AREA DEWASA!!
Empat tahun menduda pada akhirnya Wira menikah juga dengan seorang gadis yang bernama Mawar. Gadis yang tidak sengaja Wira tabrak beberapa waktu yang lalu.
Namun, di balik pernikahan Wira dan Mawar ada seorang perempuan yang tidak terima atas pernikahan mereka. Namanya Farah, mantan karyawan dan juga teman dari almarhum istri Wira yang bernama Dania. Empat tahun menunggu Wira pada akhirnya Farah lelah lalu menyerah.
Tidak berhenti sampai di sini, kehidupan masa lalu Wira kembali terusik dengan kehadiran iparnya yang bernama Widya, adik dari almarhum Dania. Masalah yang sudah terkubur lama namun nyatanya kembali terbuka semua kebenarannya setelah kehadiran Widya.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Ni R, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Chapter 12
Wira berguling-guling di atas tempat tidurnya seperti orang tidak waras. Lelaki ini sedang kasmaran, bisa-bisanya Wira jatuh cinta secepat ini pada Mawar setelah sekian lama menduda.
klek,....
Wira langsung mengubah posisinya menjadi duduk ketika sang mamah masuk kedalam kamar. Asti bisa menangkap ada hal berbeda pada anaknya.
"Pulang-pulang di dalam kamar aja, mana senyum-senyum sendiri lagi. Kesambet?"
"Apa sih mah?"
"Ini wajah sedang jatuh cinta, mamah tahu itu. Wira, boleh mamah memberi mu masukan?"
"Tentu saja boleh, masukan dalam hal apa ya mah?"
Asti menarik nafas dalam, menatap wajah anaknya lalu mengambil foto Dania.
"Sudah saatnya kau mengemasi barang-barang Dania. Bukan untuk melupakannya, hanya menyimpan sebagai kenangan."
"Tidak mah, Wira tidak mau. Nanti Dania akan merasa sedih jika Wira menyimpan semua barang-barangnya," tolak Wira tidak terima.
"Nak, mamah sangat senang karena sekarang kau sudah mau membuka hati untuk perempuan lain. Tapi, setiap perempuan pasti akan cemburu jika melihat pasangannya masih menyimpan semua barang-barang perempuan lain di kamar ini meskipun sudah meninggal. Wira, ini akan menjadi benalu dalam rumah tangga mu kelak."
Wira terdiam, memandang foto pernikahan yang masih terpajang di kamarnya. Bahkan, lemari pakaian milik Dania saja masih tersusun sangat rapi. Sisa make up dan segalanya juga masih utuh berada di kamar Wira.
"Itu sama saja kau melukai hati wanita lain hanya karena masa lalu mu. Pikirkan ini baik-baik, mamah tidak akan pernah setuju kau menikah jika kau sendiri tidak bisa keluar dari masa lalu mu. Mamah tidak ingin melihat perempuan lain kecewa hanya karena cemburu pada perempuan yang sudah meninggal."
Wira masih setia dengan diamnya, bagaimana bisa dirinya menyingkirkan barang-barang milik Dania yang selama ini menjadi obat rindu.
"Biarkan Dania menjadi sepenggal cerita dari kehidupan mu Wira. Masa depan mu masih panjang, kau pantas bahagia meskipun bukan bersamanya."
Asti keluar dari kamar Wira, membiarkan anaknya berpikir untuk kehidupan yang akan di jalani Wira kedepannya.
Rona hati yang berbunga-bunga tadi sekejap terganti dengan rasa sedih. Wira mengusap foto Dania, cintanya terlalu dalam untuk wanita itu.
"Apa yang harus aku lakukan sekarang Dania? apa aku harus mengikuti apa kata mamah? kenapa kau membuat ku tenggelam dalam kepergian mu?"
Huft,....
Pikiran Wira mulai kalut, lelaki tiba-tiba saja meletakan foto Dania dengan posisi tertutup. Pikirannya mulai larut dalam keheningan malam, Wira terlelap dengan sejuta pertimbangan.
Tetesan embun membasahi dedaunan. Wira bangun dengan wajah segar dan secerah matahari di pagi ini.
Dengan langkah lebar penuh semangat, Wira menghampiri sang mamah di meja makan.
"Mah, boleh Wira meminta tolong?"
"Makan dulu, baru minta tolong!"
Wira mengambil sepotong roti, menguyahnya dengan cepat lalu meneguk teh hangatnya.
"Buru-buru aja, kenapa?" tanya Asti sambil menikmati sepotong rotinya.
"Mah, Wira minta tolong untuk membereskan kamar Wira. Simpan aja semua barang-barang Dania di gudang," kata Wira langsung membuat Asti tersenyum.
"Apa kamu sudah yakin?" tanya Asti memastikan.
