NovelToon NovelToon
Pemilik Hati Eliza

Pemilik Hati Eliza

Status: sedang berlangsung
Genre:Cintamanis / Nikah Kontrak / Pernikahan Kilat / Cinta Paksa
Popularitas:1.8k
Nilai: 5
Nama Author: erulia

Eliza yang belum move on dari mantan tunangannya-Aizel- menikah karena dijebak oleh Raiyan yang merupakan ipar tiri Aizel , sedangkan Raiyan yang awalnya memiliki kesepakatan dengan adik tirinya yaitu Ardini, sengaja melanggar kesepakatan itu demi membalas dendam pada Ardini.

"Kesepakatan Kita hanya sebatas kau membuat nya jatuh cinta, lalu meninggalkannya setelah Aku dan Aizel menikah, Kau melanggar kesepakatan Kita Raiyan. " ~Ardini

"Tapi di surat perjanjian itu juga tidak ada larangan kalau Aku mau menikahinya."
~ Raiyan

akankah kisahnya berakhir indah? akankah Eliza kembali pada Aizel setelah mengetahui semua fakta yang selama ini Raiyan sembunyikan?

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon erulia, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab 7 Sarapan pertama bersama keluarga Raiyan

Raiyan mengeringkan rambutnya menggunakan handuk kecil, sedangkan Eliza masih mengumpulkan nyawa di balik selimutnya dengan mata setengah terpejam. Eliza merentangkan tangannya ke atas dan menguap lebar-lebar. Ia tak sadar Raiyan yang hanya menggunakan sehelai handuk sedang menatapnya lekat.

"Selamat pagi, Istriku." sapa Raiyan dengan senyuman mautnya.

"Eh,pagi." Eliza mengalihkan pandangannya begitu melihat perut Raiyan yang seperti roti sobek

"Kau bangun jam berapa? Ini masih jam enam pagi tapi Kau sudah mandi." tanya Eliza masih tak mau menatap Raiyan yang bertelanjang dada.

"Aku terbiasa bangun Subuh. Tadinya ingin membangunkan mu untuk sholat subuh, tapi tidurmu nyenyak sekali sampai berdengkur segala. Ilermu juga menetes di bantal." Eliza langsung mengelap tepi bibirnya dan memeriksa bantalnya, hanya ada bekas wangi rambutnya di sana, barulah ia sadar kalau Raiyan hanya sedang menggodanya. Eliza cemberut melihat senyum jahil Raiyan.

"Kau mau mandi sendiri atau Aku mandikan?" Raiyan meraih kemeja kasual di lemari nya.

"Kau pikir Aku jenazah? Sampai harus di mandikan segala." Raiyan terkekeh, sepertinya Eliza sudah mulai kebal dengan rayuan-rayuan mautnya.

"Aku akan menunggumu untuk sarapan bersama keluarga ku di bawah." Eliza mengangkat jempolnya. Ia masih saja takjub dengan kamar mandi yang ukurannya tiga kali lebih luas dari kamarnya di rumah Paman Udi.

Setelah selesai mandi Eliza keluar mengenakan handuk kimono putih yang Raiyan berikan, lengkap dengan handuk kecil yang membungkus kepalanya

Raiyan sudah rapi dengan kemeja kasual dan celana kain hitamnya, ia sedang duduk di balkon kamar sambil menyesap sebatang rokok.

Eliza sangat bersyukur Raiyan menunggu di balkon,sepertinya laki-laki itu cukup paham dengan kecanggungan Eliza, jadi Ia sengaja menunggu di luar sembari Eliza memakai pakaiannya.

Eliza masih dengan jubah handuk dan rambut basahnya yang tergerai, kepalanya menyembul dari balik pintu balkon saat rokok Raiyan tinggal setengah.

"Raiy, apa di kamarmu ini tidak ada kipas angin mini portabel?"

"Tidak ada, kamarku kan sudah pakai AC, jadi Aku tak perlu menggunakan kipas angin yang kau sebutkan tadi, memangnya kenapa?" Eliza diam tak menjawab, ia masih menimbang untuk memberitahukan Raiyan tentang kebutuhannya akan benda itu.

