NovelToon NovelToon
TERPAKSA MENIKAHI CEO BEJAD

TERPAKSA MENIKAHI CEO BEJAD

Status: sedang berlangsung
Genre:Perjodohan / Cerai / CEO / Percintaan Konglomerat / Konflik etika / Balas Dendam
Popularitas:2.8k
Nilai: 5
Nama Author: Dri Andri

Alviona Mahira berusia 15 tahun baru lulus SMP ketika dipaksa menikah dengan Daryon Arvando Prasetya (27 tahun), CEO Mandira Global yang terkenal tampan, kaya, dan memiliki reputasi sebagai playboy. Pernikahan ini hanya transaksi bisnis untuk menyelamatkan keluarga Alviona dari kebangkrutan.

Kehidupan rumah tangga Alviona adalah neraka. Siang hari, Daryon mengabaikannya dan berselingkuh terang-terangan dengan Kireina Larasati—kekasih yang seharusnya ia nikahi. Tapi malam hari, Daryon berubah menjadi monster yang menjadikan Alviona pelampiasan nafsu tanpa cinta. Tubuh Alviona diinginkan, tapi hatinya diinjak-injak.
Daryon adalah pria hyper-seksual yang tidak pernah puas. Bahkan setelah bercinta kasar dengan Alviona di malam hari, pagi harinya dia bisa langsung berselingkuh dengan Kireina. Alviona hanya boneka hidup—dibutuhkan saat Daryon terangsang, dibuang saat dia sudah selesai.

Kehamilan, keguguran karena kekerasan Kireina, pengkhianatan bertubi-tubi

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Dri Andri, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

BAB 9: DUA KEHIDUPAN DARYON

💔

Seminggu berlalu sejak malam di dapur itu.

Alviona masih hidup. Masih bernapas. Tapi apakah itu bisa disebut "hidup"... dia gak yakin.

Dia cuma... ada. Bangun. Makan dikit. Diem di kamar. Tidur. Repeat.

Daryon masih jarang pulang. Dan kalau pulang, dia cuma mampir bentar—kadang langsung masuk kamar kerja, kadang langsung ke kamarnya sendiri. Malam-malam dia gak datang ke kamar Alviona lagi sejak seminggu lalu.

Entah dia bosen. Entah dia dapet "kepuasan" dari tempat lain.

Dan Alviona... seharusnya lega. Seharusnya bersyukur.

Tapi ada sesuatu yang menggerogoti hatinya.

Rasa penasaran yang menyakitkan.

Kemana Daryon pergi setiap hari?

Apa yang dia lakukan?

Dengan siapa dia?

Pertanyaan-pertanyaan itu terus berputar di kepala Alviona. Dan semakin lama, semakin gak bisa dia abaikan.

Hari itu, Alviona memutuskan sesuatu yang mungkin bodoh.

Dia mau... ngikutin Daryon.

Pagi itu, dia bangun lebih awal dari biasanya. Pukul 5.30 pagi, dia udah siap—pake kaos hitam polos, jeans, sneakers, rambut diikat asal. Dia ambil jaket tipis buat nutupin tubuhnya yang kurus.

Dari jendela kamarnya, dia ngeliat Daryon keluar mansion pukul 6 pagi kayak biasa, masuk ke mobil hitam mewahnya, dan pergi.

Alviona langsung turun.

"Nona mau kemana sepagi ini?" tanya Bi Sari yang kebetulan lagi beresin ruang makan.

"Aku... aku mau jalan-jalan sebentar, Bi," jawab Alviona cepat. "Gak lama kok."

Bi Sari natap dia khawatir, tapi gak nanya lebih jauh.

Alviona keluar mansion, jalan cepat ke arah gerbang. Untungnya gerbang gak dikunci—pelayan kadang buka pagi-pagi buat tukang kebun masuk.

Dia keluar, napasnya lega—ini pertama kalinya dia keluar mansion sejak pernikahan. Udara pagi terasa... berbeda. Lebih seger. Lebih bebas.

Tapi dia gak punya waktu buat nikmatin itu.

Dia nyetop taksi online yang lewat, kasih instruksi buat ngikutin mobil hitam Daryon dari jauh.

"Ikutin mobil itu, Pak. Tapi jangan terlalu deket," ucap Alviona pelan.

Pak sopir noleh, agak bingung, tapi akhirnya ngangguk. "Oke, Neng."

Mereka ngikutin mobil Daryon selama 30 menit.

Melewati jalan-jalan kota yang mulai rame, melewati gedung-gedung tinggi, sampai akhirnya mobil Daryon berhenti di depan sebuah café mewah di daerah elite—Café Lumière.

Café dengan interior kaca besar, tanaman hias di luar, lampu-lampu warm tone yang bikin suasana cozy dan romantic.

Alviona turun dari taksi, bayar, terus berdiri di seberang jalan, ngintip dari balik pohon besar.

Daryon keluar dari mobilnya—jas hitam rapi, rambut tersisir sempurna, tampan kayak CEO di majalah. Dia jalan masuk café dengan langkah percaya diri.

