Kekuatan Dari System
“Ayo bangun! sebentar lagi kita harus segera berada di proyek!” panggil Tayo sambil menggoyang-goyangkan badan seorang pemuda, yang tidak lain adalah rekannya sendiri untuk segera bangun dari tidurnya.
Sambil membuka mata dan mengangkat badanya ke posisi duduk, pemuda itu merentangkan kedua tanganya, menoleh dan berkata.” padahal baru sehari jadi kuli bangunan, tapi badanku terasa remuk semua.”
“Itu karena kamu tidak terbiasa bekerja menggunakan fisik. Biasanya kan kerja pakai otak sambil duduk dibelakang meja.” sahut Tayo mendengar keluhan pemuda itu.
“Ayo cepat mandi nanti kita bisa terlambat, bisa-bisa gaji kita dipotong oleh mandor sialan itu.” pinta Tayo melanjutkan, menanggapi sekaligus mengingatkan temannya.
Pemuda itu mengangguk, lalu bangkit dari tempat tidurnya dan langsung bergegas menuju kamar mandi untuk membersihkan dirinya.
**
Kegiatan kerja disebuah proyek pembangunan Swalayan pun berlangsung hingga sore hari. Semua pekerja segera kembali pulang ketempat tinggalnya masing-masing, tidak terkecuali dengan Tayo dan seorang pemuda yang menjadi temanya.
Di tengah perjalanan pulang. Tayo dan temannya mampir disebuah warung makan. Warung yang jaraknya tidak terlalu jauh dari tempat mereka tinggal, hanya berjarak sekitar lima ratus meter saja dari tempat mereka.
Ketika baru saja duduk di warung itu, ada barisan tentara yang berjalan rapi lengkap dengan ransel di punggung dan senjata di kedua tangan. Tayo melirik, memperhatikan temannya yang juga melihat barisan serdadu dengan tatapan sendu.
“Sudahlah Si… orang tuamu sudah tenang disurga. Lebih baik kita berkerja agar tetap bisa hidup, bahkan hidup lebih baik.” ucap Tayo sambil menepuk pindak Arsi, pemuda yang merupakan teman senasib sepenanggungan dengannya.
Arsi hanya mengangguk sebagai jawaban, membatin didalam hatinya.’ Ayah, Ibu…. doakan aku agar bisa berguna bagi orang lain dan kehidupan.’
Ayah Arsi adalah seorang perwira tentara dengan pangkat terakhir letkol. Ayahnya meninggal ketika dia berusia Dua belas tahun, tidak berselang lama. Ibunya juga meninggal akibat sebuah kecelakaan lalu lintas.
Semenjak itu, Arsi tinggal bersama pamanya yang berada dipinggiran kota. Meski Arsi tinggal dengan pamanya sendiri, tidak jarang ia mendapatkan perlakuan tidak layak dari keluarga itu.
Dia dianggap sebagai beban keluarga, di anak tirikan, dan sering kali dijadikan pelampiasan kemarahan dengan alasan yang tidak jelas. Padahal, uang pensiun Ayahnya dikelola sepenuhnya oleh pamanya.
Ketika lulus SMA. Arsi meninggalkan rumah pamanya tanpa pamit, dia berkerja sebagai Cleaning Service disebuah perusahaan game. Tidak peduli apa kata orang menilai dirinya, Arsi menjalaninya dengan sepenuh hati dan ikhlas.
Selain kecerdasan yang dimilikinya, keberuntungan kerap kali berpihak kepadanya. belum genap satu bulan dia bekerja, Arsi dipindahkan kebagian Administrasi bahkan sering kali dia diminta untuk membantu para ahli menyempurnakan sebuah pembuatan game.
Selama lima tahun Arsi pun bekerja di perusahaan pengembang game itu. Arsi pun selalu menyisihkan gajihnya untuk anak-anak yang kurang beruntung, anak-anak panti asuhan yang tidak jauh dari rumah kontrakannya. Bahkan saking dekatnya, Arsi sudah dianggap sebagai bagian dari keluarga mereka sendiri.
