Catherine dulunya adalah murid kutu buku yang polos dan kerjaannya hanya belajar di perpustakaan. Namun suatu hari, dia terlibat taruhan dengan Bastian. Mereka mereka memulai sebuah taruhan gila dan semenjak itu hidup Catherine benar-benar berubah drastis. Bastian mengajarinya hal-hal aneh dan liar yang tidak pernah Catherine ketahui ataupun coba sebelumnya.
Intinya, Bastian dan Catherine adalah teman di atas ranjang.
Hubungan mereka hanya sebatas sebagai teman yang saling memanfaatkan untuk memuaskan nafsu.
Tidak kurang, tidak lebih.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon redwinee, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
18. Perlawanan Catherine
“Maaf, tetapi pekerjaan saya disini hanya mengantarkan minuman bukan sebagai wanita penghibur,” ujar Catherine dengan menekankan nada bicaranya diakhir sembari melempar tatapan jijiknya ke arah wanita itu.
Catherine tidak lagi takut terhadap wanita itu.
Mulut wanita itu terbuka lebar setelah mendengar kalimat berani Catherine itu, ia merasa dihina habis-habisan.
Wanita itu kemudian melayangkan tangannya ke atas, hendak menjambak rambut Catherine sebelum Catherine dengan gesit menghindari dan balik meraih tangan wanita itu kemudian memutarnya, memelintirnya ke tubuh belakang wanita itu hingga ia merintih kesakitan.
“Aww…dasar jalang apa yang sedang kau lakukan. Sakit…” teriak wanita itu yang minta untuk dilepaskan, tangannay terasa sakit dan berdenyut sekarang.
Sedangkan Leo dan temannya yang satu lagi itu hanya menikmati perkelahian mereka layaknya sebuah tontonan yang menarik.
“Aku akan melaporkanmu kepada madam Grinn,” ujar wanita itu kesal sembari terus menggoyangkan tubuhnya, berharap kuncian tnagan Catherine padanya itu bisa terlepas namun tampaknya kekuatan Catehrine jauh lebih kuat darinya.
Postur tubuh Catherine bukanlah pendek dan kecil yang membautnya tampak seperti makhluk yang rapuh. Catherine memilik tinggi badan yang cukup tinggi apalagi dia menjadi guru di klub karate di kampusnya yang dapat Catherien gunakan untuk pertahanan dirinya di waktu mendesak seperti sekarang ini.
Teman wanita itu hendak menolongnya namun terhenti ketika Catherine dengan gesitnya mengambil satu hak tingginya kemudian melemparnya ke arah wanita itu membuatnya mundur beberapa langkah bahkan sebelum ia berjalan mendekat untuk bisa menolong temannya itu.
Catherine kemudian menghempaskan tangan wanita itu membautnya meringis kesakitan sembari mengusap pergelangan tangannya secara berulang kali.
“Laporkan saja dan pecat aku secepatnya kalau bisa!” teriak Catherine dengan begitu keras, melampiaskan amarahnya yang sedari tadi ia tahan sebelum akhirnya pergi dari sana dengan membanting pintu itu cukup keras.
Catherine sudah cukup frustasi sebab dibohongi oleh tante Viola dan segala masalah yang menimpanya belakangan ini, kemudian sekarang ia harus menghadapi orang-orang sampah seperti mereka.
Catherine tidak takut.
Saat wanita itu hendak menyusul Catherine keluar ruangan, tiba-tiba Leo bersuara lagi.
“Stop.”
Wanita itu berbalik dan menatap Leo masih dengan tatapan kesalnya.
“Kau ingin melaporkannya dan membuatnya dipecat?”
“Iya, dia sudah bertindak kurang aja,” ujar wanita itu.
“Jangan.”
Wanita itu menyatukan kedua alisnya bingung, “Kenapa?”
“Tamu disini adalah raja bukan? Jadi turuti perintahku atau kau mau kulapor ke madam Grinn juga?” ancam Leo kepada wanita itu membuatnya langsung menghampiri Leo dan meraih lengannya.
“Maafkan aku,” ujar wanita itu menyesal, walaupun ia masih kesal dengan Catherine tetapi yang lebih penting sekarang adalah membujuk Leo agar tidak marah kepadanya karena dia adalah salah satu tamu penting disana.
“Pergilah, aku menjadi tidak mood,” usir Leo kemudian kepada wanita itu.
Catherine masih dengan tarikan napasnya yang kasar menggambarkan emosinya yang menggebu-gebu itu akhirnya keluar setelah membanting pintu dengan kasar. Saat dia berbalik untuk meninggalkan ruangan itu, tiba-tiba Catherine berhadapan dengan Bastian.
