NovelToon NovelToon
Terjebak Permainan Tuan Galak

Terjebak Permainan Tuan Galak

Status: tamat
Genre:Tamat / Keluarga / Cinta Murni / Romansa
Popularitas:261.6k
Nilai: 5
Nama Author: Kopii Hitam

Saran author, sebelum membaca novel ini sebaiknya baca dulu "Gadis Bayaran Tuan Duren" ya kak. Biar ceritanya nyambung.

Novel ini menceritakan tentang kehidupan putra dari Arhan Airlangga dan Aina Cecilia yaitu King Aksa Airlangga dan keempat adiknya.

Sejak tamat SMP, Aksa melanjutkan studinya di Korea karena satu kesalahan yang sudah dia lakukan. Di sana dia tinggal bersama Opa dan Oma nya. Sambil menyelesaikan kuliahnya, Aksa sempat membantu Airlangga mengurusi perusahaan mereka yang ada di sana.

Tak disangka sebelum dia kembali, sesuatu terjadi pada adiknya hingga menyebabkan sebuah perselisihan yang akhirnya membuat mereka berdua terjebak diantara perasaan yang seharusnya tidak ada.

Bagaimanakah kelanjutan ceritanya?

Jangan lupa dukungannya ya kak!
Semoga cerita ini berkenan di hati kakak semua.
Lope lope taroroh untuk kalian semua 😍😍

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Kopii Hitam, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

TPTG BAB 8.

Gelap berganti terang. Suara kokok ayam membuat Inara tersentak dari tidurnya dan membuka mata perlahan, Inara kemudian meraih ponsel yang ada di atas kepala dan melihat jam yang baru menunjukkan pukul enam pagi.

Inara menarik selimut dan membungkus tubuhnya kembali, cuaca yang begitu dingin membuatnya sangat enggan untuk bangun. Apalagi masih butuh dua jam untuk datang ke rumah sakit.

Setengah jam kemudian, Inara akhirnya turun dari ranjang berukuran 90×200 cm itu. Dia membuka pintu jendela dan berdiri sambil merentangkan kedua tangannya. Hembusan nafasnya menyatu dengan desiran angin yang menerpa sekujur tubuhnya.

"Pagi Inara," sapa seorang ibu-ibu yang tengah menyapu halaman.

"Pagi Bu Yanti," sahut Inara sambil tersenyum.

"Tidak dinas?" tanya Bu Yanti yang tak lain adalah pemilik kos yang ditempati Inara.

"Iya Bu, sebentar lagi. Inara pamit mandi dulu ya." sahut Inara dengan ramah, lalu berbalik dan melangkah ke kamar mandi.

Seperti biasa, Inara harus mengantri dulu karena kamar mandi yang ada di kosan itu cuma tiga. Sementara yang tinggal di sana ada sekitar lima belas orang. Sudah menjadi rutinitas mereka setiap pagi mengantri sambil bercengkrama.

Diantara para gadis yang kos di tempat itu, ada beberapa orang yang juga kerja di rumah sakit dan ada yang kerja di tempat lain seperti swalayan, ramayana dan toko pakaian serta konter hp.

Selesai mandi Inara langsung bersiap-siap dan mengenakan pakaian dinas, lalu meninggalkan kosan bersama dua orang temannya yang juga bekerja di rumah sakit. Mereka bertiga berjalan kaki di atas trotoar.

Sebelum tiba di rumah sakit, ketiganya mampir di warung sarapan pagi untuk mengisi perut. Seperti biasa Inara memesan ketupat pical yang menjadi makanan favoritnya. Selain murah meriah, makanan tersebut mampu mengganjal perut sampai jam makan siang tiba.

Usai sarapan, mereka bertiga melanjutkan perjalanan menuju rumah sakit. Inara masuk ke ruangan dokter Melisa sedangkan kedua temannya masuk ke ruangan perawat.

Sebelum dokter Melisa datang, Inara segera membersihkan ruangan itu dan menatanya dengan sangat rapi. Inara ingin secepatnya menyelesaikan magang ini dan mendapatkan gelar sebagai seorang dokter. Dengan begitu, dia bisa mencicil rumah dan membawa kedua orang tuanya pindah dari kediaman Airlangga.

