Cahaya Airin, istri yang tak diinginkan oleh suaminya. Rasa sakit hati kala sang suami terus menghinanya membuat air matanya terus berjatuhan.
Hingga suatu hari gadis yang biasa di panggil Aya itu mencoba merubah penampilannya untuk mendapatkan hati suaminya.
Apakah Aya akan berhasil membuat suaminya mencintainya?
Selamat membaca...
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Rima Andriyani, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 8
Keesokan harinya, Aya dan Bryan menemui Ayah Hendra di rumah sakit.
Sebelum memasuki kamar rawat ayahnya, Aya berjalan mendahului Bryan. Namun tiba-tiba Bryan meraih tangan Aya dan membuat Aya terkejut.
Aya menatap Bryan dengan tanya.
"Jangan berfikir macam-macam, ini bagian dari akting. Bukankah kita harus berakting di depan ayahmu?." ucap Bryan.
Aya terlihat memikirkan ucapan Bryan,lalu iapun membiarkan Bryan menggandeng tangannya masuk kedalam ruang rawat ayahnya.
"Selamat pagi ayah," sapa Aya dengan senyumnya.
Sedangkan Bryan pun tersenyum menatap ayah mertuanya itu.
Aya terpaku melihat senyum dari suaminya, karena Ia belum pernah melihat Bryan tersenyum sehangat itu.
"Selamat pagi ayah, maafkan saya yang baru bisa menengok ayah," ucap Bryan begitu ramah.
Hendra pun tersenyum melihat kedatangan putri dan menantunya itu. Dapat Hendra lihat menantunya yang menggenggam tangan putrinya membuatnya yakin bahwa menantunya itu mencintai putrinya.
"Tidak apa-apa nak, kata Aya kemarin Kau sedang ada meeting pagi. Ayah memakluminya."
Masih dengan tangan yang menggenggam tangan Aya, keduanya pun berjalan mendekati Hendra.
Aya perlahan melepaskan tangan Bryan, karena melihat Hendra yang berusaha untuk duduk. Iapun membantu sang ayah. Lalu Ia pun duduk di samping ayahnya.
Bryan mengikuti Aya duduk di sampingnya dan kembali menggenggam tangan mungil istrinya.
"Ayah senang Kau sangat menyayangi putri ayah. Ayah pikir kalian tidak bahagia akan pernikahan ini. Karena sebelumnya Aya tidak menyetujuinya." Ucap Hendra menatap putri dan menantunya dengan senyuman.
"Benarkah yah?, itu karena putri ayah ini belum mengenalku. Sekarang lihatlah, dia tidak ingin jauh-jauh dari ku," Bryan menatap Aya dengan menaik turunkan kedua alisnya.
"Apa dia bilang, aku tidak ingin jauh-jauh darinya?. Bukankah sedari tadi dia yang selalu menempel?!," Ucap Aya dalam hati seraya menahan kesalnya.
"Ayah ikut bahagia melihatnya nak. Tolong jaga putri ayah satu-satunya ini ya nak. Karena dari kecil dia tidak pernah merasakan kebahagiaan. Ayah berterima kasih kepada mu dan Papa mu karena sudah memberikan kebahagiaan untuk putri ayah ini." Ucap Hendra yang nampak begitu sedih.
"Ayah tenang saja, selama saya masih bernafas, maka putrimu tidak akan pernah kekurangan kasih sayang. Karena saya sangat mencintai putri ayah," ucap Bryan begitu mantab.
Membuat Aya menoleh ke arahnya. "Dia sangat menghayati aktingnya. Padahal kami begitu saling membenci satu sama lain. Maafkan aku ayah karena harus berbohong padamu," ucap Aya dalam hati dengan rasa bersalahnya.
Hingga percakapan hangat mengiringi pagi itu dan sebuah tawa pun keluar dari mulut Bryan dan ayah Hendra.
Keduanya terlihat begitu sangat akrab, membuat Aya merasa senang karena suaminya itu benar-benar menepati ucapannya.
"Ayah, maafkan saya. Saya harus ke kantor sekarang, karena sebentar lagi ada meeting penting." Ucap Bryan.
"Baiklah nak, Ayah akan selalu mendoakan kebahagiaan kalian."
Bryan tersenyum dan menganggukkan kepalanya, lalu ia kembali menggenggam tangan Aya dan mereka pun keluar dari ruang rawat Hendra setelah berpamitan.
"Lepaskan?," Ucap Aya berusaha melepaskan genggaman tangan suaminya setelah di luar.
"Kau pikir aku mau berlama-lama menggenggam tangan mu itu?!. Sekarang Kau harus menepati janjimu Kau ingat?," Ucap Bryan dengan seringainya.
