NovelToon NovelToon
Perjodohan Masa SMA

Perjodohan Masa SMA

Status: sedang berlangsung
Genre:Nikahmuda / Tunangan Sejak Bayi / Dijodohkan Orang Tua / Pihak Ketiga / Bad Boy / Idola sekolah
Popularitas:61.5k
Nilai: 5
Nama Author: Alfiyah Mubarokah

Dijodohkan? Kedengarannya kayak cerita jaman kerajaan dulu. Di tahun yang sudah berbeda ini, masih ada aja orang tua yang mikir jodoh-jodohan itu ide bagus? Bener-bener di luar nalar, apalagi buat dua orang yang bahkan gak saling kenal kayak El dan Alvyna.

Elvario Kael Reynard — cowok paling terkenal di SMA Bintara. Badboy, stylish, dan punya pesona yang bikin cewek-cewek sampai bikin fanbase gak resmi. Tapi hidupnya yang bebas dan santai itu langsung kejungkal waktu orang tuanya nge-drop bomb: dia harus menikah sama cewek pilihan mereka.

Dan cewek itu adalah Alvyna Rae Damaris — siswi cuek yang lebih suka diem di pojokan kelas sambil dengerin musik dari pada ngurusin drama sekolah. Meskipun dingin dan kelihatan jutek, bukan berarti Alvyna gak punya penggemar. Banyak juga cowok yang berani nembak dia, tapi jawabannya? Dingin banget.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Alfiyah Mubarokah, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab 34 Dia Ngasih Nafkah?

"El! El!!"

Reflek Alvyna langsung menatap ke arah suaminya dengan sorot mata curiga. "Siapa? Kok dia bisa tau lo ada di sini?" tanyanya dengan nada penuh kewaspadaan, alisnya mengerut, bibirnya mengerucut tanda tak suka.

El mengerutkan alis, bola matanya berputar ke atas seolah tengah menggali memori yang tercecer. "Mungkin orang yang gue suruh beli makanan tadi. Bentar gue lihat dulu," sahutnya sambil bangkit dari duduk.

"Eh jangan ngawur lo!" cegah Alvyna cepat, tangan mungilnya mencengkeram lengan El. "Itu orang bisa lihat gue di sini, terus lo santai aja?"

El menatap Alvyna sebentar, lalu menghela napas. "Ck serius Ra. Itu cuma orang yang nganterin makanan. Sumpah deh bentar doang, tunggu sini, jangan ke mana-mana," ucapnya mencoba menenangkan, meski ekspresi malasnya tetap terpampang jelas.

"Makanan? Makanan apa?" Alvyna menyipitkan mata, menatap El seolah hendak menembus isi pikirannya. Rasanya curiga bukan tanpa alasan. Mana tahu si tukang jahil satu ini cuma alasan buat kabur ninggalin dia sendirian di tempat seperti ini?

"Nanti juga lo lihat sendiri. Gue ambil dulu, tunggu sini ya." El memutar bola matanya sebal, lalu melangkah pergi menuju pintu tanpa menunggu jawaban lebih lanjut.

"Awas aja lo bohong!" teriak Alvyna dari belakang sambil menatap punggung El yang menjauh. Dalam hati, ia masih kesal. Kalau sampai El ninggalin dia, fix bakal digigit.

Tingg

Baru saja Alvyna hendak mengalihkan pandangannya dari pintu, suara ponsel di saku seragamnya tiba-tiba berbunyi. Ia buru-buru merogoh saku dan mengeluarkannya.

Sagara: Pulang sekolah jalan yuk sayang aku jemput.

Mata Alvyna langsung membelalak. Tapi bukan karena girang. Justru karena geli bercampur sebel dan risih. Belum sempat ia mengetik balasan, tiba-tiba El sudah kembali dan langsung duduk di sebelahnya dengan santai.

"Siapa?" tanya El sambil meletakkan kantong plastik ke atas meja. Nada suaranya santai, tapi tatapannya? Menyala waspada.

"Bukan siap..."

