Perjuangan Cinta Sang Ceo

"Sebenarnya saya mau dibawa kemana sih, Pak?" tanya Amelia.

"Gak usah banyak tanya!" seru Annga

"Atau jangan-jangan, saya mau diajak ke Club' lagi ya, Pak?" Amalia mulai curiga pada Angga. Dia takut kalau diajak ke club' lagi.

"Mana ada club' buka, sore begini." Angga tersenyum mengejek Amalia.

"Lagian kamu hanya tinggal diam saja, ikuti perintah saya," imbuh Angga. Amalia tidak menanggapinya ucapan Angga. Yang terpenting baginya saat ini, bisa membayar ganti rugi guci yang ia pecahkan.

Mobil melaju membelah keramaian kota Jakarta. Saat jam pulang kantor begini, kepadatan kendaraan mulai meningkat. Angga akan membawa Amalia ke butik yang terkenal di Jakarta. Supir pribadi Angga sudah hafal, dimana dia harus mengantar Angga dan Amalia. Karena memang dia sering mengantar Angga ke butik itu. Butik, milik sahabatnya itu, adalah butik langganan keluarga Angga.

Sebuah butik berlantai dua, mobil Angga berhenti. Amalia dan Angga turun dari mobil, secara bersamaan. Sementara supirnya melajukan mobilnya menuju parkiran. Angga dengan refleks, menggandeng tangan Amalia.

"Kenapa pakai pegang-pegang segala sih, Pak!" protes Amalia, yang merasa tak enak.

"Udah gak usah banyak protes kamu," tukas Angga masih tetap menggandeng tangan Amalia.

Mereka berjalan beriringan, mereka terlihat seperti sepasang kekasih. Mereka berjalan masuk ke butik , dan disambut ramah oleh pegawai butik. Pegawai butik lalu mendekat kearah mereka berdua.

"Selamat sore Pak Angga," ucap pegawai butik ramah.

"Sore," jawab Angga singkat.

"Ada yang bisa saya bantu Pak?" tanya pegawai butik.

"Carikan gadis ini gaun beserta makeup, sepatu dan tasnya," perintah Angga tegas.

"Baik Pak." Pegawai butik itu tersenyum ke arah Amalia.

"Mari Mbak!" Pegawai butik menggandeng Amalia menuju tempat gaun-gaun cantik disana. Amalia hanya mengikuti kemana pegawai butik itu membawanya.

Disebuah ruangan yang cukup luas, terdapat gaun-gaun mewah berjejer rapi disana. Amalia tertegun kagum melihat gaun-gaun indah disana. Sudah lama dia tidak pernah melihat gaun-gaun mahal. Semenjak ayahnya bangkrut. Amalia mengikuti pegawai butik itu

berjalan. Mereka berhenti di sudut ruangan, disana ada etalase yang berisi gaun-gaun pilihan butik itu. pegawai butik itu mengambil salah satunya.

Sebuah gaun indah berwarna peach, adalah pilihan pegawai butik itu. Gaun yang bermotif beling-beling, dengan ornamen cristal, menunjukkan kesan mewah pada gaun itu. Gaun itu kemudian diberikan pada Amalia.

"Coba pakai yang ini mbak, kayaknya cocok sama warna kulit Mbaknya." Amalia mengambil gaun yang diberikan pegawai butik itu.

"Disana ruang gantinya Mbak!" Pegawai butik itu menunjuk sebuah ruang ganti yang gak jauh dari tempat mereka berdiri. Amalia berjalan menuju ruang ganti. Amalia masih bingung, kenapa dia harus memakai pakaian yang mewah seperti ini.

Setelah masuk ke ruang ganti, Amalia membuka bajunya, kemudian memasang gaun pilihan pegawai butik itu. Sambil bercermin, Amelia mengamati dirinya di kaca. Dia tersenyum malu melihat dirinya di cermin. Ternyata benar, gaun itu terlihat serasi ditubuh Amalia. Setelah terpasang sempurna di tubuhnya, Amalia keluar dari ruang ganti. Pegawai butik itu memperhatikan Amalia dari atas sampai ke bawah. Dia tertegun kagum dengan sosok di depannya.

"Tuh kan Mbak, pas banget ditubuh Mbaknya," kilah petugas butik itu.

"Sekarang kita pergi keruang makeup ya mbak," ajak petugas butik itu, kemudian berjalan ke sebuah ruangan. Disana sudah ada seorang wanita berparas cantik, menyambut mereka. Dia adalah tukang makeup yang bekerja di butik itu.

"Ra, tolong make over mbak Amalia ini ya!. Dia adalah gadis yang di bawa pak Angga Dwipangga" Pegang butik itu merintah Tiara untuk mendandani Amalia.

"Ok say" Tiara menempelkan ibu jaringan dengan telunjuknya.

