Memiliki wajah cantik blesteran, membuatnya menonjol di antara gadis lainya. Tapi kisah hidupnya tak seindah wajahnya. Jessyca
Karena sang Mama meninggal sejak lama, membuat Ayahnya menikah lagi. Tapi keluarga baru, justru membuat hidupnya semakin sulit.
Hingga suatu saat, neneknya telah memilihkan jodoh untuknya. Yang menyebabkan ia 'kawin gantung' di usia muda.
Apakah kehidupan Jessy akan lebih baik? Atau malah sebaliknya!!!
Cuzzz kita lanjut ☺☺☺☺🥰
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon AuraAurora, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Hukuman
Mariam pergi dengan terburu-buru, ia lupa jika hari ini rumah makan nya mendapat banyak pesanan.
Sebenarnya, semalam ia sudah berniat ingin berangkat pagi untuk membantu. Tapi bagaimana lagi karena kenyamanan kasur lah yang lebih menarik ia untuk berselancar di alam mimpi.
"Jessy, Nenek pergi dulu!" teriak Mariam dari luar kamar Jessy.
"Baik Nek," bukan Jessy yang menjawabnya. Justru Mariam sendiri lah yang menjawab, ia terkekeh dengan kekonyolan nya sendiri.
Tapi ia tak punya waktu untuk membangunkan cucu cantiknya itu untuk pergi ke sekolah.
Hingga sinar matahari mulai menghangat, nyatanya Jessy masih nyaman dengan alam mimpi nya.
Kemudian, mata indah itu seketika terbuka lebar saat menyadari kalau dirinya sudah bersekolah kembali.
"Wedus," umpat Jessy saat tau jam sudah menunjukkan pukul 06.30.
Kamar mandi adalah tujuan nya sekarang, dengan menggunakan jurus mandi bebek Jessy segera bersiap-siap.
Tidak ada waktu ia mempercantik diri seperti kemarin.
Cukup ia mengenakan seragam, dan rambut yang di cepol ke atas.
"Nenek," teriaknya. Tapi tidak ada sahutan sama sekali.
"Kemana Nenek! Apa sedang pergi! Kenapa tadi tidak membangunkan ku terlebih dahulu!"
Jessy terus menggerutu, hingga kesialan pagi itu terus bertambah dengan hilang nya kunci motor.
"Kemana lagi tuh kunci!" Jessy terus mencarinya, tapi nihil. Entah ia taruh di mana kemarin, sudah di cari dikamar, ruang tamu, dapur namun tidak ada.
Apalagi ia berburu dengan waktu yang semakin menipis.
Jessy mengeluarkan ponselnya dan segera memesan ojek online, saat ini hanya ojek lah yang dapat membantu nya untuk sampai ke sekolah.
"Semoga saja masih keburu," harap Jessy. Masak iya baru masuk kemarin ia harus membolos. Sebenarnya oke juga jika membolos, tapi bagaimana jika neneknya tau?
Dengan berdiri di depan rumah, Jessy menunggu ojek pesanan nya.
"Neng Jessy?" tanya seseorang yang menaiki sepeda motor dengan menggunakan jaket hijau.
"Iya."
"Ngebut Pak," pinta Jessy setelah menerima helm dan naik di jok belakang.
Tapi, entah mimpi apa Jessy semalam. Meskipun tukang ojek sudah di suruh ngebut, tetap saja gerbang sekolah sudah di tutup ketika ia sudah sampai.
"Terima kasih Pak." Jessy mengembalikan helm dan memberi ongkos.
Jessy mendekat ke arah gerbang sekolah. "Pak!" panggil Jessy pada satpam sekolah.
"Kamu anak baru yang kemarin?" Satpam yang mengenalinya.
"Iya, Pak. Tolong dong di bukain gerbangnya?" Jessy mencoba peruntungan nya dengan memasang wajah melas.
"Kamu baru masuk kemarin, sekarang sudah terlambat. Wah... prestasi yang sangat bagus."
Setelah mengatakan itu, satpam langsung pergi begitu saja tanpa memperdulikan Jessy.
Jessy mencebikkan bibirnya, ternyata rayuan nya tidak mempan. Ia memutar otak bagaimana caranya ia bisa masuk ke sekolah.
Hingga di detik berikutnya sebuah ide muncul di kepalanya. Ia kemudian memutari tembok pagar sekolah. "Satpam edan, udah nggak mau bukain gerbang. Itu mulut masih aja julid," Jessy berjalan dengan menggerutu.
Hingga di pagar belakang sekolah, Jessy mengedarkan pandangan nya. Mencari sesuatu untuk menjadi pijakan nya, karena pagar sekolah yang lumayan tinggi.
Jessy berniat untuk memanjat pagar sekolah saja untuk bisa masuk ke sekolah. Saat ia menemukan kursi kayu yang lumayan usang, segera ia ambil dan ia letakkan dekat pagar sekolah.
Dengan perlahan Jessy mulai naik ke kursi itu, dan tangan nya berpegangan pada atas tembok. Kepalanya menyembul sedikit di balik tembok untuk melihat keadaan sekitar.
