NovelToon NovelToon
CEO : Arav Dan Kayla

CEO : Arav Dan Kayla

Status: sedang berlangsung
Genre:CEO / Dikelilingi wanita cantik / Pernikahan Kilat / Cinta Paksa / Cinta pada Pandangan Pertama / Kehidupan di Kantor
Popularitas:9.1k
Nilai: 5
Nama Author: El Nurcahyani

Arav Hayes Callahan, seorang CEO yang selalu dikelilingi wanita berkelas, terjebak dalam situasi yang tak terduga ketika hatinya tertambat pada Kayla Pradipta, seorang wanita yang statusnya jauh di bawahnya.

Sementara banyak pria mulai menyukai Kayla, termasuk kakaknya sendiri, Arav harus menahan rasa cemburu yang terpendam dalam bayang-bayang sikap dinginnya. Bisakah Arav menyatukan perasaannya dengan Kayla di tengah intrik, cemburu, dan perbedaan status yang menghalangi mereka?

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon El Nurcahyani, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Di Bawah Pengawasan CEO

Bab 10.

Setelah sampai di kantor, Arav langsung memberikan instruksi pada Kayla dengan nada dingin yang khas. “Siapkan ruanganku. Pastikan sudah bersih, rapi, dan sediakan minuman hangat. Aku akan mengecek divisi lain dulu.”

Kayla mengangguk cepat, walau masih sedikit canggung. “Baik, Pak,” jawabnya. Ia tahu bahwa ini adalah perintah sederhana, namun ketelitian Arav selalu membuatnya merasa tertekan untuk melakukan segalanya dengan sempurna.

Ketika Arav turun dari mobil, seorang pria dengan tubuh tegap dan tampang elegan membukakan pintu untuknya. Kayla menatap pria itu dengan rasa penasaran. Ia bukan seperti petugas keamanan atau karyawan biasa, terlebih seragam yang dikenakannya juga tampak berbeda—lebih rapi dan formal. Kayla menduga mungkin dia adalah salah satu pengawal pribadi Arav yang selama ini tak terlihat.

Perasaan Kayla sedikit campur aduk ketika berjalan menuju kantor. Ada rasa canggung yang bercampur dengan kebanggaan terselubung karena bisa tiba di kantor bersama sang CEO, meskipun keduanya langsung menuju tempat yang berbeda. Di sepanjang perjalanan, Kayla merasa seolah semua mata karyawan tertuju padanya, namun ia segera menyadari mungkin itu hanya perasaannya sendiri. Mungkin, diam-diam, ia merasa sedikit istimewa.

Setelah sampai di ruang kerja Arav, Kayla langsung melakukan apa yang diperintahkan. Ia merapikan setiap sudut ruangan dengan cermat, memastikan tidak ada berkas yang berantakan. Lalu, ia pergi menyiapkan minuman hangat. Setelah berpikir sejenak, ia memutuskan untuk menyajikan *earl grey tea*, jenis teh yang sering kali diminum oleh kalangan atas. Harum teh itu yang khas dan elegan dirasa cocok dengan selera seseorang seperti Arav.

Setelah semuanya siap, Kayla merasa lega walaupun ia mulai merasa lelah. Keringat mulai mengalir di pelipisnya, dan riasannya yang seadanya tadi pagi semakin tampak kusam. Ia berusaha tetap tenang, meskipun ada sedikit kekhawatiran kalau-kalau Arav akan memperhatikan penampilannya.

Tak lama, pintu ruangan terbuka. Arav masuk dengan langkah tegas bersama Moe, asisten pribadinya yang baru saja kembali dari tugas luar kota. Pria itu tampak profesional dengan aura serius, tetapi tetap lebih ramah dibandingkan Arav. Kayla sempat menahan napas, berusaha mempersiapkan diri untuk menghadapi tatapan kritis sang CEO.