Sett

"Ish! El, balikin gak!" pekik Alvyna panik saat ponselnya direbut begitu saja dari tangannya. Panas!

El membaca pesan singkat itu cepat, lalu menoleh dengan alis terangkat tinggi. "Heh sayang?"

"Ck jangan ngeledek gitu dong! Balikin ponsel gue!" Alvyna mendengus, merasa urat malunya ditarik paksa keluar dari tubuh.

"Lo mau pergi sama dia?" tanya El lagi, menatap Alvyna dengan ekspresi entahlah, kecewa? Tapi cepat ia sembunyikan di balik wajah datarnya.

Sekilas, Alvyna menangkap sorot itu. Tapi dia mengabaikannya. "Gak," jawabnya singkat, buru-buru memalingkan muka.

"Kenapa? Dia ngajak keluar kan?" desak El lagi sambil mengambil sebungkus rokok dari saku celananya. Tangannya terlihat santai, tapi matanya tetap memperhatikan reaksi Alvyna.

Alvyna melirik sejenak, lalu menatapnya. "Emangnya lo bakal izinin kalau gue pergi?"

El menyalakan rokok, menghembuskan asapnya perlahan sebelum menjawab. "Emang penting izin gue buat lo? Lo aja kemarin keluar gak izin sama gue," balasnya ketus, nadanya sinis.

Alvyna langsung pasang kuda-kuda. "Gue kan udah pamit! Lo nya aja yang gak denger!"

"Ra orang tidur mana bisa denger?" dengus El makin kesal. Nada suaranya makin meninggi, meski masih ditahan.

"Bodo amat! Yang penting gue udah pamit," tukas Alvyna, menyilangkan tangan di dada. "Kalau lo nyuruh gue ke sini cuma buat nemenin lo ngerokok, gue balik! Gue tadi cuma pamit ke toilet ya, jangan ngajarin bolos!"

Sett Grep

"Siapa yang nyuruh lo balik?" El langsung menarik tubuh Alvyna ke dalam pelukannya. Tangannya melingkar di pinggang Alvyna dengan paksa tapi lembut. "Gak diem di sini aja sampai bel istirahat bunyi."

"Eh! Ya gak usah sampai dipeluk juga kali!" protes Alvyna setengah panik, pipinya merah merona. "Ini jadi gue bolos dong! Lo tuh emang suami ngeselin banget deh!"

"Udah jangan ribet. Gue udah beliin makanan buat lo," kata El sambil mengangguk ke arah kantong plastik di atas meja.

"Makanan apaan?" tanya Alvyna sambil melirik ke arah yang dimaksud, rasa penasaran mulai menggantikan kekesalannya.

El mengedikkan bahu. "Gak tau buka aja. Siapa tau lo suka."

"Ya ampun gimana sih konsepnya? Lo yang beli kok malah gak tau?" Alvyna mendecak, tapi tangannya sudah sibuk membuka bungkus makanan.

"Gue cuma suruh orang beli. Katanya cewek biasanya suka pedes dan manis. Tapi karena gue udah semanis ini takut lo diabetes. Jadi gue pilih yang pedes-pedes."

Alvyna langsung mendelik. "Manis dari mananya sih? Ngeliat lo aja bisa bikin sepet."

"Hah? Apa lo tadi?" tanya El curiga, menatap istrinya tajam.

"Gak tadi ada nyamuk lewat," elak Alvyna cepat, pura-pura sibuk sama seblak yang baru dibukanya.

"Gue gak tau lo suka makanan apa jadi gue beli beberapa jenis," tambah El sambil menghela napas.

"Eh ini seblak? Di kantin ada?" tanya Alvyna terkejut.

"Gue beli dari luar," jawab El santai.

"Luar? Kok bisa? Lo delivery?"

"Gak nitip anak sini," sahut El enteng.

"Nitip? El ini masih jam pelajaran! Masa lo nyuruh orang keluar?"

"Kepo amat. Udah makan aja jangan banyak tanya," jawab El sambil menyentil kening Alvyna.

