Terpikat Pesona Gadis Lugu

Yoga berjalan bersama rombongan meeting. Terlihat banyak pegawai wanita yang berhenti sejenak sekedar menikmati pemandangan indah.

"Tampan sekali yah..."

"Ya ampunn...Tuan muda sangat tampan!!"

"Andai aku bisa memeluknya sekali saja"

Kekaguman para gadis semakin menggila ketika pujaan hati mereka melintas di depan mereka.

"Setelah meeting nanti, kosongkan jadwal ku!" ucap Yoga pada sekretaris nya.

"Baik tuan" jawab sekretaris Yoga mengangguk paham.

Yoga terus berjalan menuju ke ruangannya, ia memutuskan untuk pulang lebih awal. Entah mengapa ia ingin mengganggu Raisa lagi.

Benar benar seperti memiliki mainan baru, Yoga merasa terhibur dengan kehadiran Raisa.

"Tumben pulang cepat" tanya Niko heran.

"Gak usah banyak tanya, kamu senang juga kan. Bisa cepat pulang, dan nongkrong bersama Johan"

Niko mengangkat bahu, pemikiran Yoga salah. Niko malah merasa tidak senang jika Yoga pulang cepat, dirinya akan mati kebosanan nanti jika tidak bekerja full.

Johan hanya bisa menemaninya ketika malam hari saja. Siang Johan sibuk dengan perusahaan nya, sementara Yoga seperti ini.

"Semenjak ada gadis itu, kau menjadi berubah"

"Baguslah, setidaknya aku tidak membutuhkan jala*g murahan itu" balas Yoga enteng. Ia berjalan keluar dari ruangan nya.

"Kau mau di sini atau ikut aku pulang?" tanya Yoga sebelum ia melangkah keluar.

"Aku ikut!!" teriak Niko mengejar Yoga. Setelah berada di luar, mereka kembali bersikap seperti boss dan anak buah. Sangat profesional.

"Bawa mobil, aku malas pake supir" ucap Yoga melempar kunci mobil milik nya. Untung Niko siap siaga, ia bisa menangkap lemparan kunci Yoga.

"Ah kau ini, selalu seperti itu" gerutunya.

Yoga duduk di samping kemudi, ia langsung merebahkan tubuhnya di jok mobil tanpa memperdulikan Niko yang menatapnya heran.

"Kenapa ? apa ada yang mengganggu mu?"

Yoga tak langsung menjawab, ia menghembuskan nafas berat dan memejamkan mata.

Niko masih menunggu dengan sabar.

"Jalankan mobilnya bodoh!" seru Yoga.

"Aku tidak akan menjalankan mobilnya sebelum kau cerita!"

"Aku akan cerita jika mobilnya sudah jalan!" balas Yoga mengancam balik.

Niko mendengus kesal, ia terpaksa menjalankan mobil jika ingin mendengar cerita Yoga.

"Sudah! ayo cepat cerita!" desak Niko lagi. Ia benar-benar penasaran dengan cerita Yoga.

"Papa kembali berulah, ia mengikuti ucapan wanita itu untuk menjodohkan aku dengan keponakan nya" ucap Yoga menghembuskan nafas pasrah.

"Wanita itu sangat licik, aku tahu dia ingin menjodohkan aku dengan keponakan nya, sehingga dirinya bisa memata-matai aku." lanjut Yoga mengungkapkan semua kelu kesahnya dengan berbagai ekspresi.

"Lalu apa rencana mu?" tanya Niko.

Yoga tampak berpikir sejenak, sejujurnya ia juga tidak tahu harus melakukan apa.

"Bibi itu ingin menguasai semua harta kita. Termasuk milik mama" lanjut Niko.

"Aku tahu, dan aku tidak akan membiarkan nya. Cukup kebahagiaan mama yang dia rampas!"

kedua tangan Yoga mengepal, emosi yang dulu menghinggapi hatinya kini kembali hadir dan menyelimuti nya.

"Aku harus memiliki seseorang sebagai kekasih ku!" tukas Yoga lagi, membuat Niko kaget.

"Siapa yang mau dengan pria dingin seperti mu? aku tidak yakin jika kau menggunakan ****** untuk situasi seperti ini!" ujar Niko.

Yoga tersenyum miring, seperti nya ada seseorang di pikiran nya yang akan ia jadikan sebagai kekasih pura-pura.

Niko menatap horor pada Yoga yang tiba-tiba senyum senyum sendiri .

"Apa otak mu sudah tidak waras? melamun dan tersenyum sendiri??"

Yoga mengerut, ia menatap Niko tajam.

"Apa kau sudah bosan hidup? kau sudah berani dengan boss mu ini huh??" hardik Yoga.

"Kau terlihat seperti orang kerasukan" balas Niko mencibir.

"Gaji mu akan ku potong!" putus Yoga.

"Potong saja, akan ku gadaikan mobil mu "

Yoga mendelik, menoleh pada Niko, pria itu sudah semakin berani pada dirinya.

"Semenjak naik jabatan, tuan Niko sudah mulai berani yah " sindir Yoga.

Membuat Niko tercengir, lalu fokus pada jalanan yang mereka lalui.