"Oh! Pasti Kau ingin mengeringkan rambut, Kau tak perlu menggunakan kipas, cukup gunakan hair dryer, ikuti Aku." Baru tiga hari menjadi Suami Eliza tapi Raiyan sudah mulai tahu kebiasaan Eliza yang selalu mengeringkan rambut menggunakan kipas angin.

Raiyan mendudukkan Eliza di depan meja rias, kemudian mengambil hair dryer yang ada di dalam nakas, tapi ia menghentikan pergerakan karena tiba-tiba muncul sebuah ide di kepalanya.

"Rambut mu di biarkan basah saja ya." Pinta Raiyan mengembalikan hair dryer ke tempat semula.

"Kenapa? Rambutku benar-benar basah sekarang, mana mungkin Aku turun dengan rambut basah begini."

"Aku lupa hair dryer ini sudah rusak, makanya tadi pagi Aku tidak menggunakan benda itu untuk mengeringkan rambutku." Raiyan tersenyum smirk memikirkan rencana kecil yang bermain di kepalanya.

"Aku akan membantumu mengeringkannya dengan handuk." Raiyan meraih handuk kering yang akan ia gunakan. Tangan lelaki itu menari-nari di atas kepala Eliza, mengeringkan helaian rambut Eliza dengan gerakan pelan dan lembut, ia terlalu fokus melakukan tugas nya sampai tak sadar bahwa Eliza sedang memperhatikan wajahnya yang memantul di cermin.

"Aku boleh bertanya jujur padamu?" Tanya Raiyan pada Eliza.

"Hm," jawab Eliza singkat di sertai dengan anggukan pelan.

"Apakah Kamu masih mencintai Aizel?"

"Entahlah, Aku tidak tahu perasaan apa yang Aku rasakan saat ini."

"Oh begitu, boleh Aku minta satu hal padamu pagi ini?" Lagi-lagi Eliza menjawab dengan anggukan kepala.

"Berpura-pura lah menjadi istri ku yang sesungguhnya di depan semua orang, sampai tak ada yang mengira kalau sebenarnya kita menikah karena kecelakaan. Lagi pula memperlakukanku dengan baik di depan keluargaku juga untuk mengambil hati mereka agar mereka lebih baik padamu." Raiyan berbisik di telinga Eliza sambil menggenggam kedua bahunya, Eliza merasa geli karena napas Raiyan yang hangat berhembus di telinganya.

"Baiklah, akan ku usahakan, tapi Jangan menempel kan wajahmu di telingaku, hembusan napas mu membuat ku terasa geli." Terang Eliza jujur.

"Maaf. Wah, ternyata telinga merupakan salah satu titik kelemahan mu ya, kapanpun Kau minta nafkah batin yang 'itu' Aku jadi tahu harus menyerang bagian yang mana dulu." Pikiran mes um Raiyan membuat Eliza merinding, wajahnya merah bagai kepiting rebus, ia kesal karena Raiyan senang sekali menggodanya.

"Aku tidak akan pernah meminta nafkah batin yang 'itu' jadi Kau jangan mencoba-coba menerobos tanpa izin dariku, ku peringatkan itu." Eliza menunjukkan lima buku jari yang siap menghajar kalau Raiyan sampai berani melewati batasnya, bukannya takut, Raiyan kembali terkekeh, senang melihat Eliza merona hanya karena godaan-godaan kecilnya.

Eliza sudah siap turun begitu Raiyan membuat rambutnya hampir setengah kering, tapi Raiyan meminta nya untuk mencatok rambutnya agar semakin cantik dengan sedikit gelombang di ujung rambut.

Eliza yang tak pernah menggunakan alat catok terpaksa harus menyerahkan tugas itu pada suaminya. Tak hanya itu, Raiyan juga meminta Eliza berdandan, tapi dasar Eliza yang aslinya tidak punya keahlian merias wajah menolak tawaran Raiyan untuk mendandaninya.

Untuk hal yang satu itu Eliza tak bisa percaya sepenuhnya pada lelaki tulen ini, mana mungkin lelaki tegap perkasa nan tampan ini tahu dasar-dasar merias wajah, pikirnya.

