Uncle Arthur, Kau Nakal Sekali

...“Memangnya … kau itu siapa? Kau hanya seorang paman bagiku.” — Hailey Owen...

Usai digempur tanpa henti oleh Arthur selama beberapa jam, keduanya pun terlelap sambil berpelukan.

Hari pun berganti. Saat mentari telah terbit, Arthur terbangun dari tidurnya. Awalnya ia berniat olahraga pagi seperti biasa. Tapi, saat melihat Hailey yang sedang terlelap di sisinya, rasanya tak sampai hati untuk membangunkan wanita itu.

Arthur pun memutuskan untuk memesan sarapan online. Pikirnya, wanita itu pasti membutuhkan sarapan setelah digempur semalaman tanpa henti. Setelah memesan makanan online, ia pun bangkit dari ranjang dan menuju ke kamar mandi.

Di bawah guyuran air, Arthur bersiul dengan perasaan yang senang. Selain karena ia berhasil melepaskan nafsunya yang sudah berhari-hari tertahan, ia pun berusaha untuk memantapkan hatinya.

...“Temukan satu wanita yang bisa kau ajak serius.”...

...“Bercinta sepuasmu dengan wanita itu dan berikan aku keponakan.”...

Kalimat itu terus menerus terngiang di kepala Arthur.

Pria yang sedang memijat kepalanya dengan busa sampo, ia terus membayangkan wajah Hailey saat berada di bawah kungkungannya. Ia sedang memutar otak, bagaimana caranya mengatakan pada Hailey bahwa ia berniat serius? Mengingat wanita itu sedikit usil. Pasti Hailey menertawakan pernyataannya? Bukan malah menerima perasaannya.

Rasanya, ia sedang berada di fase puber kedua?

“Ck! Kau itu sudah tua, Arthur!” batin Arthur sembari ia terkekeh pelan.

Arthur pun bergegas menyudahi mandinya. Kemudian ia keluar dari kamar mandi dengan telanjang dada. Saat keluar dari kamar mandi, ia berharap dapat melihat Hailey yang masih tertidur pulas di atas ranjang. Tapi ternyata wanita itu tak ada.

“Kemana dia?” gumam Arthur sambil keluar dari kamarnya.

Pria itupun keluar dari kamar dan melihat Hailey sedang berdiri di depan pintu dengan balutan selimut putih menutupi tubuh separas dada. Sementara bahu dan leher wanita itu terekspos mempertontonkan kissmark yang ia buat malam tadi.

Pikiran Arthur mulai kalut. Ia menjadi ingat bahwa tadi ia memesan makanan online. Apa jangan-jangan kurir makanan sudah tiba? Bagaimana kalau kurir makanan online itu pria? Bagaimana kalau pria itu melihat tubuh Hailey saat itu?!

"Hah! Membayangkannya saja membuatku kesal!" Geram Arthur dalam hati.

Pria itu mengepalkan tinju sambil menyeka kasar rambutnya yang masih basah. Ia berjalan setengah berlari menghampiri Hailey.

“Hailey,” panggil Arthur sambil mendekat ke arah Hailey. Ia semakin kesal melihat Hailey berdiri di depan pintu yang terbuka, mempertontonkan tubuh seksinya pada kurir makanan. “Kenapa kau—”

Arthur terdiam. Kerongkongannya tercekat dengan lidah yang mendadak kelu. Matanya terpaku saat melihat seorang tamu yang tak di undang pagi itu.

Lyodra! Untuk apa wanita itu berdiri di depan pintu menatap terkejut ke arah Hailey dan Arthur?!

“Arthur ….” Lyodra menatap Arthur dengan mata sembabnya. Sejak tadi ia berdiri dengan ekspresi terkejut saat melihat tubuh Hailey yang penuh dengan tanda cinta.

Lalu kini, ia semakin terkejut saat melihat Arthur yang baru keluar dengan telanjang dada dan hanya menggunakan handuk yang melilit pinggang.

“Apa kalian—”

“Apa yang kau lakukan di depan apartemenku?!” bentak Arthur dengan penuh kekesalan.

Kenapa harus di saat ia sudah berhasil melupakan wanita itu dan mulai membuka hati pada Hailey, Lyodra kembali hadir? Kenapa wanita itu masih menghantuinya?!

