NovelToon NovelToon
GLOW UP : SAYONARA GADIS CUPU! (MISI MEMBUATMU MENYESAL)

GLOW UP : SAYONARA GADIS CUPU! (MISI MEMBUATMU MENYESAL)

Status: sedang berlangsung
Genre:Sistem / Crazy Rich/Konglomerat / Mengubah Takdir / Aplikasi Ajaib
Popularitas:1.5k
Nilai: 5
Nama Author: Kde_Noirsz

Hancurnya Dunia Aluna Aluna Seraphine, atau yang akrab dipanggil Luna, hanyalah seorang siswi SMA yang ingin hidup tenang. Namun, fisiknya yang dianggap "di bawah standar", rambut kusut, kacamata tebal, dan tubuh berisi, menjadikannya target empuk perundungan. Puncaknya adalah saat Luna memberanikan diri menyatakan cinta pada Reihan Dirgantara, sang kapten basket idola sekolah. Di depan ratusan siswa, Reihan membuang kado Luna ke tempat sampah dan tertawa sinis. "Sadar diri, Luna. Pacaran sama kamu itu aib buat reputasiku," ucapnya telak. Hari itu, Luna dipermalukan dengan siraman tepung dan air, sementara videonya viral dengan judul "Si Cupu yang Gak Tahu Diri." Luna hancur, dan ia bersumpah tidak akan pernah kembali menjadi orang yang sama.

Akankah Luna bisa membalaskan semua dendam itu? Nantikan keseruan Luna...

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Kde_Noirsz, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

BAB 22: HARI PERTAMA SANG PEMILIK

Sinar matahari pagi yang memantul di kaca gedung SMA Pelita Bangsa tidak pernah terasa semenyilaukan ini. Jika biasanya suara deru motor siswa-siswi elit menjadi musik pembuka di gerbang sekolah, pagi ini suasana justru sunyi senyap. Barisan mobil mewah yang biasanya berebut masuk kini terhenti di luar gerbang, terhalang oleh barisan pria berjas hitam yang berdiri tegak layaknya tembok baja.

Tepat pukul 07.30, sebuah iring-iringan tiga mobil SUV hitam antipeluru membelah jalanan depan sekolah. Mobil di tengah sebuah sedan mewah dengan plat nomor khusus berhenti tepat di depan lobi utama, tempat yang biasanya hanya boleh disinggahi oleh mobil Kepala Sekolah atau tamu negara.

Pintu terbuka. Xavier turun terlebih dahulu. Ia mengenakan setelan jas formal yang sangat presisi, memperlihatkan aura militer yang selama ini ia sembunyikan di balik seragam sekolah yang lusuh. Ia membukakan pintu belakang dengan gerakan yang sangat sopan namun tegas.

Seraphine melangkah keluar.

Ia mengenakan seragam SMA Pelita Bangsa yang telah dimodifikasi khusus. Bahannya berasal dari sutra terbaik, potongannya sangat tajam, dan di saku dadanya tersemat pin emas murni berbentuk logo keluarga Seraphine. Rambut pendeknya tertata sangat rapi, dan wajahnya yang tanpa kacamata memancarkan kecantikan yang dingin dan mengintimidasi.

Seluruh guru, mulai dari Kepala Sekolah hingga staf administrasi, berdiri berbaris di lobi. Mereka membungkuk sedalam-dalamnya saat Seraphine berjalan melewati mereka.

"Selamat pagi, Nona Seraphine," ucap Kepala Sekolah dengan suara yang nyaris bergetar.

Seraphine tidak berhenti. Langkah kakinya yang mengenakan sepatu hak tinggi bermerek mahal menimbulkan bunyi tuk... tuk... tuk... yang ritmis di atas lantai marmer. Ia baru berhenti tepat di tengah lobi, di bawah foto besar pendiri sekolah yang baru saja diganti dengan logo Seraphine Global.

"Xavier," panggil Seraphine tanpa menoleh.

"Ya, Nona."

"Apakah semua guru yang ada di daftar kemarin sudah berkumpul?"

"Sudah, Nona. Mereka sedang menunggu di aula kecil," jawab Xavier tenang.

