kisah ini bercerita tentang gadis muda berusia 21 tahun bernama Alya, Alya terpaksa menerima tawaran menikah dari dosen kampusnya yang usianya 37 tahun bernama Rafa, Rafa meminta Alya mengandung anaknya karena istrinya tidak bisa memberikan keturunan. lambat Laun benih cinta diantara mereka mulai tumbuh, dari sinilah timbul masalah baru, istri sang dosen tidak rela suaminya membagi cinta dengan alya. dapatkah Rafa mempertahankan dan membuat Alya di akui sebagai istrinya.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Daisha.Gw, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
marah
sekuat mungkin Alya menahan agar air matanya tidak terjatuh, pintu ruangan itu ia buka dan ternyata Sahabat nya Jihan, sudah menunggunya, jihan langsung berdiri mendekati Alya yang baru saja keluar dari ruangan dosen yang terkenal tegas itu, kawatir, itu lah yang Jihan rasakan sekarang, belum lagi mata sahabat nya itu memerah
"Alya ... Lo gak papa" alya menggeleng, ia genggam tangan sang sahabat, ia juga tuntun untuk pergi dari depan ruangan Rafa
"Al ---"
"ayo cari buku" Jihan tidak ingin menanyakan apapun, dari matanya saja sudah jelas terlihat kesedihan dari sana, Jihan hanya tidak ingin membuat sahabatnya semakin sedih, Jihan yakin saat tenang nanti alya akan menceritakan apa yang Rafa lakukan padanya
...
Alya baru saja tiba di rumah nya, dengan langkah lunglai, hari pertama kuliah nya tidak berjalan sesuai rencana nya, wanita muda itu duduk di meja makan setelah meneguk air es , kepala ia letakkan di atas meja dengan tangan sebagai tumpuan, helaan nafas terdengar jelas kala panggilan masuk dari Rafa ia lihat dari benda pipih miliknya
"*waalaikumsallam mas, kenapa"
"sudah pulang"
"iyaa"
"saya gak pulang malam ini, kamu kunci pintu, Jangan buka pintu untuk siapapun kecuali saya yang datang"
"iya mas" alya menyunggingkan senyum dan syukur, ketakutan akan ancaman Rafa tadi siang saat di kampus tidak akan terjadi malam ini.
...
selesai membersihkan diri, Alya memasak untuk makan malam, cukup sederhana, Alya hanya menggoreng telur di tambah dengan sambal bawang yang ia buat sendiri, Alya makan dengan lahap.
Alya mengerjakan beberapa tugas yang tadi pagi ia dapatkan, tiba tiba ia meraih ponsel dan mencari nomor telepon sang adik, butuh beberapa panggilan Hingga akhirnya panggilan nya di terima
"assalamualaikum Aska"
"waalaikumsallam mbak"
"Aska, kabar ayah sama ibu gimana dek" Alya mengigit jari nya , gugup sebenarnya menelpon keluarga nya untuk yang pertama kali setelah ia menikah
"Alhamdulillah ibu sudah sehat Mba, ayah juga sehat, Sekarang ayah buka usaha kecil kecilan mbak sama ibu, aku juga sesekali bantu kalo pulang sekolah".
"Alhamdulillah" tetesan haru dari ujung matanya kembali keluar membasahi pipi wanita itu, senang sudah pasti ia rasakan, mendengar kabar keluarganya sekarang.
"mbak mau ngomong sama mereka"
"ee--engak usah dek, mbak mau istirahat capek, pasti ibu sama ayah juga lagi istirahat kan"
"iya mbak, mereka sudah di dalam kamar, nanti aku aja yang kabarin ke mereka kalo mbak nelpon"
"ya udah deyh, mbak tutup panggilan nya ya, assalamualaikum "
"waalaikumsallam " Alya hanya belum bisa mendengar suara mereka lagi, setelah kebohongan besar yang ia lakukan, Alya hanya takut ... takut ia menceritakan semuanya, dan membuat orang tuanya murka
Alya kembali memfokuskan perhatiannya pada layar Laptop, melanjutkan tugas yang tertunda tadi.
sedangkan di tempat lain, seorang pria sedang menikmati makan malam bersama sang istri
"mas ... di makan jangan di aduk aduk aja, dingin Lo nanti"
"Hem, iyaa" jawab Rafa dengan singkat berhasil membuat Naila menghempaskan sendok nya ke piring
"Naila " tegur Rafa dengan tingkah tidak sopan sang istri
"kamu kenapa si mas, kamu lagi mikirin apa, aku liat dari tadi cuman ngelamun aja" kesal Naila
"Gak papa ko nai, mas cuman lagi mikirin ke--"
"Alya" sarkas Naila mengehentikan ucapan Rafa
"kenapa kamu ngomongin dia"
"udah deh mas, kita tinggal satu rumah, menikah sebagai suami istri bukan baru kemarin sore mas, tapi sudah 12 tahun, 12 tahun aku sudah mengerti semua tentang kamu, cara kamu bersikap hari ini dengan ku bukan karena pekerjaan, kamu bohong mas"
"sayang, mas ---"
"mas jujur sama aku mas mikirin anak itu kan"
"eng---enggak sayang"
"udah deh mas, emang semenjak menikah di kepala kamu cuman ada dia, mentang mentang Alya lebih muda, segar, dan aku wanita tun man---"
"NAILAAA" mendapat bentakan, Naila pergi dengan air mata berderai
"nai, Naila mafin mas, sayang, mas gak maksud Bentak kamu "
"MAAS JAHAAT" pintu kamar Naila tutup kencang hingga benturan terdengar jelas, Rafa kembali duduk di kursinya, di usapnya wajahnya kasar , ketidak pulangnya pun ke rumah Alya hari ini karena Naila merengek agar Rafa tetap di rumah nya. tapi pikiran pria itu justru di penuhi dengan Alya.