Tapi bukan Raiyan namanya kalau tak berhasil membujuk Eliza, ia akan mengeluarkan semua teori, bahkan sampai meramal apa yang akan terjadi jika Eliza turun dengan wajah polosnya.

Raiyan hanya meratakan tinted sunscreen, yaitu jenis sunscreen yang sudah mengandung foundation. Wajah Eliza yang dulu berjerawat sekarang sudah semulus pantat bayi, hal itu tentu tak lepas dari peran Raiyan yang rela merogoh dompet beberapa bulan lalu demi membuat Eliza jatuh cinta padanya.

Raiyan mendudukkan Eliza di tepi ranjang, sementara dirinya duduk di depan Eliza menggunakan kursi rias yang tadi Eliza duduki.

"kursi ini terasa hangat setelah Kau duduki, tahu tidak itu artinya apa?" Tanya Raiyan yang hanya di jawab dengan gelengan kepala Eliza, Kini Raiyan mulai mengaplikasikan concealer di area bawah mata Eliza.

"Kata orangtua zaman dahulu, kalau kursi yang di duduki terasa hangat, artinya orang itu akan punya banyak anak." Sambung Raiyan.

"Pasti cuma omong kosong, dua puluh lima tahun Aku hidup baru kali ini mendengar mitos yang seperti itu, lagi pula itukan hal yang wajar, tidak wajar itu kalau bekas di duduki malah terasa dingin." Tangkis Eliza sebelum Raiyan kembali melontarkan ucapan-ucapan mes um nya.

Raiyan membuat sesi make up kali ini terasa singkat karena obrolannya yang random, akhirnya Eliza selesai dengan hiasan tipis di wajahnya yang membuat wajahnya lebih hidup dan segar.

Eliza pun takjub melihat wajahnya di cermin, bukan takjub karena wajahnya berubah lebih menawan, tapi lebih takjub lagi wajahnya jadi lebih segar di tangan seorang Raiyan yang notabenenya seorang pria tampan yang memiliki usaha bengkel yang sudah bercabang- cabang.

"Kok bisa?!" Respon Eliza senang.

"Apa Kau seorang bencis? Bahkan Aku yang seorang wanita saja tidak tahu kalau ada teknik make up yang natural begini, seolah-olah tak terlihat bahwa aku sudah di make over."

"Kalau Kau tidak percaya aku lelaki tulen, mari kita buktikan saja sekarang, mumpung masih di kamar."Raiyan menarik pinggang Eliza, menatapnya serius dan dalam sambil berbisik. Jantung Eliza mendadak lupa bagaimana caranya memompa darah secara teratur, degup jantung nya tak karuan seolah Eliza baru saja melakukan lomba lari dan sedikit lagi akan mencapai garis finish.

Eliza di bius oleh ketampanan Raiyan yang tampak sempurna dengan posisi berdekatan seperti ini. kali ini Eliza Benar-benar mati kutu di depan Raiyan, ia sampai memejamkan mata karena tak sanggup menolak, tapi juga enggan menerima.

Raiyan hanya menempelkan kening mereka, hidung mancungnya menyentuh hidung Eliza, tak ada ciuman panas seperti yang Eliza bayangkan karena Raiyan tak harus berbuat sejauh itu ketika usia pernikahan mereka baru tiga hari dan Eliza juga masih bingung dengan perasaannya sendiri.

"Kau cantik. Bersamaku akan ku buat Kau jadi lebih cantik dan berkelas, dan angan heran kalau Aku bisa membuat wajahmu menawan, semua itu karena Aku sengaja ikut kelas make up online demi untuk membuat wajahmu lebih segar pagi ini." ungkap Raiyan lagi.

"Apa? Pasti Kau bohong, kan? Memangnya kapan Kau ikut kelas make up?" Eliza memundurkan kepalanya, menjauh dari wajah Raiyan demi membaca kebohongan di wajah pria itu.

"Aku sengaja bangun sebelum subuh, untungnya semua kebutuhan make up yang sesuai dengan jenis kulitmu sudah Aku tanyakan dengan pemilik salon yang pernah mendandani mu waktu itu."

