Siang hari di kios bunga
"Nek, sudah waktunya pulang!
" ujar Shella.
"Iya Shel !" nenek Shema mulai mengemasi barangnya.
"Nenek pulang dulu ya Sel".
"Iya Nek hati-hati!"
"Kamu harus pulang juga, istirahatlah jangan bekerja terlalu keras."
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Alap Alap Jagat, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Mata-mata
"Masukkan dia ke dalam penjara bawah tanah.
Aku tidak ingin melihatnya ada di depan rumahku."
Willy marah dengan wanita yang datang kerumahnya dan mengaku tengah hamil anak hasil hubungannya dengan Willy
Willy tidak percaya akan hal itu karena selama ini Willy melakukan hubungan intim dengan beberapa wanita selalu memakai pengaman.
Willy curiga kalau wanita ini sengaja mengaku untuk memanfaatkannya.
"Willy, ini benar anakmu.
Ku mohon percayalah, malam itu kamu tidak menggunakannya kita berdua sama-sama mabuk."
Wanita itu memohon pengertian Willy agar dia tidak diseret ke dalam penjara bawah tanah yang ada di rumahnya.
"Diam kau wanita jalang! Aku tidak akan pernah lupa untuk memakai pengaman saat berhubungan dengan wanita sepertimu.
Sekali lagi kau bicara mengenai anak itu aku pastikan kau tidak akan bisa bicara lagi."
Anak buah Willy menyeretnya untuk masuk ke dalam penjara bawah tanah.
Willy harus segera membawa gadis itu sebelum Ibunya bangun dan mengetahui kejadian ini.
Pagi-pagi sekali shella datang dan bertemu kepala pelayan
Bolehlah saya tahu dimana saya harus meletakan barang.
"Itu bukan urusan anda Nona nanti akan ada yang membawanya ,,,,silahkan temui Nyonya Besar dulu."
Kepala pelayan di rumah Shella langsung mengantarkan shella menuju halaman belakang yang akan di sulap menjadi tempat pesta yang akan di hiasi bunga segar.
"Selamat Pagi Nyonya, tamu anda sudah datang."
Kata Kepala pelayan.
Ibu Willy memutar badannya dan melihat ada seorang gadis cantik dengan rambut pirang dan senyuman yang manis.
"Jadi ini pilihan putraku. Dia memang pintar memilih wanita yang cocok untuk mendampinginya.
" Ibu Willy berkata dalam hati sambil berjalan menghampiri Shella dan menatap gadis itu.
"Selamat pagi Nyonya, kenalkan saya Shella"
"Selamat pagi.
Senang bertemu denganmu ternyata kamu sungguh cantik.
Bagaimana kamu sudah melihat halaman ini?
Disini akan disulap jadi tempat pesta dan aku butuh bunga segar dari kiosmu.
Kamu bisa bekerja sama dengan mereka karena mereka yang akan mengurusnya."
"Suatu kehormatan bagiku Nyonya karena anda mempercayakan saya untuk menghiasi lokasi pesta anda dari kios bunga tempatku bekerja."
"Oh itu tidak masalah, aku sering mendengar namamu karena bunga yang kamu berikan benar-benar bagus."
Mereka berdua berbicara mengenai bunga yang ingin ada saat pesta.
Ibu Willy terus memperhatikannya dan wanita paruh baya itu terpesona dengan kelembutannya dan perhatiannya kepada dirinya.
"Ibu, kamu lagi apa?".
"Ibu lagi menyiapkan pesta untuk ulang tahun kakakmu.
Dimana dia? Jangan sampai dia tahu kalau Ibu menyiapkannya."
"Kakak sudah pergi sama anak buahnya. Sepertinya kakak lagi banyak masalah, aku tadi bertemu dengannya tapi dia diam aja tidak membalas perkataanku."
"Biarkan saja, Kakakmu mungkin lagi banyak pekerjaan.
Oh ya kenalkan ini Shella dia yang akan menghias pesta kita dengan bunga segarnya.
Shella kenalkan ini putra bungsuku."
"Hai, aku Willshen."
"shella."
Willshen tidak dapat berkedip melihat senyum Shella yang mempesonanya.
