NovelToon NovelToon
Kekuatan Dari System

Kekuatan Dari System

Status: sedang berlangsung
Genre:Cintapertama / Spiritual / Reinkarnasi / Sistem
Popularitas:7.9k
Nilai: 5
Nama Author: Mdlz

Seorang pemuda tanpa sengaja jiwanya berpindah ke tubuh seorang remaja di dunia lain. Dunia dimana yang kuat akan dihormati dan yang lemah menjadi santapan. Dimana aku? Itulah kata pertama yang diucapkannya ketika tiba di dunia yang tidak dikenalnya.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Mdlz, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Ketujuh

Dalam perjalanan kembali, sudah dipastikan Arsa akan bertemu berbagai jenis binatang buas. Tentunya dapat ia tangani dengan mudah, kawanan binatang buas itu tergolong lemah.

Selain bagian berharga dari binatang buas yang dibunuhnya, Arsa juga mendapati berbagai tanaman obat. dan mungkin akan sangat berguna untuk orang tuanya, atau dapat ia tukarkan dengan poin system.

Berlalunya waktu, begitu sampai dikawasan pinggiran Hutan Kegelapan, Kultivasi Arsa mengalami peningkatan pesat. Saat ini Telah mencapai Transformasi tingkat keenam.

Disamping kultivasi yang meningkat, berbagai teknik juga mengalami terobosan yang signifikan. Tentu saja hal ini sangat menggembirakan bagi Arsa.

Tepat ketika posisinya sangat dekat dengan tepi hutan, Arsa mengaktifkan Teknik Pernapasan. Menyembunyikan tingkatan Kultivasinya, yang sejatinya adalah Tahap Transformasi tingka Keenam, terlihat Tahap Pembentukan Tubuh tingkat Kelima.

Sangat beralasan bagi Arsa melakukannya. Jika tidak, maka akan terjadi kegemparan di seluruh kota Dreams, yang bahkan menyebar ke seluruh daratan Elanor.

Dengan menyembunyikan kultivasi sampai tahap Pembentukan Tubuh tingkat Kelima saja, sebenarnya akan membuat kegaduhan di Kota Dreams.

Bagaimana pun, dalam waktu dua hari. Arsa telah menembus dari Tahap Kelahiran tingkat Kedelapan, langsung ke Tahap Pembentukan Tubuh Tingkat Kelima.

Enam tingkat dalam dua hari, sungguh sesuatu yang tidak mungkin dilakukan oleh siapa pun dan sejenius apapun, juga tidak bisa di cerna oleh akal sehat manusia maupun dewa.

Namun Arsa telah menemukan alasan yang sangat masuk akal, jika nanti orang tuanya bertanya kepadanya tentang bagaimana peningkatan kekuatannya yang begitu sangat tidak normal ini.

Melihat matahari sudah condong kebarat, yang menunjukkan hari sudah sore, Arsa langsung menuju ke Kota Dreams Ia singgah ke sebuah kios kecil, tempat orang membeli bahan berharga dari binatang buas atau monster.

Tiba diserambi kios, Arsa melihat seorang pria paruh baya di dekat pintu masuk. Pria itu memejamkan mata, duduk seraya menyandarkan punggungnya pada sandaran kursi.

“Permisi…..! Paman, saya mau menjual bahan dari binatang buas dan monster.” Arsa segera mengutarakan tujuannya.

“Oh, sini! Bawa kesini! Aku ingin melihatnya.” Sahut pria paruh baya itu dengan malas.

Pria paruh baya itu berpikir, bahwa seorang bocah berusia lima belas tahun dengan Kultivasi Pembentukan Tubuh Tingkat Kelima, paling juga hanya menukar untuk beberapa puluh koin perak atau satu koin emas paling banyak.

“Di sini, Paman!” Tanya Arsa dengan ragu-ragu. karena biasanya, tempat untuk meletakkan bahan-bahan dari binatang buas atau monster adalah ruangan bagian dalam. namun ini justru di serambi kios, yang tentunya akan dapat dilihat oleh semua pengunjung.

“Iya, disini!” sahut pria paruh baya itu dengan acuh tak acuh.

