Jadikan Aku Selingkuhan Mu Ya... OM!

Bab 20. Rasa Setelah Pertengkaran

Pov Author

Pram yang terkejut karena tiba-tiba Menur mencium bibirnya. Ia pun dengan cepat melepaskan bibir Menur dari bibirnya.

"Menur! Kamu tahu apa yang sudah kamu lakukan, hah?!"

Pram cukup marah dengan apa yang Menur lakukan.

"Iya Om, aku tahu! Ini tidak boleh, tapi aku suka sama Om, gimana dong?!"

Pram mengusap wajahnya dengan kasar. Rupanya selama ini Menur sengaja menggodanya, pikirnya.

"Kamu jangan gila Menur! Aku ini suami Tante mu yang merupakan adik kandung Papa mu!"

"Aku tidak peduli Om! Kita juga tidak sedarah, tidak terlalu berdosa jika aku menyukai Om!"

"Hah..." Pram kehabisan kata-kata. "Tidak terlalu berdosa katamu?!"

"Akan lebih berdosa kalau Om yang adik kandung Papa ku kan?!" Jawab Menur dengan santainya.

Pram mengalihkan pandangannya kelain dan membuang napas kasar sambil berkacak pinggang dan menutup wajahnya dengan sebelah tangannya.

"Ini gila!" Gumam Pram.

"Menur!" Namun sekali lagi Pram tersentak kaget ketika Menur memeluk tubuhnya secara tiba-tiba dari belakang.

"Lepas Menur, kamu tidak boleh seperti ini!"

"Biar saja Om, sejak awal melihat Om aku sudah suka sama Om. Ciuman tadi juga ciuman pertama ku buat Om. Atau aku lampiaskan saja ke laki-laki yang lain?!"

Menur melepaskan pelukannya. Ia tidak peduli tubuhnya hanya tertutup segita macan karena gaun yang ia kenakan susah melorot ke lantai.

Pram yang menoleh ke arah Menur ketika gadis itu melepaskan pelukannya semakin mau gila rasanya melihat pemandangan yang ada. Tubuh Menur terekspos nyata di hadapannya.

"Aarrghh!" Pram mengalihkan lagi pandangan ke lain dan mengerang. Ia tersiksa oleh kelakuan keponakan istrinya yang luar biasa liarnya di hadapannya.

"Ayo selingkuh Om!" Aja Menur tiba-tiba.

"Gila kamu!!"

"Aku tidak gila, Om yang bikin aku jadi gila! Kalau Om tidak mau? Aku akan melepas perawanku malam ini dengan lelaki yang ingin dekat denganku!"

"Ngaco kamu Menur! Sudah tidak waras kamu!"

"Biar saja Om!"

Baik Menur maupun Pram sama-sama saling beradu pandang mempertahankan argumen mereka. Namun karena Pram tidak kunjung menunjukkan respon yang di harapankan Menur, gadis itu pun berbalik badan dan mengambil kembali bajunya yang tergeletak di lantai dengan raut wajah emosi. Bukan baju milik Ranti, tetapi benar-benar baju seksinya yang membuat Pram panas dingin melihatnya.

Menur melewati Pram begitu saja dengan tubuhnya yang masih polos. Tentu bukit indah itu terguncang tanpa pengaman membuat Pram semakin sakit kepala melihatnya.

Namun Pram membiarkan saja Menur pergi melewatinya. Pram sedang dilema antara membiarkan saja atau mencegah keponakan istrinya itu berbuat nekat di luar sana.

Begitu melihat Menur benar-benar memakai baju yang tadi, Pram merasa kesal luar biasa. Ia lalu mengikuti langkah Menur yang menuju pintu utama.

"Buat apa ngikutin aku Om! Sana...!!"

Kesal sekali rasanya Pram mendengar dirinya di usir Menur padahal beberapa menit yang lalu ia baru saja mendengar pengakuan dari gadis itu yang menyukai dirinya.

"Jangan rusak dirimu!"

"Biar saja, aku tidak peduli! Jika aku tidak bisa dapat cintanya Om, aku bisa cari cinta Om-om di luar sana yang pasti tidak akan menolak kehadiran ku!"

Kita lihat Om, apa kamu rela melepaskan aku begitu aja?! Batin Menur.

Pram masih tidak mau kalah. Ajakan Menur untuk berselingkuh jelas-jelas hal yang fatal untuk di jalani dalam keadaannya yang sudah berumah tangga. Ia tidak ingin itu terjadi, tapi entah kenapa hatinya juga tidak suka bila Menur benar-benar merusak diri dengan laki-laki lain di luar sana.