Dan gak lama kemudian...

Seorang wanita datang.

Kireina.

Dia keluar dari mobil sport merah, pake dress putih elegan, rambut terurai sempurna, high heels yang bikin langkahnya anggun. Dia tersenyum lebar—senyum yang Alviona gak pernah liat di wajahnya waktu di mansion. Senyum yang... tulus. Bahagia.

Kireina masuk café.

Alviona ikut masuk—pelan-pelan, hati-hati—dan duduk di pojok belakang, di meja yang agak gelap, tersembunyi di balik tanaman hias besar. Dari situ, dia bisa liat meja Daryon dan Kireina yang duduk di dekat jendela besar.

Dan apa yang Alviona lihat... menghancurkannya pelan-pelan.

Daryon tertawa.

Bukan senyum tipis yang dingin. Bukan seringai sinis. Tapi... tawa. Tawa tulus yang bikin matanya menyipit, yang bikin wajahnya keliatan lebih muda, lebih... manusiawi.

Alviona gak pernah liat Daryon tertawa kayak gitu.

Kireina ngomong sesuatu sambil main-main dengan sedotannya, dan Daryon ketawa lagi. Tangannya meraih tangan Kireina di atas meja, menggenggamnya lembut—lembut banget—kayak lagi pegang barang paling berharga di dunia.

Mereka ngobrol. Ketawa. Berbagi kue. Saling suapin.

Kayak pasangan normal.

Kayak... pasangan yang saling cinta.

Alviona ngerasa sesuatu mencelos di dadanya. Gak cuma celos. Tapi kayak ada pisau yang perlahan ditusukkan, diputar, bikin lukanya makin dalam.

Dan yang paling menyakitkan...

Daryon mencium Kireina.

Di depan orang banyak. Di café itu. Tanpa malu. Tanpa sembunyi-sembunyi.

Ciumannya lembut. Mesra. Penuh cinta.

Alviona bisa liat—dari jauh—bagaimana Daryon ngelus pipi Kireina dengan lembut. Bagaimana Kireina senyum di sela ciuman. Bagaimana mereka berdua keliatan... sempurna.

Sementara Alviona...

Alviona cuma boneka yang dipake malam hari. Tanpa cinta. Tanpa kelembutan. Cuma kekerasan.

Perutnya tiba-tiba mual.

Sangat mual.

Dia berdiri cepat—terlalu cepat—sampai kursinya geser dan bunyi kecil kedengeran. Untungnya Daryon dan Kireina terlalu sibuk satu sama lain buat notice.

Alviona keluar café dengan langkah terhuyung. Begitu udara luar menyentuh wajahnya, dia langsung berlari ke gang sempit di samping café, dan—

HOEEKKK!

Dia muntah.

Muntah hebat sampai gak ada yang keluar lagi. Tangan memegang dinding buat nopang tubuh yang lemas. Air matanya keluar—gak tau itu karena muntah atau karena sakit hati.

Mungkin keduanya.

Dia ngusap mulutnya kasar, napasnya tersengal. Tubuhnya gemetar.

"Kenapa..." bisiknya serak, suaranya pecah. "Kenapa dia bisa lembut sama dia... tapi brutal sama aku...?"

Gak ada yang jawab.

Cuma angin pagi yang bertiup dingin.

Alviona berdiri di sana—lututnya lemas, punggung nempel dinding gang yang kotor—sambil ngerasain dadanya remuk. Bukan remuk biasa. Tapi remuk berkeping-keping.

Kayak kaca yang diinjak berkali-kali sampai jadi debu.

Dia gak tau berapa lama dia berdiri di sana.

Tapi pas dia akhirnya berani balik lagi ke depan café—hanya buat mastiin mobilnya Daryon udah pergi—dia ngeliat sesuatu yang bikin hatinya benar-benar mati.

Daryon dan Kireina berdiri di samping mobil Kireina.

Daryon meluk Kireina dari belakang, dagunya bertumpu di bahu Kireina. Mereka ketawa kecil, berbisik sesuatu. Dan kemudian...

Kireina noleh, dan mencium Daryon.

Mesra.

Lama.

Penuh cinta.

Di tengah parkiran café, di bawah sinar matahari pagi, di depan orang-orang yang lewat—mereka gak peduli. Mereka cuma peduli satu sama lain.

Alviona berdiri di seberang jalan, tersembunyi di balik pohon.

Menonton.

Hatinya remuk berkeping-keping.

Dan untuk pertama kalinya sejak pernikahan...

Alviona ngerasain sesuatu yang lebih sakit dari kekerasan fisik.

Dia ngerasain... cemburu.

Bukan karena dia cinta Daryon.

Tapi karena dia iri.

Iri sama Kireina yang bisa dapet sisi lembut Daryon. Sisi yang penuh cinta. Sisi yang Alviona gak akan pernah dapet.

Karena buat Daryon, Alviona bukan manusia.

Cuma... barang.

1
Eflin
.uuuuiu]uui
Eflin
pkpp
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!