"Wira sudah berpikir sepanjang malam. Jika masih ada barang Dania yang masih layak, kasih aja sama orang yang membutuhkan."
"Mamah yakin jika perempuan yang telah membuat jatuh cinta itu adalah perempuan baik. Nyatanya, dia bisa meluluhkan hati mu. Kenalin sama mamah dong!"
"Nanti aja, Mawar pasti malu dan belum siap,"
"Ya udah, terserah kamu aja!"
Wira berpamitan, lelaki ini bergegas pergi ke kantor karena ada meeting. Di akui Wira jika tidak ada Farah dirinya sangat kesusahan mengurus semua pekerjaan. Jadi, hari ini Wira akan membuka lowongan pekerjaan untuk menggantikan posisi Farah.Namun, Wira hanya membuka lowongan untuk laki-laki saja.
"Pilih saja yang terbaik. Selesai meeting aku sendiri yang akan menyeleksinya," ucap Wira pada ketua HRD.
Sementara itu, Mawar terlihat bekerja seperti biasanya. Gadis ini sebenarnya gugup ketika Tia dan Bayu memperhatikannya sejak tadi. Mawar yakin ini pasti karena ulah Wira yang meminta izin kemarin.
"Mawar, sini deh!" Tia memanggil Mawar.
Dengan perasaan berdebar, gadis ini menghampiri Tia dan Bayu yang sengaja duduk di meja depan. Ini masih pagi, belum ada pengunjung yang datang.
"Kamu ada hubungan sama Wira?" tanya Tia tanpa basa basi.
"Nggak bu, gak ada. Cuma teman aja kok!" jawab Mawar semakin gugup.
"Udah jujur aja. Gak ada yang bakal marahin kamu kok," kata Bayu.
"Wira itu menduda selama empat tahun loh. Kok bisa dia dekat sama kamu?" Tia semakin penasaran dengan jalan ceritanya.
"Wira itu gak pernah dekat sama cewek lain setelah istrinya meninggal. Kamu hebat loh!" timpal Bayu langsung memuji Mawar.
"Aduh pak, bu,...Mawar sama mas Wira cuma teman aja kok,"
"Nah tu kan, panggilan aja udah mas! iih...manisnya!"
Semakin malu lah Mawar, bingung ingin ngomong apa lagi.
"Ini namanya tabrakan membawa berkah!" ucap Bayu.
"Berkah apa ya pak?" tanya Mawar dengan polosnya.
"Berkah jodoh!" seru Tia lalu pasangan suami istri itu tertawa.
Mawar menggaruk tengkuk lehernya tak gatal, gadis ini hanya bisa ikut tertawa garing.
Mawar kembali ke belakang, menyelesaikan pekerjaannya. Di depan tadi di Introgasi Tia dan Bayu, sekarang malah gantian Genta.
Semakin siang semakin ramai, satu persatu pengunjung berdatangan. Mawar dan beberapa temannya mulai sibuk melayani.
"Di mana calon istri ku?" tanya Wira tanpa izin membuka pintu ruangan Tia.
"Si brengsek ini. Mengejutkan ku saja!" umpat Tia kesal, "siapa calon istri mu hah?"
"Bunga Mawar ku. Di mana dia? apa kau memberinya pekerjaan yang sangat banyak?"
"Benar-benar sialan duda yang satu ini. Aku yang menggaji Mawar, suka-suka aku dong!"
Tanpa di suruh lagi Wira langsung duduk di sofa tamu.
"Lagian, aku dan Bayu sudah menanyai Mawar tadi. Katanya kalian hanya teman, kau ini yang bermimpi ketinggian!" cibir Tia membuat Wira tidak terima.
"Kalian pasti sudah membuatnya takut sehingga dia tidak mengakui ku. Awas saja dia....!" Wira yang kesal langsung keluar dari ruangan Tia, mencari Mawar yang ternyata berada di lantai dua.
Mawar malu sendiri ketika Wira tiba-tiba datang langsung menarik tangannya dan mengajak gadis itu masuk kedalam ruangan Tia.
Tia duduk bersandar, melipat kedua tanganya dengan santai.
"Kenapa kau tidak mengakui ku sebagai pacar mu hah?" tanya Wira marah.
Panik lah Mawar, apa yang harus dia katakan sekarang.
"Tapi kan kita memang tidak pacaran mas!"
Tia tertawa.
"Diam kau!" bentak Wira pada Tia, "kemarin kan kita sudah resmi untuk menjalin hubungan. Apa kau lupa?"
"Ku pikir mas Wira hanya bercanda!" jawab Mawar membuat Wira benar-benar kesal.
"Si duda yang memaksa, orang gak mau kok di paksa!" cibir Tia.
"Diam kau!" sekali lagi Wira membentak Tia.