Entah apa yang akan Naila katakan besok, Rafa seakan tidak peduli, ia bergegas meraih jas dan kunci mobilnya, dengan kecepatan tinggi Rafa menuju rumah istri mudanya itu untuk menenangkan diri.
Rafa memiliki kunci rumah jadi ia tidak perlu mengetok dulu, rumah sudah sepi, bukan sudah sepi tapi emang selalu sepi, di rumah itu hanya di tinggali Alya , dan Rafa pun datang saat malam saja.
pintu kamar tidak terkunci, Rafa membuka pintu kamar Alya perlahan, lampu masih menyala, Rafa tidak melangkah masuk, hatinya menghangat mendengar lantunan ayat suci Al-Quran yang di bacakan Alya, wanita itu tidak menyadari kehadiran sang suami karena terlalu khusyuk membaca Alquran
"
Shadaqallahul-'adzim' (صَدَقَ اللهُ اْلعَظِيْمُ) artinya adalah "Maha benarlah Allah yang Maha Agung"
alya mencium Al-Qur'an nya tiga kali, mukena yang ia kenakan di rapikan, terkejutnya Alya melihat Rafa yang duduk memperhatikannya di pinggir ranjang.
"m--mas, sejak kapan kamu duduk di situ"
"15 menit yang lalu, mungkin"
"bu--buka nya kamu bilang ---"
"Alya, apa saya terlihat begitu menyeramkan di matamu, sampai kamu selalu tergagap karena ketakutan saat bertemu saya, saya ini suami kamu Alya"
"b--bukan gitu mas"
"sudah lah saya lelah, siapkan baju tidur saya, saya mau bersih bersih dulu"
"ii--iya mas"
"kamu masak" Alya Mengangguk ragu
"saya lapar, siapkan sesuatu untuk saya"
"ii--iya mas" Rafa masuk ke dalam kamar mandi, sedangkan Alya mencarikan baju oblong juga celana kaus untuk Rafa, setelah nya ia keluar untuk menyiapkan makan malam.
...
"mas bukannya kamu bilang gak kan ke sini yaa"
Rafa mendongak menatap Alya setelah pertanyaan itu terucap
"kenapa, kamu gak Suka saya ke sini"
"bukan mass, Hanya saja---"
"apa ?" alya menggeleng, ia tuangkan air ke gelas untuk Rafa.
" Nambah mas?"
"sedikit aja" Alya menyendok nasi ke piring suami nya, begitu banyak porsi makan pria itu.
Rafa tidak langsung tidur ia memilih duduk bersantai di ruang depan, sedangkan Alya, selesai membersihkan meja makan ia membuatkan teh hijau untuk Rafa
"di minum mas tehnya"
"duduk di sini" Alya menurut dan duduk agak jauh dari Rafa
"di sini" Rafa menepuk sisi yang kosong di sampingnya, sedikit ragu Alya menggeser posisinya
"belum ada kabar yang ingin kamu sampaikan pada saya Al"
"belum mas"
"kamu sudah cek"
"belum"
"kenapa"
"takut hasilnya negatif"
"besok saya belum alatnya" Alya hanya mengangguk
"ya udah sana masuk kamar, besok kamu harus kuliah " Rafa berucap tanpa menatap lawan bicaranya
"kalo gitu aku masuk duluan mas"
"Hem"
..
sebenarnya Alya masih was was, takut Rafa berbuat apa, tapi ia pun tak bisa menahan kantuk, setelah membaca Al Qur'an, alya biasanya tidur tapi karena Rafa datang tiba-tiba jadilah Alya sedikit begadang malam ini, lampu ia matikan, hanya lampu di atas nakas ia biarkan menyala
...
teh di dalam gelas rafa sesap hingga tandas, Gelas itu ia bawa ke tempat pencucian, Rafa tidak hanya meletakkan gelas nya di sana, pria itu dengan telaten mencuci gelas miliknya.
Rafa ikut bergabung di samping Alya yang tidur membelakanginya,Rafa berhese Hingg tidak ada jarak di antara keduanya, tangan kekarnya ia gunakan untuk memeluk pinggang ramping Alya
"sudah tidur, Hem ?"
"ke--kenapa, mas"
"gak usah takut Alya, bicaralah dengan santai saat di rumah, bagaimana pun hubungan kita sekarang, tidak menutup kenyataan kalo kita suami istri yang sah"
Alya menahan geli saat tangan Rafa mulai masuk ke dalam baju tidur berkancing yang ia kenakan
"saya harap, dalam waktu dekat sudah ada anak saya di perut kamu Al"
"aamiin mas, saya juga ingin cepat hamil, agar semua cepat selesai"
"Hem, tidurlah"
"tapi aku geli mas, Tangan kamu bisa di keluarin dari sana gak ?" alya meletakkan tangan nya di atas tangan Rafa
Rafa menurut, tapi ia tarik tubuh kecil Alya agar lebih dekat dengannya.
"tidurlah"
tapi Kenapa ya like' nya dikit ya