Arsa mengangkat kedua bahunya tanpa daya. Tanpa mengucapkan kata apapun lagi, ia langsung mengeluarkan seluruh hasil buruannya di tempat itu, tempat yang persis di tunjukkan oleh pria paruh baya.

Seketika, tumpukan bahan dari monster dan binatang buas tumpah ruah, menggunung diatas lantai serambi kios.

Masih dengan nada malas, pria paruh baya itu berkata. “Oh, bahan monster dan—-“

Begitu menyadari apa yang ada di hadapannya, pria paruh baya itu tidak menyelesaikan kelimatnya. Matanya membelalak dengan kaget, seakan dirinya sedang berhalusinasi.

Secara bergantian dan berulang kali, antara hasil buruan dengan wajah Arsa, pria paruh baya itu menatap Arsa dengan tidak percaya dan tercengang.

Begitu juga dengan beberapa orang pengunjung yang sedang mencari sesuatu di kios itu. Rahang mereka jatuh, bahkan saking lebarnya, mungkin lima telur ayam dapat langsung masuk kemulut mereka.

“Da- da- darimana kamu mendapatkan hasil buruan sebanyak ini?” tanya pria paruh baya itu dengan gugup dan terkejut.

“Dari Hutan? memangnya darimana lagi jika buka dari hutan.” Jawab Arsa acuh dan apa adanya.

“Cepat masukkan kembali! Kita hitung didalam!” Pinta pria paruh baya itu, cepat dan kali ini sangat sopan. Sikapnya berubah drastis seratus delapan puluh derajat dari yang pertama.

Setelah dilakukan perhitungan, pria paruh baya itu menyampaikan. “Setelah dihitung, semuanya dua puluh ribu koin emas. Bagaimana, Teman muda?”

“Baik,” angguk Arsa setuju, lantas mengambil setumpuk koin emas dan memasukkannya kedalam tas ruang.

“Teman Muda, Jika kamu berburu lagi, jangan sungkan untuk datang ke kiosku. aku akan memperhatikan harga untuk Teman Muda.” ucap pria paruh baya itu dengan antusias.

“Baiklah, Terima kasih Paman.” sahut Arsa sambil sedikit membungkukkan badan, tanda hormat kepada yang lebih tua.

Melihat punggung Arsa yang berlalu pergi, berbagai praduga muncul dibenak pria paruh baya itu, bergumam lirih,” Bocah yang luar biasa. Teknik apa yang digunakannya untuk berburu? semua binatang buas hasil buruannya, sangat jelas lebih jauh dari kultivasinya.”

Apalagi terdapat dua belas Monster itu. Apakah Bocah ini dibantu oleh orang lain?” duga pria paruh baya, masih tetap menatap punggung Arsa yang semakin menghilang dari pandangan, menjauh dari tempatnya.

***

Di perjalanan, banyak pasang mata yang memandang kearah Arsa, saat ia berjalan di jalanan besar penuh dengan tanda tanya, tidak sedikit pula yang heran, terkejut dan takjub pun sudah pasti ada di benak mereka.

“Bukankah itu Arsa Nugroho? Bukankah berita yang beredar menyebutkan dia diterkam binatang buas?” lontar seorang pejalan kaki begitu melihat sosok Arsa.

“Hei! dia sudah berada di Tahap Pembentukan Tubuh tingkat Kelima! Siapa yang bilang Tuan Muda Arsa masih berada pada Tahap Kelahiran?” pejalan kaki yang lain juga melontarkan seruan tanya.

Mendengar dan melihat bisik-bisik yang dilontarkan para pejalan kaki terhadapnya, Arsa tidak menanggapi. Ia terus melangkahkan kakinya, tenang dan santai, tujuannya adalah kembali pulang.

*

Sesampainya di pintu gerbang Keluarga Nugraha, dua orang penjaga gerbang langsung dibuat terkejut. mereka terpaku di tempatnya tanpa ada sepatah kata pun yang terucap.

“Tuan Muda, Anda kembali. Tuan dan Nyonya sangat mencemaskan Tuan Muda.” ucap seorang penjaga setelah kembali sadar.

