Erina, gadis pekerja keras yang selalu mengedepankan gaya. Dia dijodohkan dengan seorang pengusaha sukses. Namun, apa jadinya jika sang pengusaha mempunyai pujaan hati lainnya?
Mampu kah, Erina menjalin rumah tangga dengan tantangan meluluhkan hati suaminya, agar hanya melihat dirinya seorang?
Yuk ikuti kisahnya!
Terimakasih ...
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Muliana95, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bertemu Di Kantor
Hari minggu telah tiba, Erina di jemput oleh Belinda untuk menghadiri acara pengajian di majelis.
Begitu Erina turun dari mobil Belinda, dia langsung menjadi pusat perhatian. Apalagi, detik kemudian, Belinda menggandeng tangan Erina. Sontak, hal itu menjadi bisik-bisik antara sesama para hadirin majelis.
Beberapa orang memang kenal dengan Erina. Apalagi, setelah teriakannya tempo hari. Dia menjadi lebih dilihat dari biasannya. Dan sekarang, dia malah menjadi pusat perhatian, karena berhasil di gandeng oleh orang terkaya di majelis mereka.
Orang yang menjadi suruhan dari ustad pengisi majelis langsung mundur secara teratur. Dia tidak berani mendekati Erina yang duduk bersebelahan dengan Belinda. Apalagi, saat mendengar pernyataan dari orang yang memberikan, dana terbesar itu.
"Kenalkan, ini calon mantu saya ... Jadi, saya harap, kedepannya tidak ada yang memandangnya remeh ya." kekeh Belinda memperkenalkan Erina, yang terlihat kikuk.
"Sepertinya, cinta kakakku gagal sebelum memulai." gumam gadis yang sebelumnya diperintahkan oleh ustad itu.
Acara pengajian berjalan dengan lancar. Sebelum pulang, seperti biasa, Belinda bertemu dengan pengurus dan memberikan sejumlah uangnya. Dia meminta, agar kedepannya bisa menyuguhkan sedikit cemilan untuk para hadirin. Tidak hanya melulu dengan air putih saja.
Makanya, Belinda memberikan sedikit lebih banyak dari yang sebelum-sebelumnya.
Beruntung, saat Belinda bertemu langsung dengan ustad yang sangat di segani nya, Erina tidak ada. Karena sebelumnya, Erina izin ke toilet.
"Terima kasih bu Belinda, Insya Allah, kami akan mengelola pemberian anda sebaik mungkin. Nanti, tim kami akan mengirimkan notanya sebagai bukti." ujar ustad bernama Uzair itu.
"Aku percaya sama ustad. Jadi, tidak perlu repot-repot untuk mengirimkan notanya." balas Belinda.
"Bu ,,, eh ... Mama," sapa Erina, sekedar untuk memberitahukan jika ia sudah selesai dari toilet.
Uzair menatap Erina sesaat, detik berikutnya dia langsung menunduk.
"Dia anak bu Belinda kah?" batin Uzair.
"Ustad, ini calon mantu saya. Mungkin kedepannya, dia juga akan terlibat untuk memberikan sedikit tunjangan." ujar Belinda menepuk punggung Erina.
Sontak Erina hanya tersenyum kikuk. Dia sempat membatin, jika Belinda hanya membual. Karena keuangannya, tidak lah sebanyak Belinda. Atau mungkin, Ervin tidak akan memberikannya nafkah.
"Menantu?"
Uzair langsung mengangguk tanpa menatap Erina maupun Belinda. Dia hanya sempat menguruti hatinya, yang terasa amat sangat panas.
"Haruskah, aku kalah sebelum berperang?"
Kepergian Belinda dan Erina langsung menambah luka di hatinya. Uzair paham betul, jika seorang wanita sudah di khitbah, berarti dia tidak bisa lagi mengganggunya.
Menganggu yang di maksud adalah, mendekati ataupun melamarnya lagi.
Jadi, Uzair memilih untuk memendam rasa yang ada di hatinya. Dia hanya bisa memilih berdoa, agar sang membolak-balik hati, bisa menghilangkan rasa cintanya untuk Erina.
...🍁🍁🍁...
Sejak tahu Ervin di jodohkan dengan Erina. Diam-diam Clara menyuruh Alex untuk mencari tahu tentang Erina.
Begitu tahu, Erina tinggal di salah satu apartemen milik Belinda, hatinya langsung merasa cemburu. Dengan begitu saja, dia sudah kalah jauh.
Namun, Clara tidak ingin jika Erina menang dalam pertempuran ini. Apalagi Ervin sudah dengan jelas mencintainya seorang.
Kembali Clara datang ke kantor Ervin, dia langsung di sambut hangat oleh sekretaris yang bekerja tepat di depan ruangan Ervin.