Arav berhenti di depan pintu, mengamati Kayla yang sibuk memastikan ruangan tetap sempurna. Matanya tajam, mengamati setiap detail. "Minuman hangatnya sudah siap?" tanya Arav dingin.

“Sudah, Pak. Teh Earl Grey,” jawab Kayla cepat, berharap pilihannya sesuai dengan selera Arav.

Arav hanya mengangguk singkat, lalu melirik Moe. "Moe, beri dia tisu. Suruh dia merapikan riasannya dan bersihkan keringatnya," perintah Arav tanpa basa-basi.

Moe segera mengeluarkan tisu dari saku jasnya dan menyerahkannya kepada Kayla. “Pak Arav memperhatikan detail kecil. Lebih baik riasanmu dirapikan sedikit, Kayla,” katanya dengan senyuman tipis.

Kayla terdiam, merasa bingung sekaligus sedikit kesal. Ia tidak tahu harus merasa tersinggung atau justru berterima kasih. Arav memperhatikan hal seperti itu—hal yang tidak disangka-sangka. Walau terlihat dingin dan terkesan keras, Arav selalu memastikan segala sesuatu tetap sempurna, termasuk penampilan Kayla. Namun, perhatian ini sering kali membuat Kayla merasa seolah ia sedang diawasi setiap detik.

Dengan sedikit kikuk, Kayla merapikan wajahnya dengan tisu yang diberikan Moe. Ia tidak mengatakan apapun, hanya menunduk, berusaha menutupi kegugupannya. Sementara itu, Arav hanya mengamati dari tempatnya berdiri dengan ekspresi tak terbaca.

Setelah ruangan dan penampilan Kayla dinilai cukup rapi, Arav akhirnya berjalan menuju meja kerjanya dan menghela napas pelan. “Pastikan semua berjalan sesuai rencana hari ini. Jangan sampai ada hal kecil yang luput dari perhatianmu,” ucapnya dengan nada yang menekankan pentingnya kesempurnaan dalam setiap aspek.

Kayla mengangguk, berusaha untuk tidak terlihat terlalu gugup. Di dalam hatinya, ia bertanya-tanya apa sebenarnya yang dipikirkan Arav tentang dirinya. Terlalu banyak hal yang ia belum pahami dari pria ini, namun satu hal yang jelas—Arav selalu memiliki caranya sendiri untuk menunjukkan perhatian, meski sering kali tersamarkan dalam bentuk koreksi yang tajam dan sikap dingin yang khas.

"Kalau begitu saya pamit, Pak. Permisi," ucap Kayla, santun.

Kayla melangkah keluar dari ruangan Arav dengan ekspresi kesal yang tak bisa ia sembunyikan. Tanpa sepatah kata, Arav membiarkan dirinya pamit begitu saja. Sementara langkah kakinya menjauh dari ruangan itu, hatinya semakin dongkol. “Aku pikir setelah kita sering berinteraksi, dia bisa sedikit lebih ramah. Nyatanya, aku terlalu berharap. Apa mungkin sang CEO itu bisa manis pada orang lain? Aku ini terlalu bodoh mengira dia bisa berubah,” gumam Kayla dalam hati.

Sesampainya di ruang kerjanya, Kayla mencoba fokus pada pekerjaannya, tetapi bayangan sikap dingin Arav tadi terus menghantuinya. Sementara itu, di ruangannya, Arav membuka agendanya dan meminta Moe untuk merincikan kesibukan mereka dalam seminggu ke depan.

“Pak, minggu ini cukup padat. Ada beberapa rapat penting dengan klien besar, presentasi proyek, dan dua pertemuan bisnis luar negeri yang akan dilakukan secara virtual. Kayla harus hadir untuk mempresentasikan proyek yang kini berada di bawah tanggung jawabnya,” jelas Moe sambil melihat tablet di tangannya.