Cukup lama keduanya sama sama diam, menciptakan keheningan di dalam mobil.

"Lalu apa rencana mu? siapa ya g akan kau jadikan?"tanya Niko lagi, ia masih penasaran, siapa yang akan Yoga gunakan.

"Tenang saja, aku masih punya kucing kesayangan ku , aku akan menggunakan diri nya sebagai kekasih pura-pura ku " jelas Yoga kembali mengulum senyum.

"Kucing?" beo Niko. Ia tidak tahu siapa yang Yoga Mas'ud. Bagaimana mungkin pria ini menjadikan kucing sebagai kekasih pura pura nya.

Sesampainya di rumah, Yoga langsung turun dari mobil sebelum pelayan atau Niko yang membuka nya terlebih dulu. Ia sudah tidak sabar ingin bertemu dengan gadis lucu itu.

"Hei, jelaskan dulu pada ku siapa kucing itu????" teriak Niko.

Yoga tidak memperdulikan teriakan Niko, ia terus berjalan cepat dengan ekspresi wajah datar ketika berpapasan dengan pelayan nya.

"Di mana gadis itu?" tanya Yoga pada pelayan yang baru saja keluar dari kamar nya.

"Nona baru saja selesai mandi tuan" jawab pelayan sembari menunduk takut.

Setelah mendengar jawaban pelayannya, Yoga langsung melenggang masuk ke kamarnya. Ia melihat Raisa sedang menyisir rambut.

"Kenapa sih, aku harus berada di kamar terus. Bahkan aku tidak di perbolehkan melihat langit dan menghirup udara segar!!" gerutu Raisa sembari menyisir rambutnya. Ia tidak menyadari jika Yoga sudah pulang.

"Aku sudah sama seperti hewan peliharaan, aku juga tidak bisa bertemu teman teman ku. Ahhh, bahkan papa...." mimik wajah kesal berubah menjadi sendu. Yoga yang ingin mengerjai nya malah terdiam.

Raisa berbalik ingin meletakkan sisir rambut yang ia gunakan pada tempatnya semula,

ketika berbalik Raisa terlonjak kaget oleh kehadiran Yoga yang tiba-tiba di hadapan nya.

"Kamu kenapa ada di sini??" pekik Raisa kaget.

Yoga malah tersenyum miring, bagaimana mungkin Raisa mempertanyakan hal itu.

"Ah aku lupa, kau kan pemilik rumah ini" jawab Raisa lagi. Ia dengan acuh melewati Yoga dan meletakkan sisir nya.

Lalu, Raisa duduk di tepi ranjang menatap lurus ke depan. Tatapan matanya kosong, seakan gairah hidup sudah sirna dari dalam dirinya.

Melihat Raisa melamun, membuat Yoga melangkah mendekati nya, lalu memeluk erat gadis itu dan menghirup dalam dalam aroma tubuh Raisa. Kemudian Yoga meletakkan dagunya di atas bahu Raisa.

"Menyingkir lah!"lirih Raisa berusaha menjauhkan tubuh Yoga dari nya. Namun, bukan Yoga namanya jika berhenti di situ saja.

Lelah memberontak, akhirnya Raisa pasrah, ia membiarkan Yoga melakukan apapun yang ia mau. Melawan juga percuma, ia hanya seekor kucing peliharaan di sini.

"Jangan pikirkan apapun, cukup nikmati hidup mu sekarang" ucap Yoga.

"Menikmati hidup dalam kandang?" sindir Raisa.

Yoga menggeleng, ia melepaskan pelukannya pada Raisa, menarik tubuh Raisa agar menghadap pada nya.

"Aku memberi sebuah kesepakatan dengan mu!"

Raut wajah Raisa berubah menjadi bingung, penasaran dan heran.

"Kesepakatan apa?" tanya nya penasaran.

"Aku akan membiarkan mu bebas bertemu dengan teman teman mu, asal kau patuh pada ku!"

Mata Raisa berbinar, ia akan melakukan apapun yang Yoga katakan asal dirinya tidak di kurung di dalam kamar itu lagi.

"Baiklah"

"Tapi kau harus ingat! kau itu tetap kucing peliharaan ku!"

"Milik Ku" tekan Yoga tepat di depan wajah Raisa.

"Cih, iya iya kau tuan ku!" decih Raisa kesal. Namun ia tetap senang, ternyata tuan muda berwajah dingin ini masih memiliki hati.

Yoga menatap wajah lucu Raisa yang tengah melamun dan tersenyum sendiri.

Cup~

"Huh?" tubuh Raisa mematung, mata nya membulat menatap wajah Yoga yang sangat dekat dengan wajahnya.

"Manis" batin Yoga. Terasa tidak rela jika ia melepaskan bibir yang terasa seperti permen jeli.

Perlahan yoga menggerakan bibir nya, menikmati permen jeli yang lembut dan manis.

"Ya ampun!!!! apa ini mimpi??? apa yang harus aku lakukan???? bibir ku!!!!!!!" Raisa berteriak dalam hati, namun ia tidak melakukan pergerakan apapun. Ia hanya memejamkan matanya dan merasakan bibir Yoga mulai bergerak.

...----------------...