Ibu wilshen hanya bisa menepuk pundak putranya agar bisa melepaskan jabatan tangan mereka.
"Ya sudah aku pergi dulu ya Bu, nanti malam aku akan menemani Ibu makan malam.
Bye Ibu, aku pergi dulu ya shell."
Wilshen mencium ibu yang melahirkannya dan melambaikan tangannya kepada shella.
Wilshen berjalan meninggalkan ke dua wanita tadi.
"Gadis itu cukup menarik." Wilshen tersenyum membayangkan wajah gadis itu.
Shella kembali melalukan tugasnya untuk menghitung berapa banyak bunga yang akan disediakannya agar seluruh ruangan pesta terlihat cantik.
Willy yang masih kesal dengan wanita yang mengaku hamil darinya membuat Jack harus berusaha menenangkan sahabat sekaligus Bosnya.
"Jack, kamu selidiki wanita itu? Aku yakin saat aku berhubungan dengannya aku menggunakan pengaman dan tidak pernah bermain dengan wanita untuk mengeluarkannya di dalam rahim mereka."
"Saya akan menyelidikinya Bos, aku rasa wanita itu mengambil kesempatan untuk mengikat anda."
Drt...drt...
Ponsel Jack bergetar, pria itu langsung mengangkatnya.
Jack sedikit mengerutkan keningnya karena mendapatkan laporan dari anak buah mereka kalau ada tiga orang yang masuk gudang berusaha memata-matai gudang milik Willy.
Jack ragu untuk mengatakannya kepada Willy karena pria itu emosinya sedang tidak dapat di kontrol.
"Ada apa Jack? Sepertinya kamu terlihat gelisah?".
"Di gudang kita ada 3 orang mata-mata yang tertangkap Bos."
"Sial! Siapa lagi yang mengirimkan mereka untuk mengganggu bisnisku.
Antarkan aku kesana, aku pastikan kepala mereka akan lepas dari tubuhnya."
Willy terlihat semakin emosi belum selesai masalahnya dengan wanita yang mengaku hamil anaknya kini muncul lagi masalah dengan kedatangan orang-orang yang ingin memata-matai gudang miliknya.
Willy sampai di gudang dan masuk melalui pintu belakang menuju sebuah ruangan gelap dimana ketiga pria itu di sekap oleh anak buah Willy.
Brak
Pintu ruangan dibuka paksa oleh Willy karena sudah tidak sabar melihat orang yang berani masuk ke dalam wilayahnya.
"Dimana mereka?", tanya Willy.
Willy melihat di dalam ruangan itu sudah ada anak buahnya yang sedang mengawasi dan tiga pria yang duduk di lantai dengan diikat ke dua tangannya kebelakang.
Wajah yang sudah babak belur di pukul oleh anak buah Willy.
"Siapa yang menyuruh kalian memata-matai gudangku?
KATAKAN!".
Mereka bertiga masih diam dan tidak mau membuka mulutnya.
Mereka memilih tidak menatap pria kejam itu.
"Kalian masih bungkam? Kalian tidak mau mengatakannya.
Baik mungkin dengan ini kalian bisa mengatakan nya."
Dor
Satu pria itu tewas setelah mendapatkan tembakan tepat dikepalanya.
Darah yang menyembur dari kepala temannya langsung mengenai salah seorang tawanan itu.
Mereka kaget karena Willy langsung menembak tanpa memberi kesempatan untuk mereka.
"KATAKAN ATAU NASIB KALIAN AKAN SAMA DENGAN DIA?".
Mereka berdua saling melirik untuk siapa yang akan mengatakannya.
Mereka takut akan ditembak seperti temannya.
Willy sudah tidak sabar lagi maka dia kembali menarik pelatuk dan menempelkan senjatanya tepat di kepala tawanan satunya lagi.
"Masih diam juga? Atau nyawamu akan hilang."
"Baik Tuan, saya akan katakan.
Saya di perintahkan oleh Tuan Edo. Dia tidak percaya kalau barang yang anda kirim itu dari pabrik anda sendiri.
Menurut Tuan Edo ada yang menyampaikan kepadanya kalau gudang anda itu hanya gudang bohongan."
