Ayah Darurat Untuk Janinku

..."Gadis itu ... sepertinya akan menjadi gadis yang istimewa untuk sahabatku. Jadi, aku harus menjaganya." — Gerry Harrison...

Flashback.

Di dalam mobil mewah yang dingin dan gelap itu, terlihat embun yang mulai muncul di kaca jendela mobil.

Usai mengejek Lea tang telah masuk ke kandang macan, Luca langsung menyambar bibir manis itu. Dihisapnya dengan penuh perasaan, seperti sedang menghisap permen lolipop.

Kedua tangan Luca tak tinggal diam. Keduanya meraba paha Lea dan menaikkan dress hitam itu sampai sebatas perut.

"Mhhh ...."

Lea tak bisa menahan diri saat bibir hangat pria itu mulai turun ke leher dan menyusuri dadanya.

Foreplay terus berlanjut kurang lebih sekitar beberapa menit. Hingga akhirnya Luca tak dapat menahan dirinya untuk segera menyicipi lembah terlarang milik gadis yang sedang bersamanya.

"S—sa ... kit!!!" Lea menggigit bibirnya sembari menjambak rambut Luca dengan sangat kuat, saat benda tumpul yang besar di bawah sana, melesak masuk merobek setiap senti mahkota dirinya.

"Argh!!!" erang Luca dengan suara baritonnya yang menggema di dalam mobil itu. Terdengar sangat sensual dan menggoda telinga mereka yang mendengarkannya.

Luca memberi jeda pada Lea dan juga dirinya. Di bawah sana, kedua benda itu sedang meronta-ronta sakit bercampur nikmat. Ia menurunkan baju bagian atas gadis itu sampai ke perut, kemudian menyicipi kedua gumpalan tebal yang memiliki tonjolan di pucuknya.

Lea melenguh sembari mulutnya ternganga saat bibir Luca mendarat di dadanya. Dan secara perlahan, Luca mengangkat dan menggerakkan tubuh Lea menggunakan kedua tangan kekarnya.

Bergerak sedikit demi sedikit, sembari kedua mata dan bibir mereka terus memberikan respons nikmat yang tiada tara. Hingga pada akhirnya, seluruh mahkota Ratu dan Raja, menyatu dengan sempurna.

Saat menyadari seluruh miliknya telah masuk, Luca mulai menggila dan terus bergerak memompa kecepatan. Gerakan yang terbatas di dalam mobil, tak membuat pria itu menyerah pada pengalaman pertamanya. Sebaliknya, adrenalinnya semakin terpacu dengan gejolak nafsu yang tak terkontrol.

Cukup lama, mobil itu terus bergoyang, mengikuti ritme kedua orang yang sedang bercinta dengan panas di dalamnya.

Tanpa henti, Luca menghabisi Lea pada malam itu. Beberapa kali ia sempat memenuhi tubuh bagian dalam gadis itu dengan siraman cinta yang hangat. Sampai akhirnya, Lea terkulai lemas di dalam pelukan Luca.

Sementara itu, saat tadinya Lea keluar dari toilet dan menuju ke dalam mobil, Gerry terlihat sedang berjalan dengan langkah terhuyung menuju ke mobil Rubiconnya. Tapi, langkah kaki Gerry terhenti begitu ia melihat Lea masuk ke dalam mobilnya.

Hampir sepuluh menit Gerry menunggu Lea keluar dari mobilnya, tapi gadis itu tak kunjung keluar.

Karena penasaran, Gerry memutuskan untuk melangkah maju dan menempelkan wajahnya ke kaca jendela mobil.

Betapa terkejutnya Gerry saat melihat Luca dan Lea sedang berciuman dengan sangat panas. Bahkan ia terkejut melihat Luca yang menaikkan baju Lea ke atas dengan posisi yang sangat menantang.

"Good job, Brother!" girang Gerry yang mendukung pergumulan panas sahabatnya. "Akhirnya lo ngerasain juga nikmatnya."

"Take your time, gue akan menjadi bodyguard lo sampai selesai."

