Wang Lu adalah juara satu perekrutan Paviliun Longtian, mengalami kerusakan pondasi internal dan berakhir sebagai murid tak berguna.
Tak ada yang mau jadi gurunya kecuali… Wang Wu.
Cantik!
Tapi tak bisa diandalkan.
“Bagaimanapun muridku lumayan tampan, sungguh disayangkan kalau sampai jatuh ke tangan gadis lain!” ~𝙒𝙖𝙣𝙜 𝙒𝙪
“Pak Tua! Tolonglah! Aku tak mau jadi muridnya!” ~𝙒𝙖𝙣𝙜 𝙇𝙪
“Tak mau jadi muridnya, lalu siapa yang mau jadi gurumu?”~
Murid tak berguna, dan guru tak kompeten… mungkinkah hanya akan berakhir sebagai lelucon?
Ikuti kisahnya hanya di: 𝗡𝗼𝘃𝗲𝗹𝘁𝗼𝗼𝗻/𝗠𝗮𝗻𝗴𝗮𝘁𝗼𝗼𝗻
______________________________________________
CAUTION: KARYA INI MURNI HASIL PEMIKIRAN PRIBADI AUTHOR. BUKAN HASIL TERJEMAHAN, APALAGI HASIL PLAGIAT. HARAP BIJAK DALAM BERKOMENTAR!!!
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Jibril Ibrahim, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
第25章
Gerombolan itu adalah rata-rata pria berusia kira-kira empat puluh tahun ke atas.
Salah satunya adalah saksi terakhir yang diinterogasi Wang Lu kemarin siang, si kusir kereta pedagang dari luar daerah.
“Kenapa kau bisa di sini?” tanya Wang Lu.
“Seharusnya aku yang bertanya begitu,” sergah pria itu dengan rahang mengetat. “Kenapa kau di sini?”
“Mencari pembunuh,” jawab Wang Lu, tak ada ngeri-ngerinya.
Gerombolan itu meledak tertawa.
Wang Lu mengerutkan alisnya. “Apa yang lucu?” gumamnya sembari mendelik.
“Kau yang lucu!” sergah salah satu pria. “Kalian semua lucu!”
“Aku tampan!” seloroh Wang Lu. “Dia yang lucu!” Ia menambahkan sambil menunjuk Yu Fengmu dengan ekor matanya.
“Ni—”~kau, geram Yu Fengmu sambil menyikut lengannya.
“Kalian para bangsawan, memang ahli memfitnah orang!” dengus si kusir kereta yang pernah bertemu Wang Lu.
“Dia yang bangsawan, aku dewa!” Lagi-lagi Wang Lu menyela dan menunjuk Yu Fengmu dengan lirikan matanya.
Yu Fengmu menginjak punggung kakinya sekarang.
“Hffffffttt!” Wang Lu memekik tertahan.
Salah satu pria yang tidak menodongkan pedang meneliti Wang Lu sembari bersedekap. Pada bahunya, tersampir senjata seperti garpu penggaru yang melengkung seperti cakar.
“Jadi ini dia rahasia cakar iblis langit?” gumam Wang Lu.
Pemilik senjata itu mengerutkan alisnya. “Siapa kau sebenarnya?”
“Kultivator yang disewa Pemimpin Kota!” sela si kusir kereta.
Si pemilik cakar besi menoleh sesaat ke arah si kusir kereta, kemudian kembali menatap Wang Lu. “Aku sudah melihat dokumen penangkapan,” katanya bernada pahit. “Kenapa orang sewaan Pemimpin Kota bisa sampai kemari?”
“Sudah kubilang mencari pembunuh!” sahut Wang Lu tanpa beban. “Mencari kebenaran, menegakkan keadilan…”
“Ssh—haha!” Pria cakar besi mendesis tertawa. “Menegakkan keadilan?” cemoohnya.