Namun sungguh naas bagi Arsi. Ia dituduh memalsukan data perusahaan, sekali pun ia membela dirinya, namun semua bukti mengarah padanya. Dia tahu dengan pasti bahwa semua hal yang menimpanya adalah ulah dari rekan kerjanya sediri, orang yang selalu iri dengan reputasi kerjanya selama ini.
Sayangnya. Arsi tidak dapat menunjukan bukti yang menyakinkan, hingga pada akhirnya, ia dipecat dari perusahaan pengembang game tempat dimana ia mencari nafkah.
Arsi mencoba untuk melamar kerja di perusahaan lainnya, namun selalu saja mendapat penolakan dengan alasan yang klasik. Dan Arsi pun tahu, hal itu dikarenakan status dipecatnya telah menyebar luas. Di sebarkan oleh orang yang memfitnahnya ke perusahaan lain.
Demi untuk menyambung hidup, segala pekerjaan apa saja Arsi jalani. Asalkan tidak merugikan dan mengambil hak milik orang lain, Arsi sempat menulis novel, sayang tulisannya tidak laku untuk di jual. Akhirnya menjadi kuli bangunan pun sama sekali tidak menjadi soal, sekalipun hal itu terlalu berat baginya yang memang tidak terbiasa.
**
“Ini nasi campurnya, nak.” ucap seorang wanita paruh baya, yang merupakan penjual dari warung nasi itu.
“Terimakasih, bu.” Sahut Arsi tersenyum sembari mengambil nampan dari wanita paruh baya itu.
Ketika hendak memasukkan nasi kemulutnya. Tayo dan Arsi di kagetkan dengan kedatangan lima orang pria, kelimanya bertubuh kekar dengan banyak Tatto di sepanjang lengannya.
“Brak!” suara benturan pintu terdengar, salah satu pria bertatto menamparnya dengan keras dan secara tiba-tiba.
“Uang keamanan!” Teriak salah satu pria bertatto lain, yang sepertinya adalah pemimpin dari kelima orang tersebut.
Terkejut dan gemetar, wanita paruh baya itu menjawab. “Maaf, saya belum mendapatkan uang cukup hari ini, penjualan sangat sepi dan—-“
“Mau sepi kek, mau rame kek, bukan urusanku! Cepat bayar uang keamanan! Atau aku obrak-abrik warungmu!” Sambil menjulurkan tanganya, pria bertatto itu menggerakkan jari telunjuk, sebagai tanda meminta uang kepada si wanita paruh baya.
“Tapi uangnya..!” Belum selesai wanita paruh baya itu berkata, pria bertatto yang meminta uang sebelumnya sudah terjatuh tersungkur ditanah.
Ya! Arsi beraksi, ia langsung berdiri dan memukul seketika, tepat pada pelipis kiri pria bertatto itu dengan kepalan tangan kanannya.
Saking kerasnya pukulan tangan Arsi, pria bertatto itu hampir kehilangan kesadarannya. Bola matanya berputar-putar nyaris juling karena pusing, seolah banyak bintang yang bertebaran di sekeliling kepalanya.
“Bangsat!” Teriak salah satu pria bertatto lainnya, yang kemudian bergerak, menyerang Arsi dengan pukulan kuat, diikuti oleh ketiga pria tersisa.
Namun gerakan Arsi cukup gesit. Dia mampu menghindarinya dengan mudah, bahkan balik menghajar keempat pria bertatto itu hingga babak belur dengan wajah penuh lebam.
Di sisi lain. Tayo juga tidak tinggal diam, meskipun Arsi terlihat unggul melawan keempat preman itu, tetap saja ada rasa khawatir, dia segera menelpon polisi dengan ponselnya.
Tepat ketika Tayo selesai menelepon dan memasukkan ponsel ke saku celananya. Dia berteriak kencang. “Arsiiii, Awassss!”
