Menggenggam Rindu
Demian Anggoro
"Sayang, ku mohon jangan pergi. Maafkan aku."
Nampak keringat mengucur di dahi seorang laki-laki yang terlihat masih tertidur di atas ranjang king sizenya.
"Sayang, apa kamu baik-baik saja ?"
Seorang wanita cantik terlihat sangat khawatir sembari mengguncang pelan lengan sang suami agar segera terbangun dari mimpi buruknya.
"Kamu mimpi buruk lagi ?" ucapnya lagi setelah laki-laki itu terbangun lalu menyandarkan tubuhnya di headboard ranjang.
Laki-laki yang bernama Demian itu nampak meraup wajahnya dengan kasar, menghapus sisa-sisa mimpinya yang sering ia alami selama 8 tahun terakhir ini.
"Aku baik-baik saja, tinggalkan aku sendiri." perintahnya yang langsung di anggukin oleh sang istri.
"Ariana, di mana kamu sekarang."
Selama 8 tahun ini Demian memendam perasaan bersalah karena sudah menyakiti wanita yang ternyata diam-diam sudah mencuri hatinya.
Ia sadar selama ini begitu menyia-nyiakan wanita itu dan di saat wanita itu pergi jauh meninggalkannya, ia baru menyadari sudah jatuh cinta padanya.
Disisi lain, di sebuah daerah terpencil jauh dari ibu kota nampak seorang wanita sedang melihat berita pagi di televisi.
Senyumnya nampak sinis ketika melihat wajah laki-laki yang teramat ia benci dalam hidupnya sedang tersenyum bahagia bersama istri dan putrinya di depan wartawan.
Pengusaha sukses yang bernama Demian itu sering menjadi pemberitaan media karena kesuksesannya dalam berbisnis dan berumah tangga.
Kemudian ia segera mengambil remot lantas mematikan televisinya tersebut.
"A-aku hamil." Ariana memandang tak percaya benda pipih bergaris dua di tangannya tersebut.
"Ba-bagaimana ini bisa terjadi, aku harus meminta pertanggung jawabannya."
Dengan langkah tertatih Ariana mendatangi sebuah Apartemen seorang laki-laki yang sudah ia anggap sebagai teman, tapi justru tega merenggut kesuciannya karena pengaruh alkohol pada malam na'as sebulan yang lalu.
Meski malam itu mendung begitu pekat, tapi tak menyurutkan langkah Ariana untuk memperjuangkan hak anaknya mendapatkan pengakuan dari sang ayah.
Ia tidak mau anaknya akan menjadi seperti dirinya yang tidak pernah mendapatkan kasih sayang ayahnya.
Sesampainya di sebuah tower Apartemen yang menjulang begitu tinggi, Ariana melangkah pasti menuju unit paling atas tower tersebut.
Setelah pintu lift terbuka, Ariana segera melangkahkan kakinya keluar. Namun dari kejauhan ia melihat ayah dari janinnya itu nampak sedang berciuman dengan seorang wanita di depan pintu Apartemennya.
"Demian."
Ariana menegang, kemudian ia berbalik badan lantas kembali masuk ke dalam lift.
Meski di luar hujan mulai turun, Ariana tetap saja melangkahkan kakinya menembus derasnya hujan di tengah kegelapan.
"Nak, sepertinya kita tidak membutuhkan ayah lagi. Ibu janji akan melindungi mu sepenuh hati, seperti mendiang nenekmu yang melindungi ibu sampai akhir hayatnya."
Kadang kala pergi itu lebih baik daripada bertahan tapi sakit, begitu juga yang di lakukan Ariana dan dia yakin ini adalah garis hidup yang harus ia jalani.
Seandainya Ariana bertahan dan meminta pertanggung jawaban dari laki-laki itu, Ariana tidak yakin hidupnya dan anaknya kelak akan bahagia. Mengingat bagaimana Demian selama ini yang terkenal sebagai seorang Casanova.
Apalagi perbedaan di antara mereka yang begitu menjulang, Ariana hanya seorang gadis yatim piatu dan miskin. Sedangkan Demian seperti seorang pangeran di matanya dan ini bukan dongeng, pikirnya.
Ariana segera mengusap matanya yang tiba-tiba saja mengembun, bayangan 8 tahun yang lalu selalu menghantui dirinya.
Ingin sekali ia melupakan Demian, namun wajah sang putra begitu mirip dengan laki-laki itu.
"Sayang bangun, sudah pagi. Apa kamu tidak pergi ke sekolah ?" Ariana mengguncang bahu sang putra agar anak lelakinya itu lekas bangun.
Ricko begitu lah Ariana menamai sang putra, bocah berumur 7 tahun itu nampak mengucek matanya yang masih mengantuk.