Setelah membersihkan ruangan dokter Melisa, Inara melanjutkan tugasnya memeriksa satu persatu pasien yang berada di bawah tanggung jawabnya. Begitulah pekerjaan yang harus dia lakukan setiap hari sebelum dokter Melisa tiba di rumah sakit.

Di tempat lain, seorang pria bertato turun dari kamar novotel. Manik matanya bersinar terang secerah langit nan biru, nampak lukisan indah terukir di balik dadanya yang sedikit menganga dan menjalar hingga punggung tangan. Sambil berjalan, dia pun membungkus tubuhnya dengan jaket levis berwarna hitam.

Pria itu melenggang menghampiri seorang petugas yang sudah menunggu di area lobby, seringai tipis melengkung di sudut bibirnya saat berjabat tangan dengan petugas itu.

"Bagaimana?" tanya Aksa dengan suara bariton nya.

"Ada Tuan, motornya sudah ada di parkiran. Tuan boleh memeriksanya terlebih dahulu. Pemiliknya juga masih menunggu di sana." jawab petugas itu.

"Oke, kita keluar sekarang."

Setelah mengatakan itu, Aksa langsung keluar dari novotel dan berjalan menuju parkiran. Matanya langsung menangkap sebuah sepeda motor Ninja H2 Carbon yang terlihat masih sangat baru.

"Ini motor yang mau disewakan?" tanya Aksa sambil memperhatikan sepeda motor itu dengan seksama.

"Iya Ndan, itupun kalau Mandan suka. Kami cuma punya dua moge dan yang satunya dipakai pelanggan. Hanya inilah yang tersisa. Tapi kalau matic banyak, Mandan tinggal pilih saja." jawab pria itu.

"Maaf, tolong panggilannya diralat. Saya bukan abdi negara, kenapa dipanggil Ndan Ndan begitu?" Aksa mengerutkan keningnya.

"Hahahaha..." Pria itu tertawa terbahak-bahak. "Maaf, ini Bukittinggi bos, bukan Jakarta. Ndan itu adalah panggilan gaul untuk sesama laki-laki, bisa juga kepada teman-teman satu tongkrongan." jelas pria itu.

"Oh..." Aksa manggut-manggut sambil menggaruk kepalanya yang tak gatal sama sekali. Dia sama sekali tidak tau karena dia sendiri cuma pendatang di kota itu.

Setelah bernegosiasi, Aksa pun setuju untuk menyewa motor itu. Dia kemudian mentransfer uang muka untuk seminggu dan memberikan jaminan berupa KTP. Sebagai gantinya, pria itu memberikan kunci dan STNK motor itu kepada Aksa lalu mereka berdua berjabat tangan.

Sore hari, Aksa keluar dari novotel dan mengenakan helm untuk menutupi kepalanya. Dia kemudian melajukan motor sport itu menuju rumah sakit yang sudah dia ketahui alamatnya.

Belum sempat Aksa menghentikan laju motornya, matanya sudah menangkap keberadaan seorang gadis cantik yang tengah berjalan meninggalkan rumah sakit. Dada Aksa seketika bergemuruh menyaksikan wajah polos yang sangat meneduhkan itu.

Inara terus saja berjalan menuju kosan yang dia tempati, dia bahkan tidak sadar bahwa ada seseorang yang tengah mengikutinya dengan sepeda motor. Saat Inara mampir di rumah makan langganannya, Aksa ikut berhenti tak jauh dari tempat itu. Dan saat Inara keluar dari rumah makan itu, Aksa kembali mengikutinya.

Ada banyak pertanyaan yang mengganjal di benak Aksa saat ini, tapi dia berusaha tenang agar tak kehilangan jejak Inara. Dia harus tau dimana Inara tinggal dan bagaimana keadaannya.

Cukup jauh Inara berjalan hingga akhirnya sampai juga di kosan, Inara segera masuk dan langsung membersihkan diri seperti biasanya.

Dari kejauhan, Aksa memandangi kosan yang ditempati Inara itu dengan seksama. Sangat jauh dari kata mewah, suasananya terlihat biasa saja seperti kosan lain pada umumnya.