Tayo memihat pria bertatto yang sebelumnya di pukul Arsi hingga matanya juling, secara tiba-tiba berada dibelakang Arsi, langsung menghujamkan belati kearah punggung.
Arsi yang menyadari teriakan Tayo segera menghindar, namun dia terlambat beberapa detik dari tikaman yang dilakukan oleh pria bertatto itu.
“Jleb! Jleb! Jleb!”
Tiga kali tusukan belati menembus tubuh Arsi, pemuda itu langsung jatuh tersungkur ke tanah, besimbah darah dengan punggung yang koyak.
“Arsi.” Jerit Tayo, dia segera berlari menghampiri Arsi yang saat ini sudah tidak berdaya, selaras dengan kedatangan polisi ditempat kejadiaan.
Dengan cepat petugas polisi bertindak, segera menangkap para pria bertatto tersebut. Yang mana empat di diantaranya, sudah terkapar akibat di hajar oleh Arsi. Sedangkan satu orang lagi, di tembak kakinya saat itu juga karena berusaha melarikan diri.
Namun sayang, nyawa Arsi tidak dapat diselamatkan. pemuda itu tewas dalam peristiwa yang sangat tidak terduga.
***
Di kedalaman hutan yang sangat lebat, terdapat jurang yang sangat dalam. Hutan itu dikenal dengan nama Hutan Kegelapan. Nama hutan kegelapan pun karena hutan itu dihuni berbagai monster yang sangat berbahaya.
Tidak ada manusia yang berani masuk hutan tersebut. jika pun ada yang memaksakan diri untuk memasukinya, baik untuk mengambil sumber daya ataupun berburu binatang buas, maka kemungkinan besar tidak akan pernah kembali.
“Ah! dimana aku? apa aku sudah mati?” ucap Arsi menoleh sekeliling, yang terlihat hanya bebatuan tebing dan rimbunan semak belukar. Terdapat juga sungai kecil di dekatnya dengan air yang sangat jernih.
“Uh! Haus sekali.” gumam Arsi sembari menelan ludah, mencoba berdiri menuju kearah sungai.
“Aaargh…. kakiku…. kenapa kakiku menjadi lebih kecil?” Arsi meringis sambil memegang kakinya yang patah, dan bingung dengan ukuran kakinya yang seukuran kaki remaja lima belas tahun.
Tidak ingin berpikir terlalu banyak lebih dahulu, Arsi menyeret tubuhnya kearah sungai. Namun tiba-tiba, sebuah suara terdengar begitu saja.
System” Ding! Selamat, Tuan. Proses pemindahan jiwa Tuan telah berhasil!”
“Eh?” Arsi menoleh ke kiri dan kanan, bahkan mendongkak keatas, mencari sumber suara yang terdengar di kepalanya.
System” Ding! Selamat, Tuan. Penyatuan System dengan jiwa Tuan telah berhasil.”
“Siapa disana? Cepat keluar!” Teriak Arsi dengan sikap waspada, matanya melebar penuh awas.
System “Ding! Saya adalah System. Keberadaan yang menyatukan jiwa Tuan. Dan System disiapkan untuk membantu Tuan menjadi yang terkuat.”
“System? Jiwa? Menjadi yang terkuat? Apa maksudmu? Tunjukkan dirimu!” Arsi masih kebingungan sekaligus ketakutan, dengan suara system yang muncul secara tiba-tiba di kepala, membuatnya tidak dapat menerima begitu saja apa yang terdengar.
Tidak ada jawaban suara seperti sebelumnya. Tapi sebagai gantinya, muncul layar hologram berwarna biru tua, tepat berjarak satu lengan di depan Arsi.
Sontak Arsi memundurkan badannya karena terkejut. Hal yang demikian adalah pertama kali baginya, apalagi munculnya tak disangka-sangka.
Mengerutkan kening, memperhatikan layar hologram biru tua itu dengan seksama, Arsi menjulurkan tangan kanan, mencoba untuk menyentuhnya.