"Kenapa kamu bangun kesiangan sayang, biasanya anak ibu ini bangunnya sangat pagi bahkan terkadang membantu ibu di dapur." ucap Ariana dengan lembut setelah anaknya itu bangun dari tidurnya.
"Maafkan Ricko buk, hari ini Ricko tidak sekolah." sahut Ricko dengan wajah memelas.
Ariana yang sedang membuka tirai jendelanya, langsung menoleh pada sang putra.
"Memang hari ini libur ?" tanyanya padahal hari ini bukan tanggal merah.
Ricko menununduk sembari menautkan jari-jarinya dan kalau sudah seperti itu Ariana yakin putranya sedang mempunyai masalah.
Ariana melangkah mendekati malaikat kecilnya itu, kemudian duduk di sebelahnya. Di ambilnya kedua tangan mungil bocah kecil itu lalu menggenggamnya dengan sayang.
"Katakan pada ibu, apa Ricko berkelahi lagi di sekolah ?" ucap Ariana lembut namun tegas.
Tanpa berani menatap ibunya, Ricko nampak menganggukkan kepalanya.
"Kenapa Ricko melakukan itu lagi sayang? bukannya ibu sudah bilang berkelahi itu tidak baik, Nak." Ariana masih menggenggam tangan putranya itu.
"Tapi Doni mengolok Ricko terus buk, Doni bilang Ricko anak haram, Ricko tidak pantas berteman dan sekolah di sana. Ricko marah lalu pukul Doni ." bocah kelas 2 sd itu nampak berbicara sambil terisak.
Mendengar ucapan Ricko, Ariana langsung memeluk sang putra. Ariana begitu merasa bersalah, tak seharusnya anaknya itu menanggung kesalahannya dulu.
"Maafkan ibu, Nak."
Ricko mengurai pelukannya, lalu memandang wajah ibunya yang sembab.
"Apa Ricko anak haram buk? kata Doni anak haram itu tidak tahu siapa ayahnya." ucapnya meminta penjelasan.
Ariana nampak menghela napasnya. "Di dunia ini tidak ada anak haram sayang, semua anak terlahir suci dan Ricko juga mempunyai ayah kok." bujuk Ariana.
"Tapi di mana ayah Ricko, buk? kenapa tidak pulang-pulang ?"
"Ayah kamu ada kok sayang, tapi sedang bekerja di tempat yang jauh. Suatu saat pasti pulang, kamu sabar kan menunggunya ?" bujuk Ariana lagi.
"Hm." Ricko mengangguk.
"Baiklah sekarang kamu mandi ya, habis itu sarapan. Ibu akan ke sekolah dan berbicara pada wali kelasmu." perintah Ariana kemudian.
Sembari membuka toko rotinya di teras rumahnya, Ariana nampak memijit pelipisnya yang tiba-tiba nyeri.
"Loh Ricko tidak sekolah, Rin ?" tanya Widya tetangga sebelah rumah Ariana yang sudah ia anggap seperti kakaknya sendiri.
"Dia di hukum mbak, habis berkelahi dengan temannya." sahut Ariana.
"Pasti gara-gara Ayahnya lagi kan ?" ucap Widya.
Ariana menganggukkan kepalanya, memang selama ini Ricko sering sekali menjadi korban perundungan karena status Ayahnya yang tidak jelas.
"Ayolah Rin, ikuti saran mbak. Ayo ikut mbak ke ibu kota, di sana kamu bisa mencarikan sekolah yang lebih baik buat Ricko." bujuk Widya.
Ariana terdiam, kembali ke ibu kota itu sama saja mendatangi masa lalunya. Bagaimana kalau laki-laki brengsek itu bertemu dengannya lagi dan mengetahui kalau Ricko adalah darah dagingnya.
Pasti laki-laki itu akan merampas Ricko darinya dan sungguh ia tak bisa hidup tanpa sang putra yang selalu menjadi penyemangat hidupnya.
"Aku tahu apa yang kamu khawatirkan, tapi ibu kota itu luas. Kamu tidak akan bertemu laki-laki itu lagi, lagipula kamu bisa tinggal di salah satu kontrakan mbak di sana dan membuka toko kuemu kembali." bujuk Widya lagi.
"Akan ku pikirkan, mbak." sahut Ariana sembari menyusun kue-kuenya di dalam etalese.
"Bulan depan mas Herman sudah harus pindah ke kantor pusat, ku harap kamu bisa ikut kami. Kamu tahu sendirikan Ricko paling tidak bisa jauh dari mas Herman." ucap Widya.
"Iya mbak, akan ku pikirkan lagi." sahut Ariana.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 260 Episodes
Comments
Cee Suli
gara" hp rusak akhirnya ketemu lagi, kangen sama novel ini
2024-10-29
1
Fajar Ayu Kurniawati
.
2024-04-17
1
🤎🅜A🅜ADEVI💜
hadir Thor
2024-03-28
0