Akibat hubungan toxic Ameera sering kali tidak fokus dalam berbagai hal, sang kekasih selalu membuntutinya bahkan menghubunginya setiap saat.
Hal itu berakibat fatal pada malam saat saudari kembarnya meminta Ameera untuk mengantarnya menemui sang suami, akibat mengangkat telepon dari kekasihnya Ameera lalai mengemudikan mobilnya hingga terjadilah kecelakaan tragis yang merenggut nyawa saudari kembarnya.
Ambeera wafat saat usia kandungannya delapan Minggu, hal itu membuat Ameera dihantui rasa bersalah yang amat sangat besar! Terlebih lagi Liam yang merupakan suami dari Ambeera mengalami depresi parah akibat kematian istri dan calon anaknya.
Liam hanya bisa ditenangkan ketika melihat wajah Ameera, karena itu keluarga besar keduanya memutuskan untuk menjadikan Ameera istri pengganti untuk Liam, siapa sangka ketika depresinya sembuh Liam tidak bisa menerima bahwa Ameera lah yang kini menjadi istrinya.
Ameera harus sabar setiap kali Liam berlaku kasar padanya, baik secara verbal maupun
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Sopi_sopiah, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 8
Liam mengusap kasar wajahnya, dia merasa kali ini sudah sangat keterlaluan karena sampai mencengkram leher Ameera! Menyesal dan bingung dengan perasaannya yang mulai terusik saat melihat Ameera bersedih membuat kedua kaki Liam melangkah menuju kamar Ameera.
Satu tangannya sudah mengayun hendak mengetuk pintu kamar Ameera, tapi kebencian dihatinya dan ingatan tentang Ambeera membuat Liam kembali menurunkan tangannya.
Dia lebih memilih duduk dibalik pintu kamar Ameera, menunduk dan membiarkan perasaannya bercampur menjadi satu.
Ameera duduk dilantai bersandar pada pintu kamarnya, dan masih menangis tersedu-sedu tidak menyangka Liam akan sampai hati mencengkram lehernya!
Belum lagi memikirkan kata-kata Liam yang dari ke hari terus membuat hatinya sakit!
"Aku hanya akan bertahan sesuai kemampuan yang aku miliki Liam, jika pada saat itu kau belum bisa menerima ku! Maka aku pergi untuk selamanya dari hidup mu!"
Ameera menghapus air matanya, dia tidak mau membuang-buang tenaga lebih banyak lagi dengan menangisi sikap Liam terhadapnya.
Tapi itulah janji Ameera terhadap dirinya sendiri! Dia hanya akan bertahan dengan Liam hanya sampai batas kemampuannya saja. Dia tidak mau merusak mental, menyia-nyiakan waktu bila selamanya Liam tidak dapat menerimanya, maka pada saat yang tepat Ameera akan menyetujui untuk bercerai sesuai keinginan Liam.
Pagi harinya Ameera keluar kamar pada saat membuka pintu kamarnya, kakinya menginjak sesuatu sebuah telepon genggam milik Liam. Kenapa handphone Liam bisa tergeletak didepan pintu kamarnya?
Tapi belum sempat memikirkan penyebabnya, Liam datang dan langsung menyambar handphone miliknya kemudian pergi berlalu.
"Dia tidak minta maaf padahal leherku sampai memerah," gumam Ameera.
Sebenarnya Liam tertidur dibalik pintu kamar Ameera dan dia baru bangun tidak lama sebelum Ameera keluar kamar! Baru sampai didalam kamarnya, Liam baru menyadari kalau handphone miliknya tidak ada.
Padahal semalam dia sadar kalau handphonenya dia kantongi, tentu saja Liam kembali lagi ke depan pintu kamar Ameera. Rupanya wanita itu sudah bangun dan lebih dulu mengambil handphone milik Liam.
Di dapur Ameera menyiapkan sarapan seperti biasanya, begitu sarapan sudah siap Liam datang sudah berpakaian rapi dan duduk didepan Ameera.
Saat diam-diam melirik kearah leher Ameera, Liam melihat bagian leher Ameera yang ternyata sampai meninggalkan bekas merah akibat cengkraman tangannya semalam.
Ada sedikit rasa bersalah dihati Liam dan bibirnya hampir mengucapkan kata maaf! Tapi lagi-lagi pikiran tentang Ambeera dan calon anaknya yang tewas akibat ulah Ameera membuat Liam melupakan rasa bersalahnya.
"Liam, kemarin aku melihat mu di cafe aku yakin kau juga melihat ku kan?"
Liam hanya diam saja dan ogah menanggapi pertanyaan Ameera.
"Kau akrab sekali kelihatannya dengan Tifanny, aku berharap suatu hari nanti kau bisa bersikap padaku seperti kau bersikap pada Tifanny!"
"Dia mantan kekasihku sebelum aku memutuskan menerima perjodohan dengan Ambeera!"