"Aman," gumamnya ketika tidak melihat siapapun di sana.
Dengan tenaga ekstra Jessy akhirnya berhasil naik hingga ke atas tembok.
"Perasaan tadi gak tinggi-tinggi amat, tapi sekarang rasanya seperti uji nyali."
Ia bergidik ngeri melihat bawah dari tempatnya sekarang.
"Kalau kaki yang turun duluan, pasti lecet-lecet. Tapi kalau bok*ng duluan yang nyium tanah!!" Jessy mengusap bok*ngnya. "Bisa tepos nih! "
Saat ia bersiap turun, ternyata kaki Jessy tergelincir lebih dulu.
"Aaaaaaa," teriaknya.
Jessy memejamkan mata bersiap setelah ini bok*ngnya tidak akan semok lagi. Tapi hingga beberapa detik berikutnya, ia tak merasakan apapun.
"Kok gak sakit ya?" gumamnya. Bahkan tangan nya kini seperti menempel pada sesuatu yang keras dan hangat. "Apa ini?"
"Sudah puas merabanya?" tanya seseorang.
"Huh!"
Jessy tersentak kaget dan seketika membuka matanya.
"Lo!"
Mata Jessy membulat saat tau kini dia berada dalam gendongan siswa yang kemarin pagi bertemu dengan nya, bahkan telapak tangan nya dengan nyaman berada di dada Nathan.
"Turunin gue!" bentak Jessy.
"Oh, ok." Di detik itu juga Nathan melepaskan Jessy.
"Ouch," pekik Jessy yang langsung terjatuh ke tanah. "Si*lan lo."
"Tadi lo sendiri yang minta gue lepasin, jadi sekarang kenapa lo marah?" heran Nathan.
"Kerena lo cari kesempatan pegang-pegang gue," Jessy berdiri. "Awas lo ya!" hardiknya.
Setelah itu Jessy berniat pergi dari sana, tapi baru saja selangkah Nathan sudah menarik tas punggungnya. "Eits, mau kemana lo?"
"Ya mau pergi ke kelas lah, aneh lo." jawab Jessy.
"Ini sudah telat 10 menit," Nathan melihat jam tangan nya. "Nyapu halaman," imbuhnya.
Mata Jessy jelas saja langsung membulat. "Nggak."
"Jadi lo lebih milih untuk mengunjungi guru BK?" cibir Nathan.
"Ck," Jessy berdecak kesal dengan Nathan yang memberi pilihan sama sekali tidak menguntungkan nya.
"Ya udah, gue pilih nyapu."
Lebih baik Jessy memilih berkeringat menyapu halaman sekolah dari pada harus berurusan dengan guru BK yang akan menjadi panjang urusan nya.
Dengan menghentakkan kakinya Jessy berjalan lebih dulu.
Natha memberikan sapu kepada Jessy. "Sapu sampai bersih," perintahnya tegas.
Jessy menaruh tasnya,kemudian melepas almamater nya dan ia ikat di pinggang. Untung saja sapu yang di beri Nathan sapu yang mempunyai gagang, jadi tidak perlu repot-repot ia membungkuk.
"Yang benar saja, dia nyuruh gue nyapu halaman sekolah segini luasnya." Mulut Jessy tak berhenti menggerutu yang ia tujukan pada Nathan.
Sampai 15 menit berlalu, halaman sekolah itu bukan nya bersih di sapu Jessy, malah bertambah kotor.
"Stop," instruksi Nathan. Kemudian berjalan ke arah Jessy. "Lo gak pernah nyapu?"
Dengan polosnya Jessy menggelengkan kepala.
Lagi-lagi Nathan menghembuskan nafasnya kasar.
Nyatanya meskipun halaman itu sekarang bertambah kotor, tapi terlihat Jessy yang sudah di banjiri keringat akibat menyapu yang tidak ada hasilnya tadi.
Dari kejauhan ternyata banyak siswa yang melihat Jessy melaksanakan hukuman nya. Meskipun ia sekarang di banjiri keringat, nyatanya ia sekarang tetap terlihat cantik dan **** tentunya.
Apalagi Jessy yang hanya mengenakan seragam tanpa almamater nya, jelas membuat dadanya semakin terlihat menonjol.
Nathan yang melihat aksi siswa itu kemudian menatap merek tajam. "Apa kalian juga mau dihukum!" teriaknya.
Sontak saja semua siswa langsung kocar kacir berlarian.
Nathan kembali menatap Jessy. "Ya sudah, sana balik ke kelas lo."
Nathan memutuskan menyudahi hukuman Jessy.
Jessy kemudian memberikan sapunya kepada Nathan dan mengambil tas nya.
"Jangan sampai telat lagi," pesan Nathan waktu Jessy akan beranjak dari sana.
Jessy berbalik. "Gak janji," kemudian melenggang pergi.
...----------------...
...Jangan lupa dukungan nya. Cukup di like, aku udah berterima kasih. Kalau di tinggalin komen, aku juga seneng. Kalau di kasih vote, tambah seneng lagi. Apalagi bonus hadiah, wah.... Terima kasih sekali 🥰...
...Sidoarjo, 23.28...