"Oke, Baiklah. Kau sangat tak terduga Raiyan, Aku takjub sekaligus tersanjung, entah itu betulan atau hanya omong kosong, tapi tolong jangan memeluk pinggangku seperti ini." Ujar Eliza membuat Raiyan melepaskan tangannya

'Kau pasti tak tahu irama jantungku yang biasanya seperti instrument pengantar tidur ini sekarang sudah berubah jadi irama lagu rock.' Sambungnya dalam hati.

Mereka turun sambil bergandengan mesra, anggota keluarga sudah berkumpul lengkap di atas meja, kecuali Oma yang tak kelihatan karena ia sedang tidak enak badan. Mereka menikmati sarapan dalam keheningan.

"Selamat pagi semuanya, maaf Kami terlambat, hair dryer di kamarku rusak, jadi Aku membantu Eliza mengeringkan rambutnya." Ucap Raiyan seperti memberikan clue tentang kegiatan wajib pengantin baru di malam hari, padahal mereka hanya tidur, dan Raiyan tidak menggunakan hair dryer bukan karena alat itu rusak, melainkan ia tak ingin mengganggu tidur Eliza karena suara yang akan di timbulkan dari alat itu.

Eliza yang sangat polos tak mengatakan apapun bahkan tak menunjukkan wajah kepiting rebus nya lagi karena ia tak akan mudah mengerti arah pembicaraan Raiyan.

"Bagaimana tidur kalian, nyenyak?" Tanya papa sambil tersenyum melihat putra satu-satunya yang sudah bergelar suami orang.

"Nyenyak Pa, tadi malam Eliza sampai mengorok karena kelelahan." Eliza merasa malu, jika dia benar-benar mengorok, kenapa juga harus mengatakan tentang gaya tidurnya yang tak estetik tadi malam.

"Wah wah, anak papa benar-benar sudah dewasa, jangan terlalu memaksakan Eliza, kalau Dia kelelahan,Kamu juga yang akan kewalahan." Tawa kedua lelaki itu bagaikan bunyi sekumpulan lebah di telinga Aizel. Ia bahkan belum menyentuh Ardini demi menjaga keperjakaannya untuk wanita yang masih ia cintai, tapi nyatanya wanita itu sudah jadi milik iparnya sendiri.

Eliza yang biasanya sarapan nasi uduk atau lontong sayur merasa kikuk dengan menu sarapan orang kaya di rumah ini, mereka hanya sarapan roti panggang yang diisi dengan daging dan sayuran, mau tak mau ia harus menelan sarapannya itu dengan lambat sekali.

Belum ada setengah potong roti yang habis, nasi goreng datang ke meja Eliza, ia yang tak meminta di buatkan nasi goreng merasa segan sekaligus senang. Segan karena sarapan dengan porsi yang lumayan banyak untuk ukuran orang-orang kaya di rumah ini, dan senang setidak nya ini menu yang bisa di sebutnya sebagai sarapan.

"Makanlah Sayang, tadi Aku yang minta tolong Aizel agar ke dapur dan minta pada ART untuk di buatkan menu kesukaanmu ini." Ucap Raiyan yang pandai membaca situasi, tadi hanya Aizel yang izin menuju ke dapur, jadi bisa di pastikan nasi goreng ini datang atas permintaannya.

Ardini bukanlah wanita bodoh, ia yang sedari tadi diam karena tak suka dengan kehadiran Eliza juga bisa membaca situasi. Kata siapa kehadiran Eliza tak akan merusak kebahagiaannya? Belum apa-apa wanita itu sudah bisa menyulut api cemburu dalam dirinya pagi ini.

1
Wayan Sucani
Gebrakan yg mantap
Mưa buồn
Masukin ke list favorite aku deh, seru banget pokoknya.
erulia: terimakasih sudah membaca novel ini,tunggu kelanjutannya ya kak
total 1 replies
Its_PurpleColor
Endingnya puas. 🎉
erulia: halo kak,masih banyak konflik yang seru di novel ini,tunggu kelanjutannya ya kak
total 1 replies
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!