Arav mengangguk sambil termenung sesaat. Pikirannya tak sepenuhnya terfokus pada penjelasan Moe, tetapi lebih pada penampilan Kayla yang menurutnya masih kurang cocok untuk menghadapi klien besar. Arav tahu bahwa di dunia bisnis, penampilan sering kali menjadi bagian dari kesan pertama yang tak bisa diabaikan. Bukan hanya kecerdasan otak dan skill, tetapi juga penampilan yang menarik sangat menentukan bagaimana klien melihat seseorang.

“Moe, suruh Kayla ke salon. Minta dia memperbaiki penampilannya. Dia harus tampil maksimal, terutama saat bertemu dengan klien besar nanti,” perintah Arav dengan nada tegas.

Moe sedikit terkejut dengan instruksi itu, tetapi segera mengangguk. “Baik, Pak. Saya akan sampaikan padanya.”

###

Di ruangannya, Kayla tengah sibuk memeriksa laporan ketika Moe tiba-tiba mengetuk pintu dan masuk. “Kayla, Pak Arav meminta kamu ke salon. Dia ingin penampilanmu diperbaiki sebelum menghadiri rapat dan presentasi proyek nanti.”

Kayla terkejut. “Salon? Untuk apa? Bukankah penampilanku sudah cukup rapi? Aku tidak punya waktu untuk itu, masih banyak pekerjaan yang harus diselesaikan,” balas Kayla dengan nada agak kesal. Dalam hatinya, Kayla merasa tersinggung. Apakah penampilannya benar-benar seburuk itu di mata Arav?

Moe tersenyum canggung, memahami perasaan Kayla, tetapi ia harus menjalankan perintah atasannya. “Aku mengerti, Kayla, tapi ini permintaan langsung dari Pak Arav. Dia ingin memastikan semuanya berjalan sempurna, termasuk penampilanmu.”

Kayla mendesah dan menggeleng. “Aku tidak bisa, em ... Siapa nama anda?" tanya Kayla yang belum tahu nama orang di depannya.

"Saya Moe."

"Ya, Moe. Banyak hal yang harus ku selesaikan di sini.”

Moe mengangguk mengerti, namun tidak bisa membiarkan penolakan ini begitu saja. Ia segera menelepon Arav dan melaporkan penolakan Kayla. “Pak, Kayla menolak pergi ke salon. Dia beralasan masih ada banyak pekerjaan yang harus dikerjakan,” ujar Moe dengan hati-hati.

Di ujung telepon, Arav mengerutkan keningnya. Ketegangan langsung terlihat di wajahnya. “Berikan telepon itu padanya. Aku ingin bicara langsung,” ucapnya dingin.

Moe mengangguk dan menyodorkan telepon pada Kayla. “Pak Arav ingin bicara langsung denganmu.”

Kayla menatap telepon itu dengan ragu, tetapi akhirnya menggeleng. “Aku tidak perlu bicara dengannya, Moe. Tolong sampaikan saja aku tidak bisa meninggalkan pekerjaan sekarang.”

Bersambung...

1
El Nurcahyani -> IG/FB ✔️
Biasanya CEO maksa nikah karena keluarga cewek punya hutang. Atau ceweknya punya salah.

Ini enggak loh. Kayla tidak ada sangkut paut tanggung jawab apa pun pada CEO/Arav atau pun keluarga. Namun, dia tetap harus nikah dengan Arav.

Kira-kira alasannya apa ya? Yang gak baca novelnya, pasti gak bakal tahu alasannya.
Aruna
Boleh jadi koleksi bacaan
Aruna
Teh early grey kaya apa sih
Neneng Aisyah
seru cerita lanjut kak,aku tunggu 😅😅😅👍🏻
El Nurcahyani -> IG/FB ✔️: Terima kasih udah mampir. 🥰
total 1 replies
Daniel
tbiyuuyiiy gu
Sunrise🌞: Hallo kak mampir juga ya diceritKu

STUCK WITH MR BRYAN
total 1 replies
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!