Tidak ada tanggapan dari Arsa,, dia hanya tersenyum. Memberi para penjaga itu satu koin emas untuk masing-masing. “ini untuk kalian.”

“Terima kasih, Tuan Muda. Terima kasih.” ucap dua penjaga penuh syukur. saling memandang satu sama lain, menatap punggung Arsa yang meninggalkan gerbang masuk kedalam pekarangan rumah.

Bagaimana tidak, satu koin emas sama dengan seratus koin perak. Sedangkan upah mereka dalam satu bulan hanyalah sepuluh koin perak, tentu saja mereka merasa bersyukur atas rezeki yang mereka dapatkan.

Dengan satu koin emas di tangan, mereka dapat menghidupi keluarga kecil mereka selama sepuluh bulan. Tanpa disadari, kedua penjaga ini diam-diam menetapkan hati, untuk selalu setiap kepada Arsa dan keluarganya.

*

Arsa langsung menuju rumahnya yang sederhana. Semenjak ayahnya tidak lagi menjabat sebagai tetua di Keluarga Nugraha, mereka tidak lagi menggunakan fasilitas tertentu yang diberikan oleh Keluarga Nugraha.

Tiba di depan pintu, Arsa melihat ibunya, yang saat ini tampak duduk di sebuah kursi sambil menangis. Lita Nugraha, adik perempuan Arsa, juga terlihat terisak disebelah ibunya. Hanya Romo yang terdiam menunduk sedih, berdiri tidak jauh dibelakang adik dan ibunya.

Merasa ada seseorang di depan pintu, Romo menegakkan kepala, kebetulan posisi Romo tepat menghadap pintu. “Nyonya! Tuan Muda Ar…”

Sebelum kalimat Romo selesai, tangisan ibu dan adiknya perempuan Arsa semakin jelas terdengar, membuat Romo tidak melanjutkan ucapannya.

“Ibu! Lita!”

Mendengar suara seseorang yang akrab memanggil keduanya, ibu dan gadis kecil itu terdiam dari tangisnya. Serentak dan serempak, keduanya menoleh ke arah pintu.

Mendapati siapa sosok yang berdiri di depan pintu, Ayunda bangkit, berlari ke arah Arsa, memeluk putranya itu erat-erat, tangisnya semakin menjadi. “Kam-kam-kamu hidup! Kamu hidup, Nak!”

“Kami mengkhawatirkanmu, Kak!”Sambung Lita Nugraha, pun memeluk erat Kakak tercintanya itu, membenamkan wajahnya ke tubuh Arsa.

“Ibu…Lita… aku sudah kembali dan sehat. Tidak ada yang terjadi padaku.” Arsa menanggapi sambil tersenyum, memeluk balas ibu dan adik perempuannya itu.

Entah mengapa, ada perasaan hangat di hati Arsa. Bahkan, Ia semakin bertekad untuk menaklukkan dunia ini dibawah kaki ibunya.

“Ibu, dimana ayah?” tanya Arsa kemudian, mengganti topik agar tidak berlanjut dalam kesedihan.

Tidak menunda, Ayunda menggandeng lengan Arsa ke kamar ayahnya. Berkata dengan sedikit terisak. “Ayahmu masih terbaring, Nak. Ibu sudah memberinya obat yang sesuai, tapi belum ada yang menunjukkan hasil.”

“Ibu membelinya?” tanya Arsa terkejut. Pasalnya, dia tahu jika ayah dan ibunya tidak memiliki uang yang cukup untuk membeli obat.

“Kakekmu memberi ibu sepuluh koin emas untuk membeli tanaman obat.” ungkap Ayunda.

“Dari mana saja kau! Masih ingat jalan pulang!” Ayah Arsa berteriak dengan marah. Tapi air matanya mengalir deras. Ia berusaha bersikap tegas, namun hatinya tidak mampu menutupi kekhawatirannya selama dua hari terkahir.

Melihat air mata di wajah Ayahnya, Arsa tersenyum. Namun disaat yang sama, matanya sudah memerah, ia merasa dirinya telah memiliki keluarga kembali.