Hailey tersentak kaget saat mendengarkan suara Arthur yang berbeda dari biasanya. Suara yang tak pernah pria itu keluarkan saat di depannya. Tapi kini, pria itu mendadak mengaluarkan aura dingin dengan rahang yang tegas dan mengeras.

“Aku … aku ke sini karena ingin meminta maaf,” Lyodra memelas dengan matanya yang sendu. Mata Lyodra bergetar dan perlahan mengeluarkan airmata yang membasahi pipinya. “Semudah itu kau melupakan aku, Arthur?”

Lyodra menatap ke arah Hailey. “Ku dengar, ada banyak wanita yang kau tiduri hanya karena ingin melupakanku. Apa wanita ini salah satunya?”

“Lyo—”

“Apa? Ulangi sekali lagi kata-katamu?” Hailey yang sejak tadi diam karena tak ingin ikut campur, bahkan berniat beranjak pergi, ia mendadak kesal mendengarkan ucapan Lyodra. Ia menyela Arthur yang tadinya ingin memanggil nama wanita di depannya saat ini.

“Kau salah satu wanita—”

“Cukup Lyodra! Enyah kau dari hadapanku sekarang juga! Berapa kali sudah ku katakan, kau itu tak lebih dari sampah di mataku!" bentak Arthur sambil memegang gagang pintu dan berniat menutup pintu.

“Jadi benar, dia salah satu wanita panggilan itu?!”

Hailey menahan daun pintu yang ingin Arthur tutup. Kemudian ia melangkah maju mendekat ke arah wanita yang mengenakan jaket coklat itu.

Plak!

Sebuah tamparan mendarat tepat ke wajah Lyodra. Hailey menampar pipi Lyodra yang seenaknya saja mengatakan bahwa dia adalah wanita panggilan. “Wanita panggilan?”

“Ck! Kau salah. Aku lah yang membuat Arthur berhenti memanggil wanita-wanita panggilan itu!” terang Hailey dengan berani.

Sementara Lyodra, wanita itu memegang pipinya yang panas. Ia berniat melangkah maju dan ingin membalas tamparan Hailey. Tapi sayang, Arthur menahan tangan Lyodra dan menjadi tameng bagi wanita yang kini perlahan menguasai hatinya.

Hailey berbalik badan sambil menghela nafas dengan penuh kekesalan.

Sementara Arthur? Ia tertegun melihat ketangguhan Hailey yang tak ingin diinjak-injak oleh Lyodra. Sebuah sudut melengkung muncul karena senyuman yang tak bisa ia tahan.

“Arthur, aku mohon. Berikan aku kesemp—”

“Pergi sendiri, atau aku panggil security?” ancam Arthur dengan suara yang dingin.

“Tapi, Arthur. Apa kau lupa, selama apa hubungan—”

“Aku tak suka mengulangi ucapanku.”

Usai mengancam Lyodra, Arthur menutup pintu apartemen dan bergegas menghampiri Hailey yang sudah lebih dulu ke kamar.

“Hailey!”

Tok! Tok! Tok!

Arthur mengetuk pintu kamar Hailey, pasalnya wanita itu mengunci kamar dari dalam. Tak biasanya wanita itu begitu.

“Hailey, buka!”

Tok! Tok! Tok!

“Kalau kau tidak membuka pintu ini, aku ak—”

Ceklek!

“Ada apa?” tanya Hailey yang muncul di balik pintu yang baru ia buka. Wajah Hailey saat itu benar-benar kusut dan masam. Apalagi kalau bukan karena sentilan Lyodra yang melukai harga dirinya tadi?!

“Kau membuatku terlihat seperti wanita yang sedang kecewa karena kehadiran masa lalumu," kekeh Hailey menahan kesal.

“Hailey … dengarkan aku—”

“Sudahlah,” ucap Hailey sambil berbalik badan. Kemudian ia menyeret-nyeret selimut yang masih melilit tubuhnya. “Aku mau mandi dan pulang ke apartemenku.”

“Kau marah?” terka Arthur dengan suara baritonnya. Ia menahan lengan Hailey yang kini sedang membelakanginya.

“Marah?” Hailey menoleh ke belakang dengan wajah yang datar. “Untuk apa? Memangnya … kau itu siapa? Kau hanya seorang paman bagiku.”

...🌸...

...🌸...

...🌸...

...Bersambung …....