Kesetiaan Gerry tiada dua. Ia berjaga sampai di gigit nyamuk di parkiran, seperti seorang supir mobil mewah yang sedang menunggu majikannya. Meski kantuk sudah mulai menguasai, ia menampar wajahnya agar tetap terjaga. Tak ingin ada orang lain yang datang dan merusak moment romantis sahabatnya itu.

Cukup lama mobil itu bergoyang. Hingga akhirnya terhenti.

Gerry melirik jam mewah yang melingkar di perfelangan tangannya. Waktu sudah menunjukkan pukul 2 dini hari.

Gerry menghubungi wanita yang cukup dekat dengannya di club Black Moon itu, wanita yang cukup sering menjadi supir pengganti saat ia mabuk.

"Hai, Beb."

"Hm. Seperti biasa, tolong antar aku pulang."

Tak lama setelah menghubungi wanita kenalannya, wanita itupun akhirnya tiba.

"Tempat biasa?" tanya Cindy, wanita bertubuh semok, namun dengan tinggi 169 cm.

"Yes. Tapi sebelum itu, tolong antarkan gadis yang di dalam mobil itu dulu."

"Tumben? Biasanya abis pake, cewenya disuruh nginep di atas aja?" Cindy merasa heran. Karena, biasanya jika Gerry telah memakai wanita, wanita itu akan Gerry suruh antarkan ke kamar hotel yang disediakan Black Moon. Tapi kali ini berbeda.

"Not my girl, tapi sahabat."

"Gadis itu ... sepertinya akan menjadi gadis yang istimewa untuk sahabatku. Jadi, aku harus menjaganya."

Cindy tertawa. "Okay. Tau alamatnya?"

"Coba cek dompet atau hp-nya. Kali aja ada ktp atau semacamnya."

"Okay," ujar Cindy pada Gerry.

Cindy pun bergegas menuju ke kursi penumpang. Ia melihat Lea sedang terkapar lemas di dalam pelukan Luca. Saat ia mencari petunjuk di dalam tas Lea, ia menemukan KTP dan alamat Lea.

"What?! 18 tahun?!" pekik Cindy dengan suara yang perlahan. Tanpa sadar, matanya melihat ada sedikit bekas-bekas noda darah di celana cream milik Luca. Untungnya batang berharga Luca saat itu tertutup karena sedang memeluk Lea.

"Haaa, semoga kalian berjodoh," harap Cindy dalam hati dan penuh ketulusan.

Cindy yang saat itu berniat ingin menutup pintu mobil, gerakannya terhenti begitu melihat pakaian Lea yang masih melorot ke perut dan tanpa underwear.

"Karena dia masih muda," ucap Cindy sambil memakaikan underwear Lea, "makanya aku baik hati."

Kemudian Cindy memperbaiki dress Lea dengan susah payah karena gadis itu sedang tertidur. Lalu ia mengambil jaket yang tergantung di sandaran kepala pengemudi, dan menutup batang Luca tanpa melihatnya. Toh saat itu mobil juga sedang gelap. Ia sengaja tak menghidupkan lampu, agar kedua orang itu tak terjaga.

Setelah membereskan semua hal, Cindy masuk ke kursi kemudi dan Gerry di kursi samping kemudi. Mobil tersebut pun melaju ke alamat sesuai ktp Lea.

Setibanya mobil tersebut di depan rumah Lea, Cindy menekan tombol bel berkali-kali. Dan yang keluar adalah Yati.

Yati keluar dengan mata mengantuk dan menguap. "Siapa sih malam-malam begini?!"

"Permisi, Bu. Saya teman Eleanor. Mau anterin dia pulang," ucap Cindy sambil memapah tubuh Lea yang saat itu sedang tak sadarkan diri.

"Astaga! Non Lea!" Yati terbelalak kaget. Ia pun langsung membantu Cindy memapah tubuh Lea dan membawanya ke ruang tamu.

Setelah merasa Lea aman, Cindy bergegas keluar dari rumah, karena tak ingin sampai bertemu dengan orang lain di rumah itu.

"Aman," ucap Cindy pada Gerry.

"Thanks. Aku akan membayarmu dua kali lipat malam ini."

"Asyikkk."

Jeep Rubicon putih itu pun melaju meninggalkan rumah Lea.

...🌸...

...🌸...

...🌸...

...Bersambung .......