"Sini Mbak" Tiara mempersilahkan Amalia duduk. Dengan lihai dia mulai mengeluarkan kemampuannya mendandani Amalia. Dimulai dari gaya rambut Amalia, blush on, eyeliner, eyeshadow, bulu mata, alis, dan lipstik nya dipasang sempurna di wajah Amalia.

Dengan tatanan rambut ala-ala artis Korea, dan makeup yang tak terlalu tebal, akhirnya Amalia selesai di make over.

"Wah, cantik banget Mbak," puji Tiara, setelah melihat hasil make over nya.

"Makasih" Amalia tersenyum manis melihat dirinya di cermin.

Amalia dibawa Tiara menuju ruang koleksi tas dan sepatu dibutik itu. Di pilihkan sebuah haightheel yang warnanya senada dengan gaun dan tasnya.

Amalia memang terlihat sangat cantik, dengan tampilannya yang sekarang. Dengan Anggun Amalia berjalan mendekati kearah Angga yang menunggunya di ruang tunggu butik. Saat Amalia sudah ada dihadapan Angga, Angga hanya meliriknya saja. Tanpa menghiraukan kehadiran Amalia.

"Pak Angga, ini Mbak Amalia nya sudah selesai di make over." Ucapan Tiara, membuat Angga memperhatikan dengan seksama Amalia. Matanya tertuju pada Amalia, gadis cantik bak Cinderella berdiri dihadapan nya. Mata Angga seakan enggan berkedip, melihat tampilan berbeda dari Amalia. Sungguh, Amalia bak putri raja, tidak seperti official girl.

"Ini benar Gadis itu?" tanya Angga tak percaya.

"Benar Pak, Mbak ini, Mbak Amalia." Tiara menunjuk Amalia. Amalia benar-benar sangat malu, dia jadi gugup. Karena Angga memperhatikannya terus menerus.

"Mari pak Angga, kita fitting jasnya." Ucapan Tiara membuyarkan lamunan Angga.

"Eh, iya mari," jawabnya gugup.

Angga benar-benar tidak menyangka kalau Amalia begitu cantik. Sembari berjalan Angga menoleh kearah Amalia, sampai-sampai menabrak pintu kaca disana.

"Aduh!" Ucapnya kesakitan.

Amalia hanya tersenyum melihat tingkah Angga. Dia masih tidak mengerti, akan diajak kemana. Dengan didandani seperti ini, dia hanya pasrah, kemana akan diajak Angga pergi.

Dengan setelan jas berwarna hitam, dasi berwarna abu-abu, Angga berjalan mendekat ke arah Amalia. Angga terlihat beda, gayanya lebih muda dari biasanya. Rambutnya pun sepertinya dirombak oleh penata rambut di butik itu.

"Biasa aja kalau melihat saya," Tukas Angga kepedean.

"Yeee, geer banget sih, Pak"

"Itu sampai gak berkedip gitu"

"Astaghfirullahalladzim Pak, bukannya Bapak ya yang lihatin saya sampai gak berkedip," elak Amalia, yang gak suka diejek oleh Angga.

Mereka berjalan keluar, sopir pribadi Angga dengan sigap menjemput mereka di depan butik itu. Dengan hati-hati, Amalia masuk kedalam mobil, diikuti oleh Angga. Mereka menuju tempat pesta pernikahan Dona. Disepanjang perjalanan, Angga sering mencuri pandang Amalia. Untuk pertama kalinya, dia melihat Amalia ber-make lengkap.

"Am, apa kamu punya pacar." Tiba-tiba Angga menanyakan hal pribadi pada Amalia.

"Saya nggak punya pacar Pak, lagian siapa yang mau dengan office girl, Seperti saya," jawab Amalia merendah.

"Maafkan kesalahan saya yang waktu itu ya" Angga merasa bersalah pada Amalia, karena sempat merendahkan Amalia.

Amalia yang mendengar ucapan Angga, seketika berubah jadi murung. Sebenarnya, dia sudah tak ingin lagi mengingat kejadian yang merenggut harga dirinya. Dia ingin berdamai dengan keadaan, meskipun dia belum sepenuhnya memaafkan Angga. Nasi sudah menjadi bubur, dia juga tak sepenuhnya menyalahkan Angga. Dia merasa yang tidak bisa menjaga dirinya dengan baik. Seharusnya, dia tidak pergi ke Club' malam itu. Apapun alasannya, sebagai seorang wanita memang tidak pantas pergi tengah malam dengan orang yang bukan muhrimnya. Seketika air mata Amalia terjatuh. Angga yang menyadarinya, berusaha mengelap air mata Amalia. Dengan lembut dibersihkan air mata Amalia yang sudah jatuh ke pipinya. Mendapat sentuhan dari tangan Angga, sontak membuat Amalia menatap ke arah Angga, begitupun dengan Angga. Kini mereka berdua saling tatap, lama semakin lama Angga memajukan wajahnya ke wajah Amalia.

To be continued...

Salam kenal semuanya...

Semoga para readers suka ya...