Catherine yang kaget refleks melangkah mundur dengan cepat, bahkan karena dia hanya memakai satu heelsnya itu membuat tubuhnya nyaris kehilangan keseimbangan sebelum Bastian dengan cepat meraih tangannya guna mencegah Catherien untuk jatuh dan menariknya mendekat. Kepala Catherine akhirnya berakhir menabrak dada bidang pria itu.
“Kau tidak apa-apa?” tanya Bastian.
Bastian kemudian menjauhkan sebelum menjatuhkan pandangannya ke bawah dan melihat bahwa Catherine hanya memakai sepatu hak tinggi di kaki kanannya, pantas saja wanita itu hampir jatuh. Bastian kembali menaikkan pandangannya ke atas membuat manik mereka bertemu untuk sesaat.
“Aku tidak apa-apa, terima kasih,” balas Catherine kemudian mengambil satu langkah mundur membuat genggaman tangan Bastian padanya itu ikut terlepas.
Catherine sudah mau berjalan pergi dari sana sebelum Bastian kembali meraih tangannya dan mengenggamnya erat untuk mencegah Catherine pergi dari hadapannya.
Layaknya Catherine yang kaget mendapati kehadiran Bastian disana, Bastian lebih terkejut dapat melihat Catherien di tempat seperti itu. Sebuah kelab malam? Itu benar-benar bukan dunianya Catherine, Bastian tahu betul itu.
“Kenapa kau bisa ada disini?” tanya Bastian dengan nada menuntutnya seakan tengah menginterogasi Catherine.
Catherine terdiam sejenak, entah kenapa mendapat pertanyaan seperti itu membuatnya sedikit gugup.
“Aku bekerja,” jawab Catherine dengan singkat akhirnya.
Bastian kemudian menancapkan fokusnya pada penampilan Catherine hari ini, menelitinya dengan tatapan intensnya yang nyatanya membuat Catherine risih dengan pandangan yang Bastian berikann kepadanya itu.
Rambut Catherine yang biasa digerai bebas ke bawah, menutupi sebagain wajahnya kini diikat ke atas, menampilkan secara jelas wajah wanita itu walaupun mata indah yang Bastian puji itu masih ditutupi kacamatanya. Kendati memakai masker, Bastian masih bisa membayangkan raut wajah Catherine sekarang. Semua terbayang secara amat jelas dalam pikirannya.
Pandangan Bastian kemudian turun pada pakaian wanita itu, rompi beserta kemeja putihnya diikuti rok ketat dan pendek yang di pakai Catherine itu.
Bastian juga mempergoki Catherine yang beberapa kali terlihat menarik ujung roknya itu dengan tangannya, seakan dengan menariknya bisa membuat rok itu semakin panjang, padahal hal itu hanyalah sia-sia.
Catherine dapat merasakan dengan jelas bahwa Bastian menatap lama ke arah rok pendek yang ia pakai itu membuat Catherine berdiri tidak nyaman pada posisinya.
Entah hanya perasaannya Catherine atau bagaimana, tetapi Catherine dapat merasakan bahwa tatapan Bastian berubah menajam seakan kesal atau marah?
“Kenapa disini?” tanya Bastian lagi membuat Catherine mendongak menatapnya dengan bingung.
“Maksudnya?”
Bastian menatap dalam kedua manik Catherine, menyelaminya untuk sesaat sebelum kembali mengeluarkan suaranya.
“Kenapa kau bekerja disini?” Bastian mengulang pertanyaannya lagi.
“Gajinya banyak, aku bisa melunasi hutangmu,” ujar Catherine jujur.
“Keluar.”
Pelipis Catherine tampak berkerut ketika mendengar kalimat Bastian yang terkesan seperti sebuah perintah itu.
“Keluar dari pekerjaan ini, tidak cocok untukmu,” lanjut Bastian lagi sembari mengeluarkan kalimat pedasnya itu.
“Apa pedulimu? Aku butuh uang, sekalipun aku tidur dengan pria hidung belang disini, kau juga tidak perlu ikut campur,” ujar Catherine dengan cepat dan menggebu-gebu.
Sepertinya Catherine hanya asal mengutarakan kata dan otaknya tak lagi dapat berpikir dengan jernih sehingga dia bisa mengatakan kalimat itu dengan begitu cepat tanpa memikirkannya dua kali lagi.
Setelah berhadapan dengan orang-orang menyebalkan tadi, sekarang Catherine harus meladeni Bastian lagi. Rasanya tenaga Catherine mulai habis, sepertinya hari itu memang bukanlah hari keberuntungan Catherine.
Bastian menaikkan alis kanannya, malahan tertarik dengan kalimat yang barusan Catherine utarakan itu. Sangat frontal.
Bastian menyukainya.
Bastian maju selangkah untuk mendekati Catherine sebelum berujar, “Kukira kau polos, tapi ternyata kau benar-benar seorang ahli ya?”