Tidak seperti di kehidupan sebelumnya, kasih sayang Keluarga yang Arsa rasakan terlalu singkat. Sang Pencipta telah berencana, dia hanya bisa menerima dan menjalaninya.

“Ayah, aku berhasil mendapatkan rumput awan merah Di Hutan Kegelapan. Gunakan ini untuk menyembuhkan cidera Ayah!” mengatakan itu, Arsa mengeluarkan satu rumpun Rumput Awan Merah, lalu menyerahkannya kepada ibunya.

Menyeka air mata. Wahyu Nugraha membelalak dan berseru heran. “Kamu mendapatkan tanaman obat ini? Tanaman ini sangat langka, Arsa! Bahkan di daratan Elanor, sangat sulit menemukan Rumput Awan Merah. Ini bukan Tanaman obat biasa.”

Bukan hanya Wahyu Ronggo tang terkejut, begitu juga dengan Ayunda dan Romo, semua orang yang berada di rumah kediaman Arsa pun dibuat terkesima.

“Ayo, Bu! Cepat jadikan sup dan berikan pada ayah!” pinta Arsa mengalihkan pembicaraan, mengutamakan yang lebih prioritas.

Ayunda terbangun dari keterkejutannya, meraih Rumput Awan Merah dari tangan Arsa, bergegas keruang dapur untuk menyiapkan segala sesuatunya.

*

Beberapa menit kemudian, Ayunda kembali dengan semangkuk sup di tangannya. “Ayo minum selagi hangat.”

Dibantu oleh Arsa, Wahyu Nugraha meminum semangkuk sup itu sedikit demi sedikit. Tidak ada yang terjadi hingga sup itu habis.

Tapi pada saat ini, cahaya keemasan samar muncul dari seluruh pori-pori dada Wahyu Nugraha. Semakin lama cahaya itu semakin meluas, menyebar hingga ke seluruh tubuh.

Wahyu Nugraha memuntahkan darah berwarna hitam di saat berikutnya. Tetapi setelahnya, pria ini mengambil posisi duduk tegak dengan mata terpejam, yang bahkan tanpa adanya bantuan dari Arsa maupun dari orang di sekitarnya.

Menarik napas dalam-dalam, Wahyu Nugraha mulai membuka matanya. menoleh kearah Arsa tanpa mengucapkan sepatah kata pun.

Hening sejenak, Wahyu Nugraha memeluk putranya itu erat-erat. “Terima kasih, Nak. Terima kasih. Ini semua karenamu.”

Suasana haru menjadi kesan tersendiri di keluarga kecil itu. Ayunda, Lita Nugraha, bahkan Romo, juga memeteskan air mata melihat adegan di depan mata mereka.

Arsa tersenyum dan berkata. “Ayah, tidak perlu mengucapkan terima kasih. Ini sudah menjadi kewajibanku untuk orang tuannya.”

Wahyu Nugraha terdiam, menegakkan kepala, menatap putranya itu dengan penuh perhatian. Tidak disangka, putranya telah memiliki pikiran yang jauh lebih dewasa dari usianya.

Di tengah pikiran bingung sekaligus gembira, Wahyu Nugraha membelalakkan mata dan berseru. “ Arsa! Kultivasimu! Bagaimana bisa kamu sudah menembus Pembentukan Tubuh tingkat Kelima dalam dua hari? Bukankah sebelumnya berada pada Tahap Kelahiran tingkat Kedelapan?”

Baik Ayunda maupun Romo, juga dibuat sangat terkejut saat ini. Mereka baru menyadari, bahwa kultivasi Arsa telah mengalami peningkatan yang luar biasa.

1
Uraaaa
oke kak
Hr⁰ⁿ
baru baca,Thor kalo bisa pas di system pake tanda ( ) gitu Thor biar mempermudah pembaca,itu aja si sarannya untuk skrng Thor,smngt trus
Uraaaa: oke mksh kak
total 1 replies
Uraaaa
semoga menghibur
Alfathir Paulina
lucu thor nama dr para penjahatnya ada blangkon ada ndasmu ada telu limo🤣🤣🤣🤣👍👍💪💪😙😙
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!