Seraphine akhirnya menoleh ke arah barisan guru. Matanya yang tajam menyapu satu per satu wajah mereka wajah-wajah yang dulu selalu memalingkan muka saat ia disiram air kotor, wajah-wajah yang dulu justru menyalahkannya saat ia diculik oleh Reihan.

"Ibu Sarah," Seraphine menyebut satu nama.

Guru Bahasa Inggris yang dulu sangat angkuh itu tersentak, wajahnya pucat pasi. "Y-ya, Nona?"

"Saya ingat nilai saya pernah Anda beri nol karena Anda bilang saya 'tidak memiliki masa depan'. Apakah sekarang Anda masih berpendapat sama?"

Ibu Sarah gemetar hebat, ia mencoba bicara namun hanya isakan kecil yang keluar. Seraphine hanya tersenyum dingin dan melanjutkan langkahnya menuju aula kecil.

Di aula kecil, sepuluh orang guru dan staf senior duduk dengan gelisah. Mereka adalah orang-orang yang secara aktif atau pasif mendukung perundungan yang dilakukan Geng Reihan. Di depan mereka masing-masing, terdapat sebuah amplop cokelat.

Seraphine masuk dan duduk di kursi utama, di depan meja kayu mahoni yang luas. Xavier berdiri di belakangnya seperti bayangan maut yang siap mengeksekusi perintah.

"Silakan buka amplop itu," perintah Seraphine.

Saat mereka membuka amplop tersebut, suara napas yang tercekat memenuhi ruangan. Isinya bukan hanya surat pemecatan, melainkan daftar bukti penerimaan suap dari keluarga Dirgantara untuk menutupi kasus-kasus kekerasan di sekolah.

"Kalian pikir uang dari ayah Reihan bisa melindungi kalian selamanya?" Seraphine bicara dengan nada bicara yang sangat tenang, namun penuh dengan racun yang mematikan. "Kalian adalah pendidik, tapi kalian membiarkan seorang siswi diikat di gudang pelabuhan. Kalian membiarkan fitnah menyebar karena kalian takut kehilangan tunjangan dari donatur."

"Nona... tolong... kami punya keluarga," rintih salah satu staf kesiswaan.

"Keluarga?" Seraphine berdiri, menumpukan kedua tangannya di meja. "Apakah kalian memikirkan bibiku saat kalian membiarkan orang suruhan Reihan meneror rumah kontrakanku? Apakah kalian memikirkan harga diriku saat kalian membiarkan video fitnah itu diputar di aula?"

Seraphine mengibaskan tangannya. "Tanda tangani surat pengunduran diri itu secara sukarela sekarang, atau dokumen suap ini akan mendarat di meja kepolisian dalam sepuluh menit. Pilihannya adalah keluar dengan malu, atau keluar dengan borgol."

Tanpa perlawanan, satu per satu dari mereka menandatangani surat itu dengan tangan gemetar. Setelah selesai, Seraphine menyobek surat-surat tersebut di depan wajah mereka.

"Sekarang keluar dari sekolahku. Jangan pernah biarkan aku melihat wajah kalian lagi di radius satu kilometer dari gedung ini."

Setelah membereskan para guru, Seraphine berjalan menuju kelas XI-A. Ini adalah puncaknya.

Begitu ia membuka pintu kelas, seluruh murid yang ada di dalam langsung berdiri. Maya, Kevin, dan sisa-sisa pengikut Reihan yang belum resmi diproses hukum (karena Seraphine ingin mereka merasakan siksaan mental terlebih dahulu) duduk di pojok ruangan dengan wajah penuh ketakutan.

Seraphine berjalan menuju bangku lamanya di pojok belakang. Bangku itu kini sudah diganti dengan kursi kulit yang nyaman dan meja baru yang sangat bersih.

Ia duduk di sana, menyilangkan kakinya yang jenjang, lalu menatap ke arah Maya.

"Maya Sanjaya," panggil Seraphine.

Maya tidak berani mendongak. Ia hanya meremas rok seragamnya.

"Aku dengar ibumu sedang mencari pinjaman ke sana kemari untuk membayar jaminan ayahmu?" tanya Seraphine. "Bagaimana kalau aku tawarkan kesepakatan?"

Maya memberanikan diri menatap Seraphine. "Apa... apa maumu?"