"Aduh! Bisa gak sih jangan sentil mulu?! Kalau bolong gimana?"

"Nanti gue tambal. Tapi jangan sering-sering makan pedes. Pikirin kesehatan juga," ucapnya, kali ini tanpa menoleh.

Alvyna mendadak terdiam. Tangannya yang tadi hendak menyuap makanan kini terhenti di udara. Ia menatap suaminya sekilas, lalu berbisik lirih, nyaris tak terdengar.

"…Sekalipun gue sakit, palingan cuma mama gue yang peduli."

El mendadak menoleh. Tatapannya tajam, tapi bukan marah lebih kepada terkejut. "Gue peduli lo istri gue. Kita tinggal satu atap. Gimana mungkin gue cuek?"

Alvyna menoleh cepat, menatap El dalam-dalam. Ada sesuatu di dada yang mendadak hangat. Tapi otaknya langsung menepis. “Bullshit…” ucapnya dalam hati, berusaha keras menahan senyum yang nyaris terbentuk.

"Ngomong-ngomong, gue baru ingat. Nih buat lo," ucap El tiba-tiba, merogoh dompetnya dan menyerahkan sesuatu yang mengejutkan: sebuah kartu kredit.

Alvyna melongo. “Eh? Ini apaan?”

"Kartu buat lo nafkah. Tanggung jawab gue sebagai suami," jawab El singkat.

Alvyna bengong. Diam tak bergerak selama beberapa detik. Dia ngasih nafkah? Ini serius?

“T-tapi...”

"Gak ada tapi terima aja. Kalau habis tinggal bilang."

"El beneran gak usah. Gue masih punya uang kok."

El memandangnya tajam. "Gue gak suka ditolak. Terima atau gue cium lagi."

Reflek Alvyna langsung memundurkan wajah. Tapi tubuhnya? Masih dalam pelukan El. Entah kenapa gak bisa bergerak.

"Jangan iseng lo!" serunya panik.

"Satu iseng aja kok," ujar El dengan senyum menggoda, lalu mendekatkan wajahnya lagi, menahan tawa.

"El! Mau gue tampol lo?" ancam Alvyna, makin panik karena jantungnya seperti ingin meledak.

"Makanya nurut aja sama suami. Sekali-kali bisa gak?"

Alvyna memalingkan muka. “Tapi lo dapat uang ini dari mana? Jangan bilang minta dari papa lo?”

El mendelik. "Ck enak aja! Itu duit gue sendiri. Tugas lo cuma ngabisin itu titik. Ngerti?"

"T-tap...."

Cup

El tiba-tiba mengecup pipi Alvyna. Alvyna langsung kaku napasnya tertahan. Otaknya nge free beberapa detik. Matanya membelalak.

"Bilang 'tapi' sekali lagi gue gigit," bisik El pelan di telinganya.

Gawat. Ini sih udah keterlaluan tapi kenapa jantung gue deg-degan sih?! Mati gue.

1
Reni Anjarwani
lanjut thor
Murni Dewita
tetap semangat dan jangan lupa double up ya thor
Miss Lim
El karakternya labil gak tegas.padahal ceritanya udah bagus.
Cikka Ikka
thor jangan buat alvyna cepat hamil, biarkan dia menikmati masa" sekolahnya dulu 🤭
Ayla nur
lanjut dong
Reni Anjarwani
lanjut thor doubel up thor
Sara
bagus ceritanya 😍
Sara
jangan lama-lama thor update nya 🥰
Yanuaretnaning Sekar Laras Laras
bagus banget .. seru ...
Murni Dewita
double up thor
Ayla nur
cih sekarang baru nyesal
Sara
lanjut
Sara
lnajut
Reni Anjarwani
doubel up thor
Maima Elfaam
Kecewa
Adira_chan
cerita nya sangat bagus
Murni Dewita
double up thor
Reni Anjarwani
doubel up thor
Reni Anjarwani
lanjut thor doubel up
Reni Anjarwani
rehan baru menyesal , bagaimana rasanya anak kandung tersakiti
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!