Pantas saja Liam seperti sangat nyaman berada didekat Tifanny rupanya Tifanny bukan hanya sebagai sekertaris Liam, tapi juga pernah menjalin hubungan yang indah dengan Liam.
Tentu saja ada kekhawatiran dalam benak Ameera, bagaimana kalau Liam dan Tifanny kembali bersama? Karena walau bagaimanapun Ameera sudah jatuh hati pada Liam.
Jika ditanya sejak kapan menyukai Liam, tentu saja sejak lama! Wanita mana yang tidak jatuh hati pada Liam, bahkan Ameera tau ketika dulu Liam dijodohkan dengan Ambeera Liam menerima perjodohan itu karena bakti kepada orangtuanya.
Daniel dan Britney sangat ingin Liam menikah dengan salah satu anak dari sahabatnya agar keduanya bisa bersatu sebagai keluarga! Tapi siapa sangka sosok Ambeera yang lemah lembut dan penuh kasih sayang, membuat Liam mudah jatuh cinta kepada Ambeera.
Keduanya menjalani rumah tangga bahagia pada saat itu. Padahal pernikahan itu mulanya hanya sebuah perjodohan, tapi lihatlah bahkan cinta Liam terhadap Ambeera sangat luar biasa besar hingga detik ini.
"Nanti sore boleh aku berkunjung ke kantor mu?"
"Aku sibuk!" setelah mengatakan itu dan sarapannya hanya tersisa sedikit, Liam pergi meninggalkan meja makan.
Lagi-lagi Ameera harus menarik nafas panjang agar kesabarannya bisa bertambah.
Ameera pergi ke kantor sendiri menggunakan taxi online, padahal Liam masih berada didalam mobil memperhatikan gerak-gerik Ameera, hanya saja untuk mengajak wanita itu masuk satu mobil dengannya hati Liam masih terlalu berat.
Dibiarkannya saja Ameera masuk kedalam taxi online, barulah Liam melajukan mobilnya! Tapi apalah daya jiwa ingin tahunya pun mendadak hadir, Liam membuntuti Ameera ingin tau dimana wanita itu bekerja.
Ameera turun di perusahaan X.R shirt perusahaan besar yang Liam sendiri pernah beberapa kali bertemu dengan CEO perusahaan itu, hanya saja tidak pernah saling menyapa karena keduanya dalam bidang berbeda.
Setelah jiwa keinginan tahuannya terobati, Liam melajukan kembali mobilnya! Saat turun dari taxi, Ameera sepintas melihat mobil Liam yang berlalu pergi dari kantornya, padahal perusahaan Liam kan tidak lewat jalan sini.
"Itu seperti Liam? Tapi kenapa juga dia lewat sini? Ah aku pasti halu, mana mungkin dia sengaja mengikuti ku sampai sini," Ameera menepis pikirannya yang tidak masuk akal.
Siang harinya! Daniel dan Britney berkunjung ke rumah makan milik Elrald dan juga Joanna. Sebenarnya mereka prihatin sekali dengan keadaan Elrald dan Joanna tapi mau bagaimana lagi, besannya itu kekeh tidak mau menerima bantuan apapun lagi dari Daniel dan Britney.
"Brit, Daniel! Masuk! Masuk!" sambut Joanna.
"Ya beginilah bisnis kecil-kecilan kami," kata Elrald.
"Sudahlah kalian jangan keras kepala lagi, dan pakai uang kami untuk memulai bisnis baru! Atau setidaknya buat saja restoran mewah!" saran Daniel.
"Kalau kalian kesini datang untuk memaksa hal yang sudah berpuluh-puluh kali kami tolak, kalian akan dikenakan bayaran mahal jika memakan makanan di sini!" ujar Elrald sambil tertawa ringan.
Britney memegang erat tangan Joanna.
"Kau sudah bisa berdamai kan dengan kepergian Ambeera?" tanya Britney.
"Masih suka memimpikan dia setiap malam," dengan mata berkaca-kaca.
Britney pun memeluk erat Joanna membiarkan Joanna menangis dalam pelukannya, meskipun Britney tidak tau rasanya kehilangan anak kandung itu seperti apa? Tapi yakinlah orangtua mana yang bisa tidur nyenyak ketika anak kandungnya sendiri meninggal secara mendadak.
"Tapi aku yakin Brit, Ambeer pasti sudah menemukan bahagianya di sana! Tapi takdir itu aneh juga ya Brit, Liam kembali untuk Ameera kau ingat dengan perkataan cenayang saat dulu mereka masih kecil?" Joanna melepaskan pelukan Britney.
"Iya ya aku baru ingat, dan memang tadinya seperti itu tapi ternyata ada hal yang membuat takdir berbelok dan sekarang takdir itu menemukan jalannya sendiri, walaupun dengan harus kehilangan Ambeera," Britney dan Joanna mengenang masa lalu.