"Bersihkan lantai koridor kelas ini dengan lidahmu. Mungkin setelah itu aku akan mempertimbangkan untuk membatalkan penyitaan rumahmu," ucap Seraphine dengan nada santai seolah sedang membicarakan cuaca.

Seluruh kelas menahan napas. Ini adalah penghinaan yang luar biasa. Kevin yang duduk di samping Maya mencoba membela, "Luna... lo nggak bisa lakuin ini! Ini keterlaluan!"

"Luna sudah mati, Kevin," potong Seraphine tajam. "Yang ada di depanmu adalah pemilik sekolah ini. Dan bagi siapa pun yang keberatan..." Seraphine melirik Xavier.

Xavier melangkah maju dan membanting sebuah koper ke atas meja Kevin. Saat terbuka, isinya adalah ribuan foto rekaman Kevin saat melakukan peretasan ilegal dan menyebar konten asusila. "Kevin Ardian, apakah kamu ingin dokumen ini menjadi dasar laporan pidana ITE sore ini?"

Kevin seketika membisu, wajahnya berubah menjadi abu-abu.

Seraphine berdiri, berjalan perlahan mengelilingi kelas. "Mulai hari ini, tidak ada lagi perundungan di sekolah ini. Mengapa? Karena hanya aku yang punya hak untuk menindas siapa pun di sini. Dan jika aku melihat ada yang berani berbisik di belakangku..."

Seraphine berhenti di depan meja Maya, lalu menyiramkan segelas jus jeruk milik Maya ke kepala gadis itu sendiri, membalas apa yang Maya lakukan.

"Rasanya menyegarkan, bukan?" bisik Seraphine.

Maya menangis tersedu-sedu, namun ia tidak berani melawan. Ia tahu, satu kata perlawanan darinya berarti kehancuran total bagi sisa-sisa keluarganya.

Malam Harinya

Di ruang kerjanya yang baru di dalam gedung yayasan, Seraphine berdiri menatap kota dari balik jendela kaca yang besar. Xavier masuk membawakan laporan terbaru.

"Semua guru yang bermasalah sudah diganti dengan staf profesional pilihan Madam dari Zurich," lapor Xavier. "Reihan sudah dipindahkan ke panti rehabilitasi remaja di bawah pengawasan ketat, ayahnya resmi dipenjara."

"Dan Valerie?" tanya Seraphine.

"Valerie sudah kembali ke Jakarta. Dia sedang menyusun kekuatan dengan keluarga cabang Seraphine. Mereka tidak senang dengan perubahan drastis yang Anda lakukan di sekolah. Mereka merasa Anda merusak citra keluarga dengan tindakan balas dendam yang mencolok ini."

Seraphine menyesap tehnya. "Bagus. Biarkan mereka datang. Aku ingin mereka semua berkumpul di satu tempat agar aku bisa menghancurkan mereka sekaligus."

Xavier menatap Seraphine cukup lama. "Nona... Anda sudah melakukan semuanya dengan sangat baik. Tapi, apakah Anda merasa bahagia?"

Seraphine terdiam. Ia melihat pantulan wajahnya di kaca. Ia melihat Seraphine yang kuat, kaya, dan berkuasa. Tapi jauh di dalam matanya, ada kekosongan yang dalam.

"Bahagia adalah kemewahan yang tidak bisa aku beli sekarang, Xavier," jawab Seraphine pelan. "Misi ini belum selesai sampai Valerie dan orang-orang yang mengusir ibuku merangkak memohon ampun padaku."

Xavier membungkuk dalam. "Saya akan selalu ada di sini untuk membantu Anda mencapai itu, Nona."

Tanpa mereka sadari, di luar sekolah, sebuah mobil hitam misterius sedang mengintai. Di dalamnya, Valerie sedang berbicara di telepon dengan seseorang yang sangat berpengaruh.

"Aluna sudah gila," ucap Valerie dengan nada dingin. "Dia menggunakan kekuasaan Nenek untuk balas dendam pribadi. Kita punya cukup bukti untuk membuat dewan direksi Seraphine mencabut statusnya sebagai ahli waris. Siapkan berkas pengadilannya."

1
Ayu Nur Indah Kusumastuti
😍😍 xavier
Ayu Nur Indah Kusumastuti
semangat author
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!