Melihat Pram yang masih diam di tempatnya dan tidak berkata apa-apa, Menur pun melangkah dengan pasti menuju sebuah mobil yang ternyata memang sudah menunggu di depan rumah sejak tadi. Mobil itu adalah taxi online yang diminta Menur untuk menunggu dirinya.

Menur masuk ke dalam mobil tanpa ragu dan mobil pun mulai bergerak menjauh.

"Aarrrghh!! Sial!!"

Pram terlihat frustasi dan pada akhirnya ia pun tergesa-gesa mengambil handphone dan kunci mobil. Lalu bergegas mengunci pintu dan segera mengejar mobil yang membawa Menur tadi.

Waktu menunjukan pukul 14. 30 ketika mobil Pram berusaha mengejar dan mencari mobil tadi. Pikiran Pram terpecah dengan memikirkan Ranti yang akan pulang dari tempat kerja pukul 16. 30 dan diperkirakan sampai di rumah kisaran lewat jam 5 sore.

Pram harus buru-buru menemukan Menur dan membawanya pulang sebelum Ranti tiba di rumah. Namun sampai saat ini Pram belum menemukan mobil yang membawa Menur tadi.

Pram teringat Ranti pernah memberikan kontak Menur kepadanya. Dari kontak Menur, Pram segera mencari aplikasi yang bisa melacak keberadaan gadis itu lewat Gps.

Pram menepikan mobilnya dan berkutat pada layar handphonenya. Selang beberapa menit kemudian, lokasi keberadaan Menur pun di temukan.

Di layar handphonenya, terlihat lokasi Menur terjebak pada rute yang sedikit macet. Dengan berusaha melaju di jalan yang ramai, Pram membawa mobilnya dan menyusul mobil yang di naiki Menur yang ternyata tidak terlalu jauh dari posisinya sekarang.

Bagai orang yang ingin merebut sesuatu yang berharga, Pram tanpa sadar tersenyum puas dan lega. Ia tidak peduli jika sebentar lagi ia akan di maki orang banyak. Yang penting baginya sekarang, Menur tidak boleh bertemu lelaki lain.

Pram sedikit melaju dan membanting stir ke kiri sehingga mobilnya menghalangi mobil yang membawa Menur untuk melaju.

Bagai adegan di sinetron-sinetron yang tentunya mengundang perhatian orang banyak, Pram meminta sang drive untuk membuka pintu penumpangnya.

"Tolong Mas, dia keponakan saya. Saya tidak ijinkan dia ke klub! Mas lihat sendiri penampilannya kayak apa?!"

"Jangan Mas!" Perintah Menur bersikeras.

"Mas foto saja Plat mobil saya, dan bisa laporkan ke polisi kalau memang saya penculik atau mau berniat jahat. Tapi jangan lupa, cari tahu juga anak ini tinggal dengan siapa dan dimana." Jelas Pram lagi.

Driver itu tampak berpikir sejenak. Jika memang Pram itu orang jahat, tentu ia tidak menyuruh mengambil foto Plat mobilnya untuk di laporkan. Karena tidak mau ribet dan berurusan yang berbelit-belit apalagi dirinya hanya seorang pejuang nafkah, driver itu pun membuka kunci pintu mobilnya sehingga Pram bisa menarik Menur keluar.

"Ongkosnya Om?" Tanya sang driver.

Pram merogoh semua saku celananya dan beruntung ada uang selembar 100 ribu disana. Tanpa ragu Pram memberikan uang itu kepada sang driver.

"Ambil saja semua." Ujar Pram.

Lalu driver itu pun mulai bergerak meninggalkan dua orang yang bikin jalanan tambah macet.

"Cepet masuk!" Perintah Pram pada Menur karena sudah menjadi pusat perhatian orang-orang sekitar. Bahkan ada yang mulai mengeluarkan handphone mereka untuk merekam kejadian.

"Ngapain susul aku segala Om?! Om kan tidak suka sama aku!" Sewot Menur ketika mobil Pram sudah berjalan dan mengambil jalur lain yang rada sepi meskipun mereka harus putar jauh untuk sampai ke rumah.

Pram tiba-tiba menepikan mobilnya tepat di sebuah tanah yang kosong. Dengan gerakan cepat, ia menyambar tengkuk Menur dan membawa kepala Menur lebih dekat menuju kepalanya.

Bibir Menur di sambar oleh bibir Pram secara seketika.

"Apa ini sudah cukup?!"

Bersambung...

Jangan lupa like dan komen ya, terima kasih 🙏😊