“Aku memang sudah menduga pengawal kota akan mengejar kemari,” sela seseorang. “Tapi tidak pernah mengira kondisinya akan seperti ini.”
“Apa maksudnya seperti ini?” Wang Lu beralih pada pria itu.
“Kau terlalu banyak omong!” sergah pria cakar besi. “Bukankah kau datang untuk mencari kami? Kalau begitu, mari kita selesaikan!”
Para pria yang menodongkan pedang itu merapat ke arah Wang Lu dan Yu Fengmu, menyempitkan jarak senjata ke leher mereka.
Wang Lu tiba-tiba menyeringai, sekilas menangkap keraguan dari tindakan mereka. “Sebuah pepatah mengatakan, kalau ingin membunuh, bunuhlah! Jangan terlalu banyak bicara,” katanya bernada ironis.
“Kau yang banyak bicara!” tukas pria cakar besi.
Wang Lu menyeringai semakin lebar. “Sebenarnya… kalian juga tak ingin membunuh kami, kan? Bagaimana kalau kita bicara?” bujuknya sembari mengedipkan sebelah matanya pada pria cakar besi.
Pria itu balas menyeringai. “Kalian adalah pejabat, dan kami penjahat,” katanya tanpa ekspresi. “Apa yang bisa dibicarakan?”
“Kasus teror iblis langit sepuluh tahun lalu… kalian sebenarnya adalah korban sekaligus saksi,” terka Wang Lu. “Apa aku benar?”
Para pria itu mengerjap dan saling bertukar pandang.
Yu Fengmu melirik Wang Lu dengan tersentak. Apa yang dia bicarakan? pikirnya. Bagian ini tak ada dalam skenario mereka!
“Aku mencari kalian, bukan hanya untuk menemukan pelaku kasus saat ini!” Wang Lu menambahkan. “Tapi lebih ingin menemukan kebenaran di balik kasus sepuluh tahun yang lalu!”
Pria cakar besi mendengus dan berpaling, “Wǎn la!”~sudah terlambat, katanya. “Seandainya sepuluh tahun lalu, ketika para wanita dan anak-anak tak berdosa itu direnggut dari pondok masing-masing untuk dieksekusi, ada orang yang mau bicara…”
Wang Lu menelan ludah dan bertukar pandang dengan Yu Fengmu.
“Seandainya sepuluh tahun lalu, ketika para biksu difitnah sebagai pengikut iblis dan dianiaya dengan tak tahu apa-apa, ada orang yang mau bicara… semuanya masih mungkin. Tapi kalau bicaranya sekarang… maka sungguh sudah terlambat!”
Wang Lu mengerjap dan tertunduk dengan perasaan campur aduk. Semua emosi negatif terkumpul di ceruk jiwanya dan bergolak hingga hampir meluap. Perasaan sialan macam apa ini? geramnya dalam hati. Tanpa sadar mengepalkan tangannya karena getir.
Yu Fengmu mengamatinya melalui sudut matanya. Si gila ini sebenarnya sedang berakting apa lagi? pikirnya tak mengerti.
“Tak peduli berapa lama waktu telah berlalu, kebenaran tetaplah kebenaran!” Wang Lu mengingatkan.
Para pria itu mengerling serempak ke arah Wang Lu.
“Meski orang-orang mati tak dapat hidup kembali, tapi tidak berarti kasus ini boleh berlalu tanpa penjelasan.” Wang Lu melanjutkan. “Bahkan jika harus menebusnya setelah terlambat, juga tetap harus menyelidikinya sampai jelas.”
Pria cakar besi mengerutkan keningnya.
“Sepuluh tahun lalu… sebenarnya apa yang terjadi?” tanya Wang Lu dengan suara tercekat di tenggorokan. Kemudian mengangkat wajah dan menatap si kusir kereta.
Kusir itu mengerling ke arah pria cakar besi.
Pria cakar besi menoleh ke arah Wang Lu dan tersenyum pahit. “Kenapa kami harus memberitahumu?”