“Eh! Tembus.” gumam Arsi. Penasaran, ia mengibas-ngibaskan tanganya kelayar hologram, namun hasilnya tetap sama, layar itu tidak dapat disentuh layaknya sebuah benda.
System “Ding! Yang Tuan lihat adalah layar panel System. Hanya Tuan yang dapat melihatnya.”
“Sepertinya aku pernah melihat jenis layar seperti ini….tapi dimana, ya!” gumam Arsi sambil memejamkan matanya sesekali, mencoba menggali ingatanya sendiri.
System “Ding! Layar panel System memang pernah Tuan lihat sebelumnya. Yakni ketika Tuan membantu ahli pembuat game dibumi, tempat Tuan pernah bekerja dulu.
Kening Arsi semakin berkerut, teringat saat dirinya bekerja di perusahaan game. Namun waktu itu, layar hologram didepannya ini berada di monitor komputer, bukan layar hologram yang tampil didepan matanya, bahkan tanpa adanya alat bantu dan aliran listrik.
“Apakah kamu berada didalam tubuhku?” Tanya Arsi yang masih penasaran.
System “Ding! Tidak, Tuan. System telah menyatu dengan jiwa Tuan. jika Tuan mati, maka system juga akan menghilang.”
“System, ada dimana aku sekarang? Apakah aku sudah mati? Kenapa kamu bisa menyatu dengan jiwaku?” Rentetan pertanyaan diucapkan Arsi, yang tentu saja, saat ini masih penasaran dan kebingungan dengan keadaan yang dia alami.
System “Ding! Tuan dapat mengetahui keberadaan Tuan dari ingatan pemilik tubuh.”
“Aaaarggh… sakit sekali… aaaarggh…!” secara tiba-tiba, Aryo berteriak kesakitan sambil memegangi kepalanya. Pun saat itu juga, ingatan pemilik tubuh mulai membanjiri kepalanya.
Dalam ingatan tersebut, pemilik tubuh dikenal dengan nama Arsa. Ia berasal dari keluarga kelas dua dikota Dreams, sebuah kota kecil di dalam wilayah Distrik Florence di Daratan Elanor.
Distrik Florence menguasai lima wilayah, yaitu wilayah Dreams, Yalam, Yodomi, Tantake, dan terakhir kota Florence, sebagai kawasan yang merupakan kota terbesar di Distrik Florence.
Dalam ingatan yang mengalir dikepalanya. Arsi juga mengetahui, bahwa pemilik tubuh awalnya merupakan seorang jenius dilingkup keluarganya. Saat usia sepuluh tahun, Kultivasinya telah berada di tahap kelahiran kelima. Dan di usia tiga belas tahun, Arsi sudah berada pada tahap pembentukan Tubuh Tingkat Kedua.
Akibat kecepatan Arsa dalam mencapai tingkatan kultivasi, menimbulkan kecemburuan dari beberapa sepupu. Arsa mendapatkan perlakuan istimewa dari Patriak Keluarga.
Beberapa sumber daya keluarga diberikan kepada Arsa, dengan harapan dapat mempercepat laju kultivasinya. Sehingga dapat meningkatkan citra keluarga dan mendongkrak bisnis keluarga menjadi lebih baik.
Perlu diketahui, bahwa di dunia yang tidak diketahui ini, seseorang dapat memulai kultivasi minimal pada usia tujuh tahun. Dalam keadaan normal, rata-rata seseorang dapat menerobos satu tingkat pada Tahap Kelahiran setiap tahun.
Namun Arsa berbeda, dalam tiga tahun sejak dimulainya berkultivasi, ia telah menerobos sebanyak lima kali tingkat tahap kelahiran. Tentu saja hal ini diluar kewajaran bagi semua orang.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 33 Episodes
Comments
Hr⁰ⁿ
baru baca,Thor kalo bisa pas di system pake tanda ( ) gitu Thor biar mempermudah pembaca,itu aja si sarannya untuk skrng Thor,smngt trus
2025-04-06
0
Uraaaa
oke kak
2025-04-06
0