Sifa tidak pernah menyangka dengan nasib nya, ia harus menjadi Pengantin Pengganti, Kakak kandung nya sendiri yang tiba-tiba kabur di hari pernikahan nya sendiri.
Bagaimana Kisah nya.. hanya di Novel Pengantin Pengganti
Follow Me :
Ig : author.ayuni
Tiktok : author.ayuni
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Ayuni, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
BAB 34
Benar saja makan malam untuk Sifa dan Revan diantarkan ke kamar Sifa dan Revan. Makanan sudah tersaji di meja makan.
Sifa sedang duduk di Sofa sambil memainkan ponselnya, sebenarnya ia sudah sedikit kantuk, namun ia masih bingung akan tidur dimana, karena hanya ada satu kasur dan tidak ada Sofa panjang.
Di rumah pun Sifa selalu menghindar, walaupun Revan suka tiba-tiba masuk dan tidur di kamar yang ia tinggali, namun Sifa lebih memilih untuk tidur di sofa atau ia memaksa Revan bangun untuk pindah tidur di kamarnya sendiri.
Begitulah Sifa entah mengapa ia belum siap jika harus berbagi kasur dengan Revan, namun kali ini mau tidak mau sepertinya Sifa harus berbagi kasur dengan suaminya.
Tidak mungkin juga ia meminta untuk pisah kamar dengan Revan, bagaimana nanti kedua mertuanya jika ternyata anak dan menantunya tidur terpisah. Padahal pernikahan mereka sudah berjalan hampir satu tahun.
" Dek.. " panggil Revan.
" Iya "
" Ayo makan dulu " ucap Revan lagi.
Sifa hanya mengangguk, lalu beranjak dari duduknya, berjalan menuju meja makan. Dikamar hotel ini sudah tersedia mini kitchen dan juga meja makannya jika sewaktu-waktu tamu hotel ingin makan, bisa membuat nya sendiri.
Sifa lalu duduk tepat di hadapan suaminya. Seperti biasa ia meraih piring mengisinya dengan nasi dan lauk, Revan menunggu nya dengan melipat kedua tangannya diatas meja.
" Segini cukup Mas ? " tanya Sifa.
" Udah cukup " jawab Revan.
Sifa memberikan piring berisi nasi dan lauk ke Revan, lalu ia mengambil piring lagi, ia isi dengan nasi dan lauk untuk dirinya sendiri.
Mereka berdua makan malam yang kemalaman, Sifa sudah sedikit tidak bersemangat untuk makan karena sudah lebih dulu diserang kantuk, hanya saja ia menghargai Revan dan kedua mertuanya yang sudah meminta jika makan malam mereka diantarkan ke kamar saja.
" Kenapa ? Kok makannya gitu ? " ucap Revan melihat Sifa yang tidak bersemangat.
" Hmm.. Gak apa-apa Mas " balas Sifa.
" Makanannya gak enak ? " tanya Revan lagi.
" Enak kok Mas " jawab Sifa kembali melanjutkan makannya.
Lalu Sifa memperhatikan Revan yang memisahkan telur dengan kuning telurnya, Revan lebih memilih memakan putih telur nya dibandingkan kuningnya. Kuning telur nya Revan simpan di pinggir piring.
" Kenapa gak dimakan Mas kuning telurnya ? " tanya Sifa.
" Enggak, aku lebih suka putih telur " jawab Revan.
" Buat aku ya.. " Sifa langsung mengambil kuning telur dari piring Revan tanpa ragu.
" Palingan juga kamu itu takut gemuk kan Mas, padahal kuning telur enak, kaya akan vitamin, mineral, zat besi, anti oksidan " ucap Sifa sambil menyuapkan telur ke mulutnya.
" Lemak " susul Revan.
" Tapi kan lemak baik Mas "
" Iya.. Iya Bu Dokter " ucap Revan menggoda Sifa.
" Hmm... kamu itu yang dokter Mas, bukan aku " Sifa kembali melanjutkan makannya.
Revan hanya tersenyum, ia pun kembali melanjutkan makannya.
Tidak berselang lama, mereka sudah selesai dengan makan malam nya, Sifa seperti biasa merapikan bekas makannya ia simpan di mini kitchen agar nanti piring dan gelas yang kotor dibawa oleh petugas hotel.
Entah mengapa setelah makan kantuknya menjadi hilang, ia merasa kembali segar, ia lalu duduk di pinggiran kasur memperhatikan Revan yang kembali pada ponsel di hadapannya.
" Mas " panggil Sifa.
Namun disaat yang bersamaan ponsel Revan berdering, ia langsung menggeser tombol hijau pada ponselnya.
" Sebentar ya aku angkat telepon dulu " ucap Revan kepada Sifa.
" Ya Halo, gimana ? "
" Pantau dulu demamnya, jangan lupa cek darahnya sekalian "
" Ok.. Kalau sudah keluar hasilnya bisa hubungi saya lagi "
Klik sambungan telepon ditutup.
Revan lalu menghampiri Sifa yang masih duduk di pinggiran kasur. Ia tersenyum lalu menyimpan ponselnya di atas nakas.
" Kamu gak tidur ? " tanya Revan.
