Key, gadis kota yang terpaksa pindah ke kampung halaman yang sudah lama ditinggalkan ayahnya. Hal itu disebabkan karena kebangkrutan, yang sedang menimpa bisnis keluarga.
Misteri demi misteri mulai bermunculan di sana. Termasuk kemampuannya yang mulai terasah ketika bertemu makhluk tak kasat mata. Bahkan rasa penasaran selalu membuatnya ingin membantu mereka. Terutama misteri tentang wanita berkebaya putih, yang ternyata berhubungan dengan masa lalu ayahnya.
Akankah dia bisa bertahan di desa tertinggal, yang jauh dari kehidupan dia sebelumnya? Dan apakah dia sanggup memecahkan misterinya?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon kiya cahya, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Misteri Sang Pengintai
"Oiya, neng. Sampai lupa. Tuh, di depan dah ditunggu jemputan," kata pak Peno kembali teringat tujuannya mencariku.
"Iya, Pak. Trimakasih. Da..da..Nisa, besok jumpa lagi ya."
"Da.. Key, hati-hati di jalan ya!"
"Key pamit dulu ya, Pak. Hati-hati kalau nanti ada yang ikut," ucap Key sambil berlari ke depan.
Saat melewati aula, tempat yang tertera tulisan itu di atasnya, aku melihat seperti ada bu Marni yang melintas. Tapi setelah kuamati lagi, tak ada seorangpun di sana. Kuputuskan melanjutkan langkahku yang sempat terhenti sejenak.
Dalam perjalanan pulang, tak ada percakapan diantara kami. Mia sedang tidur dipangkuan mama, begitu juga dengan mama yang sudah terlelap menikmati mimpinya. Kami merasa sangat lelah atas kegiatan beberapa hari ini. Papa masih fokus menyetir mobil sambil menikmati musik kesukaannya.
Entah kemana Bella pergi. Dia memang sering datang tak dijemput pulang tak diantar. Macam mantra anak-anak yang suka mainan panggil setan.
Sampailah kita menuju tengah hutan, sebelum masuk ke desa. Dari kejauhan, masih nampak ada sosok laki-laki itu. Dan seperti kemarin, dia hanya mengamati laju mobil kami.
Sesampainya di rumah, aku dan Mia langsung menuju kamar karena rasa lelah yang melanda. Saat ku buka pintu, mulut kami kembali menganga. Ada tulisan di cermin, lagi.
'Opo salahku? Tulungono aku!'
Segera ku lari untuk menghapusnya, dan menggendong Mia yang masih diam mengamati. Sesaat kemudian tercium bau wangi bunga melati memenuhi ruangan. Belum sempat kami mencari asalnya, terlihat sesosok perempuan di luar, yang sepintas dari balik tirai jendela.
Aku mengejarnya, segera ku buka tirai itu. Namun kosong, tak ada siapapun di sana, maupun di sekitar tempat itu. Berlanjut dengan suara mengejutkan.
'Praaaang'
Terdengar dari arah dapur, dan kamipun menuju ke sana. Hanya ada mama yang sedang membuatkan kami makan siang.
"Mama, tadi suara apa? Kok kayak ada pring atau benda pecah?" tanyaku sambil mencari asal suara.
"Suara apa, dari tadi mama di sini. Gak ada suara apapun di sini."
"Yakin, ma?" tanyaku masih tak percaya.
"Yakin pake bingit," jawab mama mencairkan suasana.
Namun sesaat kemudian, papa yang sedang sibuk mempersiapkan pembukaan warung baru di depan, tergopoh masuk ke dalam rumah. Menuju tempat kami berkumpul.
"Ma, siapa yang nangis?" tanya papa seperti mencari jawaban atas pertanyaannya sendiri.
"Nangis?" tanya kami serempak.
"Ohh, gak ada yang nangis ya. Salah denger mungkin ya, kirain mama, soalnya suaranya mirip," penjelasan papa sambil pergi meninggalkan kami yang masih dalam kebingungan.
"Yadah, kalian cepet ganti baju dan cuci tangan. Bentar lagi makanan siap."
"Iya, Ma!"
Kami semua siap menyantap masakan mama. Duduk di meja, dan berdoa bersama sebelumnya.
****
Malam ini udara terasa panas, jadi kubuka sedikit jendela kamar. Namun aku seperti melihat, ada seseorang yang mengawasi dari kejauhan. Ya, itu dia. Seorang anak lelaki misterius.
Semakin ku amati, dia semakin mundur dan akhirnya berlari menjauh. Tapi apa yang dilakukannya di sini, kenapa dia selalu mengikuti kami?
Pertanyaan itu kembali, masuk ke dalam pikiran yang sudah sempat ku abaikan. Aku harus segera menyelidikinya. Mencari tahu tentang apa yang mereror kami. Yang membuat Mia ketakutan seperti tadi.
Besok aku akan mencari petunjuknya. Nisa, mungkin dia pernah mendengar ceritanya.