"BRENGSEK EDO! BERANINYA DIA MERAGUKAN BISNISKU."
Willy semakin marah dan memukul wajah pria yang telah mengatakan kebenarannya.
Willy terus memukulnya hingga pria itu pingsan.
"Jack kamu kirim mayat pria ini langsung kerumah Edo.
Aku tidak ingin dia meragukan siapa aku sebenarnya.
Kalau dia masih berulah lahap habis mereka hingga tidak bersisa."
Willy meninggalkan ruangan itu dan mencuci tangannya yang penuh dengan darah.
Willy ingin kembali ke rumahnya tapi penampilan Willy yang berantakan membuatnya harus mengurungkan niatnya itu.
Willy memilih kembali ke apartemennya untuk membersihkan dirinya.
Shella telah selesai mengurus semua keperluannya untuk mempersiapkan pesta ulang tahun putra dari Nyonya Besar ini.
"Nyonya, aku pamit pulang.
Besok akan aku kirimkan semua bunganya dan sore harinya aku akan memulai menghias semua ruang ini.
Saya pastikan pesta ulang tahun putra anda pasti meriah dan wangi dengan bunga yang segar aku kirimkan."
"Terima kasih Shella, aku membuatmu repot dan menempuh perjalanan jauh.
Untuk besok sore agar kamu tidak capek aku akan mengirimkan anak buahku menggunakan jet pribadi agar kamu bisa menghemat tenaga untuk menghiasnya."
"Nyonya terima kasih banyak kamu sungguh baik.
Aku pulang sekarang Nyonya."
Shella meninggalkan rumah mewah itu diantarkan oleh sopir pribadi Ibunya Willy.
Setengah jam kepergian Shella, Willy datang bersama sopirnya.
Jack di tugaskan willy untuk mengawasi semua gudang dan pabrik miliknya.
Willy terlebih dahulu mencari Ibunya dan memberikan pelukan hangat untuk wanita yang dicintainya.
"Ibu, kamu sedang apa di halaman belakang ini?
Harusnya kamu beristirahat di dalam rumah."
"Ibu hanya ingin menikmati taman disana karena taman itu Ayahmu yang membuatkannya untuk Ibu, Nak."
"Ibu merindukan Ayah?"
"Iya, Ibu merindukannya. Ayahmu adalah pria yang sangat baik.
Ayahmu tidak pernah berkata kasar kepada wanita terutama kepada Ibu.
Jadi Ibu harap kamu jangan pernah sekalipun berkata kasar kepada wanita walaupun kamu seorang mafia tapi hormati wanita.
Terutama wanita baik-baik bukan wanita yang selalu menemani malammu diatas ranjang, Ibu tidak menyukainya."
Perkataan Ibunya membuat Willy teringat akan sikap dan perkataannya kepada Shella beberapa hari yang lalu yang mengatakan kalau Shella bukan wanita baik.
Willy merasa bersalah dengan sikapnya ini.
Willy hanya diam duduk di samping Ibunya.
Wanita paruh baya itu tahu kalau putranya merenungkan apa yang telah dilakukannya.
Dia merasa harus menyindir putranya agar bisa mengetahui kesalahannya kepada shella.
"Willy, setelah kamu putus dengan Beggi apa kamu tidak memiliki wanita yang kamu sukai?".
Willy cukup heran dengan pertanyaan Ibunya.
Tidak biasanya Ibu mencampuri hubungannya dengan seorang wanita.
"Kenapa Ibu bertanya seperti itu?"
"Ibu hanya ingin melihatmu memiliki pendamping.
Usia Ibu tidak tahu sampai kapan Willy, Ibu harap kamu menemukan gadis itu dan tidak menyia-nyiakannya."
Willy hanya diam karena dia sendiri tidak tahu harus bagaimana meminta maaf kepada Shella setelah perkataannya itu kepada gadis yang mengisi relung hatinya.
Semua perkataannya itu sengaja dilakukan agar Shella bisa menjauh darinya dan tidak menjadi sasaran dari musuh Willy.
Kini keputusan yang Willy ambil membuat dirinya tersiksa.
Dia merindukan Shella tapi Willy takut kalau gadis itu tidak mau mendengar penjelasannya.