"Maaf bu Clara, pak Ervin sedang bersama dengan Pak Herman. Jadi, mohon di tunggu ya. Karena sebelumnya, beliau sudah berpesan, agar tidak ada siapa pun yang masuk." terang asisten Ervin tersenyum ramah.
Clara mendesis, akan tetapi langkahnya mengikuti asisten Ervin ke sebuah ruangan.
"Ibu mau apa? Biar saya bawakan!" tawar asisten Ervin bernama Andin.
"Bawakan aku Ervin, bisa?" ujar Clara menatap tajam kearah Andin.
Andin langsung tergagap kala mendengar pertanyaan Clara.
"Jadi, keluar lah ..." usir Clara dengan bengis.
Andin pun langsung memutar tubuhnya, kesal dengan sikap sombong yang selalu di tujukan oleh Clara.
"Semoga aja, mereka gak akan pernah menikah." gumam Andin saat kembali ke tempat duduknya.
Baru saja lima menit Andin membaca laporan yang masuk, suara panggilan dari Clara, membuatnya terganggu.
"Kenapa tidak menyuguhkan aku minuman? Mau aku adu sama Ervin, dan menyuruhnya untuk memecat kamu?" teriak Clara dari arah pintu.
Andin langsung memutar mata, karena geram dengan sikap sok kuasa dari Clara. Apalagi, dia seperti di permalukan di hadapan teman-temannya yang lain.
"Bu Clara mau minuman apa?" tanya Andin menahan emosi yang sudah sampai di ubun-ubun.
"Aku mau soda. Dan bawakan aku dark choco yang didepan." balas Clara melipat kedua tangannya.
"Baik bu, mohon di tunggu. Saya akan menghubungi ob dulu." ujar Andin.
"No ... Aku mau, kamu yang belikan." ujar Clara.
"Tapi ..."
"Kenapa? Mau menolak? Aku ini pacar hos kamu, dan sebentar lagi kami akan menikah. Jadi, jangan sesekali kamu membuat ku kesal. Atau kamu akan tanggung akibatnya." tekan Clara menunjuk-nunjuk ke arah Andin.
Walaupun kesal, Andin hanya pasrah. Dia gak mau kehilangan pekerjaan, hanya karena tidak menuruti keinginan dari wanita bos-nya.
Saat Andin keluar dari lift, dia berpapasan dengan Belinda. Namun, karena sedang merasa kesal. Dia tidak memperhatikan Belinda yang hendak masuk lift.
"Andin ... Bukannya ini masih jam kerja?" tanya Belinda yang sudah mengenali Andin.
Dia mengenali Andin, di saat ada acara tahunan yang selalu di selenggarakan di perusahaan.
"Ibu ,,, maafkan saya. Karena tidak memperhatikan anda ..." pinta Andin menundukkan kepalanya.
"Tidak apa, mau kemana?" Belinda kembali bertanya.
"A-aku mau kedepan, mau membelikan dark choco." balas Andin.
"Oo, ya sudah ... Pak Herman masih di ruangan Ervin kan?" tanya Belinda memastikan.
"Masih bu ..." balas Andin.
Belinda langsung menaiki lift khusus karyawan. Baginya, semua lift sama saja. Sama-sama mengantar ke tempat tujuan.
Begitu Belinda keluar dari lift, semua karyawan langsung menundukkan kepala, pertanda menghormati Belinda. Dan tanpa segan sedikitpun, dia langsung menyapa karyawan yang berada di barisan depan.
"Semangat ya kerjanya ... Nanti saya traktir makan siang." ujar Belinda membuat semuanya bertepuk tangan senang.
Kedatangan Belinda, memang sesuatu yang sangat mereka harapkan. Karena kepribadian yang dimiliki Belinda, membuat semua orang senang. Dia bahkan tidak pernah memandang rendah orang lain, walaupun hanya on sekalipun.
"Andin ... Dia belum kembali?" teriak Clara membuka pintu.
Clara langsung terperanjat kaget mendapati Belinda yang tidak jauh darinya. Tentu saja dengan tatapan yang menusuk.
"Mama ... Kok kesini?" tanya Clara basa-basi. Dia bahkan berjalan mendekati Belinda.
"Pertanyaan itu, seharusnya untukmu sendiri." balas Belinda membuat Clara melotot, karena secara tidak langsung Belinda menghinanya di depan karyawan.
ya ampun..
msih bgusan istrimu ke'mana2.... jgn nyesel ya... klo setelah ini km makin trsiksa dgn pnampilan aduhai istrimu.... tpi km g bisa mnyentuhnya... krn pasti erina jga males km jdikan cadangan di saat km trhianati😎😎
apa gunanya kekuasaanmu ervin....😅😅
kotoran upil ,ervin saja tidak punya
kekuasaan atasmu.