" Mau sih, tapi.. Nanti kamu tidur dimana ? " Sifa balik bertanya.
" Ya disini lah dimana lagi " ucap Revan lalu ia naik ke atas kasur lalu ia merebahkan tubuhnya di samping Sifa.
Sifa masih berada pada posisinya. Ia memperhatikan suaminya.
" Kamu tidur aja yang tenang, aku gak bakal ngapa-ngapain kalo gak khilaf " ucap Revan membuat Sifa membelalakkan matanya.
" Ih Mas Revan " Sifa memukul tangan suaminya.
Sifa lalu menyusun bantal dan guling memberikan jarak antara dirinya dan Revan, dirasa kurang Sifa lalu bangun dari duduknya berjalan menuju lemari pakaian, ia berpikir biasanya disana akan tersimpan bantal dan selimut cadangan, Revan sudah tidak peduli apapun yang akan dilakukan oleh Sifa.
Benar saja disana tersedia 2 bantal yang belum dipakai, ia mengambilnya lalu kembali ke kasur dimana Revan sudah terlihat memejamkan matanya.
Sifa kembali menyusun bantal-bantalnya di tengah antara dirinya dan Revan, karena dirasa Sifa tidak mau diam, Revan pun kembali bangun, saat membuka matanya ia sudah melihat tumpukan bantal disampingnya.
" Kamu ngapain sih Dek, sibuk banget " ucap Revan.
" Nyusun bantal biar aman " balas Sifa tanpa berdosa.
" Mau disusun setinggi langit pun kamu gak akan aman malam ini Dek " susul Revan kembali berniat mengerjai Sifa.
" Maksud Mas apa ? " Sifa sedikit menoleh ke arah Revan dengan mengangkat satu bantal yang menutupi mereka berdua.
" Udah.. Ayo tidur, besok Mama bilang kita berangkat pagi menuju tempat acara " ucap Revan kembali merebahkan tubuhnya lalu mematikan lampu kamar dengan lampu tidur.
Sifa pun menuruti, ia merebahkan tubuhnya perlahan, namun entah mengapa ia menjadi gelisah dan sulit tidur padahal ia sudah mendengar dengkuran halus dari sebelahnya pertanda Revan sudah kembali tertidur.
Ia terus saja gelisah, padahal pria disampingnya adalah suaminya sendiri, ia kembali meraih ponselnya berharap kantuk segera datang namun nihil, ia melihat jam sudah menunjukan pukul setengah 12 malam.
" Kenapa jadi gak bisa tidur sih ? " guman Sifa pelan.
Ia lalu bangun dan menyender ke senderan kasur, sesekali ia melirik ke arah Revan yang sudah tertidur pulas. Entah mengapa hatinya berdesir saat menatap wajah suaminya. Ia pun belum mengerti apa yang ia rasa.
" Kenapa sekarang kalo deket Mas Revan walaupun Gue masih sedikit risih, tapi nyaman ya, kayanya hati Gue tenang gitu kalo ada dia.. " batin Sifa dalam hati.
Ia memindahkan susunan bantal yang memberikan jarak antara dirinya dengan Revan. Ia berpikir bukankah ia sudah menerima pernikahannya dengan Revan, Revan pun sudah banyak perubahan ia semakin hari semakin hangat kepada dirinya, namun mengapa dirinya masih belum siap jika Revan suatu saat meminta hak nya sebagai suami.
Sifa mendekat lalu ia mengusap lembut pucuk kepala suaminya.
" Mas.. Aku minta maaf belum bisa menjadi istri kamu seutuhnya " gumam Sifa lalu mengecup sekilas kening Revan tanpa dikomando.
Tanpa Sifa sadari sebenarnya Revan sudah bangun sesaat setelah ia memindahkan susunan bantal yang membatasi dirinya dan Revan. Namun Revan masih pura-pura memejamkan matanya, hatinya sedikit bersorak saat tiba-tiba Sifa mengecup keningnya.
Saat Sifa akan kembali ada posisinya, tiba-tiba tangan Sifa diraih oleh Revan.
" Kamu belum tidur ? " ucap Revan membuka matanya membuat Sifa menjadi kaget.
Hiiaaakkkkk
" Ka.. Kamu gak tidur Mas ? " tanya Sifa.
Revan hanya menggeleng.
Sifa secepat kilat menarik selimut menutupi tubuhnya sampai kepala.
Revan yang melihat tingkah Sifa menjadi gemas sendiri, ia berusaha untuk membuka selimut yang menutupi wajah Sifa ia penasaran pasti wajah istrinya sudah berubah menjadi merah seperti tomat masak.
" Hmm.. Kamu sudah berani ya ganggu aku tidur " ucap Revan menggoda Sifa.
Dag
Dig
Dug
Der
Jantung Sifa berdetak tak menentu.
Tuhan... Malu banget Gue... Gak pernah Gue semalu ini di depan Mas Revan... Aaa.... Harus gimana ?
Gumam Sifa dalam hati.
" Buka dong "
" Nggak ! "
" Buka selimutnya "
" Gak mau malu !!! "
🌺🌺🌺
Jangan lupa dukung author dengan vote, like dan komennya ya.. ♥️