Brian Carlos adalah seorang presiden direktur sekaligus pewaris tunggal salah satu perusahaan terbesar di suatu negara. Ia diterpa gosip miring tentang minatnya pada wanita.
Valerie, seorang wanita yang bekerja sebagai instruktur senam dengan keahlian beladiri yang mumpuni serta kehidupan penuh rahasia.
Keduanya terlibat masalah karena sebuah kesalahpahaman, hingga Brian menuntut Valerie atas kasus penganiayaan.
Demi menyelamatkan nama baiknya, Valerie menerima tawaran Brian untuk bekerja sebagai bodyguard. Namun tidak menyangka jika Brian sudah memiliki maksud lain sejak pertama kali mereka bertemu.
Akankah kisah mereka berakhir manis seperti kisah dalam novel pada umumnya?
Yuk baca!
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Vey Vii, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Sebuah Rahasia
Theo tersenyum samar, menatap wajah cantik cucunya yang keberatan dengan apa yang baru saja ia sampaikan.
"Valerie, cucuku. Kau masih muda, kau bisa menunggu. Sementara Kakek, hanya menunggu panggilan Tuhan."
"Kakek, jangan bicara seperti itu. Kakek sehat, Kakek akan panjang umur. Aku mohon jangan berkata seperti itu," keluh Valerie. Membayangkannya saja sudah sangat mengerikan, tentu saja Valerie tidak ingin kehilangan sang Kakek.
Theo tersenyum, ia menatap cucu yang paling ia sayangi. Hanya saja, mereka belum bisa tinggal bersama dan bertemu dalam setiap waktu.
"Ulang tahunmu empat bulan lagi, tepat saat acara hari jadi perusahaan ke tiga puluh tahun. Kakek harap, saat itu kau akan siap."
Valerie terdiam, ia menatap wajah tua dan keriput di sampingnya. Sejujurnya, Valerie sudah dibekali dengan berbagai ilmu dalam mengolah perusahaan berkat ajaran sekretaris Theo dan berkat pendidikan yang ia tempuh selama ini. Namun, Valerie merasa ia belum cukup siap secara mental.
"Apa aku sudah cukup dewasa menurut Kakek?" tanya Valerie.
"Tentu saja, Cucuku. Kau sudah dewasa, bahkan dalam dirimu, kau sudah dewasa sejak usiamu masih kanak-kanak," jawab Theo.
"Lalu, bisakah aku mendengar semua yang sudah lama Kakek rahasiakan?"
Beberapa saat, Theo terdiam. Ia tampak berpikir dan berusaha mengolah sebuah kalimat agar Valerie bisa mengerti maksud dari apa yang akan ia sampaikan. Sebelum mengucapkan kalimat pertama, Theo menarik napas dalam-dalam.
"Kecelakaan yang menimpa kalian sepuluh tahun lalu, bukanlah sebuah kecelakaan. Itu adalah pembunuhan," ungkap Theo
Valerie membisu, dadanya bergemuruh. Apa yang baru saja ia dengar? Sebuah pembunuhan?
"Apa maksud Kakek?" tanya Valerie meminta penjelasan.
"Cucuku, apa kau tahu alasan mengapa ada makam dengan namamu di samping makam kedua orang tuamu?" tanya Theo.
"Kakek bilang itu untuk melindungiku dari orang-orang jahat yang ingin merebut kekuasaan di perusahaan Kakek, kan? Lalu apa lagi?"
"Benar, Kakek memalsukan kematianmu karena kau adalah pewaris yang sah untuk menggantikan ayahmu. Kakek terpaksa harus hidup bersandiwara dan berjauhan denganmu hanya agar kau selamat."
"Lalu, siapa pembunuh kedua orang tuaku, Kek? Kenapa setelah sekian lama, Kakek baru mengatakan yang sebenarnya?" keluh Valerie.
"Kakek ingin kau tumbuh bahagia, tidak boleh ada sedikitpun noda dendam dalam hatimu," jawab Theo sambil mengusap lelehan air mata yang membasahi wajah keriputnya.
"Kakek," ucap Valerie lirih. Entah bagaimana ia harus bereaksi, namun fakta ini benar-benar membuatnya semakin kesakitan.
"Kakek terpaksa menyelamatkan hidupmu dengan cara ini, maafkan Kakek."
"Siapa pelakunya, Kek?" Valerie bertanya tegas.
"Pamanmu, kakak tiri dari papamu. Anak yang dibawa oleh nenekmu sebelum kami menikah. Dia tahu dia tidak akan mewarisi apapun dari perusahaan karena hanya anak tiri, jadi dia menyingkirkan papamu, satu-satunya anak kandung Kakek. Meski begitu, hak waris tetap akan jatuh padamu, cucu kandung Kakek. Jadi, inilah yang Kakek bisa lakukan demi menyelamatkan hidupmu."
"Kakek tahu semua ini sejak awal? Tapi kenapa membiarkan pelakunya hidup bahagia bahkan menjadi pemimpin perusahaan?" tanya Valerie kesal.
"Kakek berjanji pada nenekmu akan menjaga putranya dan menjadikannya putraku. Saat itu perusahaan sedang kacau akibat insiden yang menimpa kalian. Jika Kakek membongkar kejahatannya saat itu, ia hanya akan mendapatkan karma instan. Kakek punya cara untuk menghukumnya," jelas Theo.
Valerie menghembuskan napas panjang, ia kesal dan marah, namun tidak bisa melupakannya bgitu saja. Bagaimana bisa Theo membiarkan seorang pembunuh hidup bahagia dan menjadi seorang pemimpin perusahaan besar? Bagian mana yang disebut hukuman? Valerie tidak mengerti.
🖤🖤🖤