembali teringat jika dirinya akan menyelidiki Ruby, dan apa yang Moana ucapkan ada benarnya juga. Tanpa pikir panjang, Galen pun bergegas mengikuti istrinya yang belum lama meninggalkan rumah.
Benar saja, Ruby belum terlalu jauh dari area komplek tempat tinggalnya. Galen pun diam-diam mengikuti Ruby dengan jarak aman supaya Ruby tidak menyadari jika dirinya tengah diikuti.
"Kenapa ke sini?" Galen mengernyitkan keningnya saat mobil Ruby masuk ke kawasan apartemen elit. Walaupun diliputi kebingungan, namun Galen masih berpikir positif, mungkin saja istrinya itu sedang ada pemotretan dengan latar apartemen yang menjadi konsepnya.
Galen terus mengikuti Ruby sampai istrinya itu hilang bersama tertutupnya pintu lift menuju kamar lantai paling atas. Galen pun kembali mengikuti Ruby menggunakan lift berikutnya.
Begitu keluar dari lift, Galen melihat dengan jelas istrinya itu masuk ke dalam salah satu kamar apartemen. Sepertinya keberuntungan sedang berada di pihaknya, pintu apartemen yang Ruby masuki itu tidak tertutup sepenuhnya. Membuat Galen bisa mendengar dengan jelas apa yang terjadi di dalam kamar itu. Bahkan matanya melotot sempurna saat melihat pemandangan yang hampir membuat jantungnya berhenti berdetak.
Brakkk
"JADI BEGINI KELAKUANMU SELAMA INI DI BELAKANGKU??"
𝘛𝘰 𝘉𝘦 𝘊𝘰𝘯𝘵𝘪𝘯𝘶𝘦𝘥