"Apa yang kau lakukan di tempat ini? Kau itu anak seorang konglomerat, kenapa memilih tinggal di tempat seperti ini?" gumam Aksa yang masih mangkal di ujung jalan sambil mengamati kosan itu.

Dia tidak habis pikir dengan jalan pikiran Inara. Apa semua itu karena kata-kata yang dia lontarkan tempo hari? Apa ucapannya se menyakitkan itu sehingga Inara memilih jalan ini untuk menjauh darinya?

Setelah puas memandangi tempat tinggal Inara, Aksa memutuskan untuk kembali ke novotel. Saat memutar motor, Aksa tak sengaja melihat Inara yang tengah keluar dari pintu kosan. Air muka gadis itu terlihat lesu sambil berjalan menuju jalan raya.

Kali ini Aksa tak bisa tinggal diam, dia menyusul gadis itu dan sengaja menghadang langkah Inara dengan motor yang dikendarainya.

"Aaaaaa..."

Inara berteriak sambil memegangi dadanya, hampir saja jantungnya copot melihat kelakuan pengendara yang menurutnya ugal-ugalan di jalan raya.

"Maaf, maaf, saya tidak sengaja." Aksa turun dari motor dan menyatukan kedua telapak tangannya memohon maaf.

"Deg!"

Inara terlonjak dengan mata membulat sempurna, bibirnya mendadak gagap saat ingin berbicara. Sulit sekali mengeluarkan sepatah dua patah kata saat menyadari bahwa dirinya pernah melihat orang itu sebelumnya. Apalagi saat melihat tato yang terlukis di punggung tangannya.

Beberapa detik kemudian, Inara meraih helm yang terpasang di kepala pria itu dan menariknya secara paksa.

"Hei, apa yang kau lakukan?" Aksa berusaha keras menahan helmnya.

"Diam, atau aku akan berteriak agar orang-orang memukuli mu!" ancam Inara dengan tatapan mematikan, hal itu membuat Aksa terdiam dan pasrah saat Inara mengangkat helm yang terpasang di kepalanya.

"Deg!"

Lagi-lagi jantung Inara hampir copot saat melihat wajah pria itu dengan seksama. Tidak salah lagi, ternyata pria yang dilihatnya itu adalah orang yang sama. Pria bajingan yang sudah menghancurkan hidupnya.

Manik matanya yang biru dan tato yang sama di punggung tangannya sudah cukup menjadi acuan bagi Inara. Dia tidak mungkin salah mengenali orang.

Bersambung...

1
Anita Choirun Nisa
keren thor
Adila Ahmad
bgus
Aurora
Luar biasa
Ruk Mini
happy.. happy... seneng..bgt
Kopii Hitam: setia maksudnya 😄
Kopii Hitam: halo kk, maacinaaa udah setiap baca novel receh aku. Maaf kalau ado kurang2 ya kk, maklum masih pemula 🙏
total 2 replies
Ruk Mini
bisac.bunting madal ye thorrr..😆😆😆kau adil thorr
Ruk Mini
happy..smua...
Ruk Mini
Alhamdulillah..slamat ya mamud
Ruk Mini
heran ye pd gede ambek ... hadeuhhhh
Ruk Mini
dih..ko gtu sehh
Ruk Mini
kesian kau sar. sabar y nenk
Ruk Mini
roman .roman ye inara hamidun ye thorrr
Ruk Mini
sabar.. sabar...
Ruk Mini
dih...pake drama..sih dh tau ade bom..bank..bank...cari penyakit aje
Ruk Mini
tamat kau ciwi 😖😖😖
Ruk Mini
tuntas ye bank...smoga awet.ampe loucing debay y
Ruk Mini
ga ada kapok-kapok y ye
Ruk Mini
ky bocah..lo pa ..pa .
Ruk Mini
krjam kau bank ak..ngerjain org tua
Ruk Mini
bank baron ..kau ga enak y sm Boss mu .. sabar.. sabar..
Ruk Mini
ulu...ulu .babank ar. bisa ae
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!