“Aku berjanji akan memberi kalian penjelasan,” tekad Wang Lu.
“Penjelasan?” Pria cakar besi merespons dengan sinis. “Dengan mengandalkanmu?”
Wang Lu langsung terdiam. Benar juga, katanya dalam hati.
Sehebat apapun dirimu di masa lalu, atau semenjanjikan apapun dirimu di masa depan, juga tidak ada artinya jika kau tidak melakukan apa pun sekarang!
Langkah yang kau ambil sekarang, akan menentukan nasibmu di masa depan.
Ambillah keputusan sekarang! perintah Wang Lu pada dirinya.
Jika kau tak mau mengambil keputusan, orang lain yang akan mengambilkan keputusan untukmu.
Wang Lu mengepalkan tangannya penuh tekad. Kemudian mengangkat wajahnya. “Sepuluh tahun yang lalu… pihak pemerintahan kota mendatangkan para praktisi spiritual,” tuturnya seraya mengangkat dua jarinya—telunjuk dan jari tengahnya—kemudian menepis salah satu pedang di depannya dengan ujung jarinya.
TING!
Bilah pedang itu berdenting dan berkeretak.
KRAAAK…
Kemudian luruh dan hancur.
Para pria itu tersentak bersamaan. Secara perlahan menjauhi Wang Lu.
Wang Lu menatap mereka satu per satu, kemudian melanjutkan. “Entah karena benar-benar kecewa pada pihak kekaisaran, atau karena ada maksud terselubung. Yang jelas keputusan itu mendatangkan isu yang membuat desa kalian dihancurkan. Tapi…” Ia menggantung kalimatnya dengan dramatis, kemudian mengedar pandang.
Para pria itu mengerjap dan bergerak gelisah di tempatnya masing-masing.
Wang Lu menyeringai. “Sekarang Hakim Kota sudah tewas, dan kalian belum pergi jauh.” Ia menambahkan. “Berarti rencana kalian belum selesai!”
Pria cakar besi mendesah, “Kau memang pintar,” katanya. “Hanya saja tak tahu apa-apa!”
Wang Lu terdiam dan tersenyum muram. “Pada tubuh korban, ditemukan banyak luka dan jejak penganiayaan. Aku menduga kalian tak hanya ingin melampiaskan kemarahan, tapi juga ingin menuntut pengakuan!”
Sekarang para pria itu benar-benar bungkam.
“Bukan praktisi spiritual, tapi ingin membuat kesan seolah semuanya adalah ulah iblis!” Wang Lu menambahkan. “Jadi kalian hanya bisa membuat trik yang berbelit-belit!”
“Sudah tahu begitu, kau mau apa lagi?” tanya pria cakar besi tak ingin berbasa-basi.
“Katakan, siapa dalangnya?” tanya Wang Lu berterus terang. “Kupastikan kalian mendapatkan keadilan. Dan para kultivator yang didatangkan itu… siapa mereka? Laporkanlah kasusnya! Karena alasannya sudah jelas, mengenai kasus ini, masih ada kesempatan bagi kalian!”
“Kesempatan?” Pria kusir kuda menyela dengan sinis. “Tidak ada lagi kesempatan bagi kami! Kami sudah membunuh orang. Jadi, kami tak bisa kembali lagi. Hanya bisa menyelesaikan apa yang harus kami lakukan!”
“Hhhhh!” Wang Lu mendesah dan melemas lagi.
Sebelum Wang Lu dapat berpikir, sebelum ia dapat mengambil keputusan, gelombang anak panah seketika menerjang ke arah mereka.
Sepertinya "ulat busuk" diantara penatua...???
Sesuai judul novelnya...!!!
aku malu /Facepalm//Facepalm//Facepalm/
ketukan Duanmu Jin...!!!
Cuma tidak bisa tidur, gara2 ulah Wang Lu...
👍👍👍
kata si Mulan Jameela
Dia waras....
Atau Sableng...???