Namun bersamaan dengan itu, ponsel Bryan pun berdering membuat pemiliknya segera mengangkatnya.
Bryan mengangkat telepon itu dengan menjauh dari Aya.
"Haih..., nasib buruk ku akan segera datang," ucap Aya lesu.
Beberapa saat kemudian, Bryan kembali menghampiri Aya. "Kau beruntung kali ini, Aku akan keluar negeri siang ini. Tapi jangan senang dulu, Kau harus menepati janjimu setelah Aku pulang nanti," ucap Bryan membuat Aya merasakan kelegaan.
"Baiklah"
"Kau pulang naik taksi saja," ucap Bryan dan langsung meninggalkan Aya di sana.
"Dasar suami laknat, Aku kutuk Kau menjadi semut!." Umpat Aya dengan kesalnya.
Lalu ia sendiri pun teringat bahwa ia juga harus ke kantor untuk kembali bekerja. Sebelumnya Ia sudah meminta izin kepada Papa mertuanya dan Bryan. Bagaskara menyetujuinya, sedangkan Bryan hanya waktu itu hanya berkata "hemmm".
***
Sampai di kantor, Aya sudah sangat merindukan pekerjaannya itu. Terlebih kepada temannya Adrian.
Aya begitu kecewa saat bertanya kepada HRD, karena ternyata Adrian telah cuti sudah hampir satu Minggu lamanya.
Aya pun akhirnya melanjutkan pekerjaannya yang sudah menumpuk selama dia cuti.
"Banyak sekali pekerjaan ku, kalau saja Adrian ada di sini, pasti dia akan membantu ku," ucap Aya begitu lesu.
"Apakah kau merindukanku?," Ucap suara seseorang yang begitu familiar di telinga Aya.
Aya pun menoleh pada suara, sebuah senyuman terukir di wajahnya. "Iyan, kau kembali?. Syukurlah." Ucap Aya senang.
"Ya, karena Aku merindukanmu Ay," ucapnya menatap sendu wajah gadis yang sudah mencuri hatinya.
"Aku juga merindukan mu Iyan, lihatlah pekerjaan ku menumpuk, Kau mau kan membantuku?," Aya mengkedip-kedipkan matanya membuat Adrian memutar bola matanya. Ia tahu apa maksud Aya.
"Iya-iya akan ku bantu pekerjaan mu, tapi semua ada imbalannya."
"Apa?."
"Tenanglah, Aku hanya minta di traktir makan bakso di ujung jalan sana saja kok Ay," ucap Adrian dan langsung di iyakan oleh Aya.
Setelah semua pekerjaan Aya dengan di bantu oleh Adrian hampir selesai. Jam sudah menunjukkan jam pulang kerja. Akhirnya Aya harus menunda kembali pekerjaannya.
Mereka pun pulang bersama, sebelumnya mereka mampir di penjual bakso yang akan mereka datangi tadi.
Setelah menikmati bakso yang membuat perut keduanya merasa kenyang. Adrian segera mengantarkan Aya pulang.
Namun Aya menyuruh Adrian untuk menurunkannya di sebuah gang kecil. Aya beralasan bahwa Ia menyewa kost di dekat sana.
"Benarkah Kau turun di sini Ay?," Tanya Adrian.
"Iya Iyan, bukankah tadi Aku mengatakan bahwa aku sekarang menyewa kost di dalam gang sana. Sekarang Kau pulanglah, terimakasih untuk tumpangannya," ucap Aya berusaha membuat Adrian segera pergi dari sana.
Aya tidak ingin Adrian tahu bahwa dirinya sekarang tinggal di rumah mewah milik Tuan Bagaskara. Aya juga tidak ingin Adrian tahu bahwa Ia sudah menikah dengan Bryan Askara. Pasti yang ada Adrian malah akan mentertawakan dirinya karena berpikir Aya hanya membual.
"Baiklah, kalau begitu bagaimana kalau besok aku menjemputmu lagi di sini Ay?."
"Jangan!," Ucap Aya cepat membuat Adrian mengerutkan keningnya.
"Maksudku, Aku tidak ingin merepotkan mu Iyan. Bukankah rumahmu berlawanan arah?. Lebih baik kita bertemu di kantor saja," ucap Aya kemudian dengan senyumnya yang begitu aneh.
"Baiklah, kalau begitu aku pulang dulu Ay," ucap Adrian begitu datar. Lalu mobilnya pun pergi meninggalkan Aya yang merasa heran dengan sikap Adrian yang tiba-tiba menjadi berekspresi datar.
"Apa dia marah?," Ucap Aya dengan keheranannya. Lalu ia segera memesan sebuah taksi dari aplikasi ponselnya.
***