NovelToon NovelToon
NOT PERFECT MOTHER

NOT PERFECT MOTHER

Status: sedang berlangsung
Genre:Duda / CEO / Cinta Seiring Waktu / Cinta Murni
Popularitas:3.7k
Nilai: 5
Nama Author: Ibu Cantik

Karena bosan dengan kehidupan yang dijalani selama ini, Rania gadis cantik berusia 25 tahun yang telah menyelesaikan s2 di luar negeri ingin mencoba hal baru dengan menjadi seorang OB di sebuah perusahaan besar.

Tapi siapa sangka anak dari pemilik perusahaan tersebut justru menginginkan Rania untuk menjadi pengasuhnya.

Sedangkan Raka duda berusia 40 tahun ,CEO sekaligus ayah dari 3 orang anak yang belum move on dari sang mantan istri yang meninggal pasca melahirkan anak ke 3 nya.

Bagaimana perjalanan Rania dalam menghadapi tantangan yang dibuatnya?.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Ibu Cantik, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Dimana Rania?

Rania menatap layar ponselnya, memastikan alamat sekolah yang ditujukan di Google Maps. Pekerjaan hari ini sedikit berbeda. Tidak seperti biasanya, ia diminta untuk menjemput anak CEO perusahaan, Zian, yang baru berusia 7 tahun. Tugas ini merupakan sesuatu yang baru baginya—Rania adalah karyawan yang baru bekerja di perusahaan, sebagai office girl, namun dia langsung berurusan dengan keluarga CEO. Tugasnya kali ini, meskipun sederhana, memberikan sedikit sensasi berbeda.

Dengan tas kecil di bahu, Rania keluar dari ruangannya dan berjalan menuju parkiran berniat mengambil motornya, tanpa diketahui mobil perusahaan sudah menunggu. Sopir perusahaan, Pak Indra, sudah ada di sana, siap untuk mengantarnya ke sekolah Zian. Entah apa yang akan terjadi jika Raka tau bahwa putranya di jemput menggunakan motor usang Rania.

Setibanya di sekolah, Rania merasa sedikit cemas. Ia tidak tahu pasti apa yang harus dilakukan. Satu hal yang ia tahu, Zian adalah anak dari CEO yang sangat dihormati di perusahaan. Walaupun Zian masih kecil, anak-anak dari orang besar sering kali dilihat dengan mata yang berbeda oleh orang lain.

Mobil berhenti di depan gerbang sekolah, dan Rania turun dengan langkah hati-hati. Ia memeriksa jam tangannya—sepertinya ia datang tepat waktu. Saat itu, matanya menangkap sosok anak kecil yang tengah berdiri di depan pintu sekolah, terlihat sedang menunggu seseorang. Mata Zian, yang begitu cerah dan penuh energi, tertuju pada Rania.

“Zian?” Rania bertanya, memastikan bahwa anak yang ia lihat adalah orang yang tepat.

Zian menoleh dengan cepat, matanya berbinar. “tante Rania!” serunya dengan suara ceria.

Rania terkejut. Nama yang disebutkan itu... sudah sering ia dengar. Bahkan saat itu, ia hampir tidak bisa mempercayai apa yang didengarnya. Zian memandangnya dengan senyuman lebar. Namun, sebelum ia sempat bertanya lebih lanjut, Zian melanjutkan dengan kalimat yang membuat Rania terperangah.

“Kita pernah ketemu di lampu merah, kan? Waktu itu Tante Rania naik motor dan aku lihat dari dalam mobil.” celoteh Zian dengan senang.

Rania terdiam sejenak, wajahnya menunjukkan ekspresi terkejut. Ingatan itu datang begitu jelas—saat itu ia sedang terburu-buru pergi ke kantor, terjebak dalam kemacetan di lampu merah yang sibuk. Di sebelahnya, sebuah mobil mewah berhenti, dan di dalamnya, seorang anak kecil dengan wajah polos dan mata tajam menatapnya. Tidak ada percakapan lebih lanjut, hanya tatapan singkat sebelum lampu hijau menyala.

“Tapi... kamu ingat itu?” Rania bertanya ragu.

Zian mengangguk antusias. “Iya! Aku ingat banget. Tante Rania kelihatan cantik waktu itu.” puji Zian.

Rania terkekeh pelan, meskipun ia sedikit merasa salah tingkah. "Oh... ternyata kamu yang itu," jawabnya, mencoba tetap tenang meskipun di dalam hatinya ada perasaan tak terduga. Bagaimana bisa Zian mengingatnya?

“Ayo, Tan kita pergi!” Zian menarik lengan Rania dengan semangat, melupakan obrolan kecil yang baru saja mereka miliki. Rania mengikuti dengan langkah lebih lambat, sambil berusaha mencerna kenyataan bahwa dirinya dan anak CEO itu sudah bertemu sebelumnya, tanpa disengaja.

Namun, pertemuan singkat itu tetap terasa aneh. Di satu sisi, Zian hanyalah seorang anak kecil, namun bagaimana ia bisa mengingat sesuatu yang sepele seperti itu? Rania menatap wajah Zian, dengan senyum yang tak bisa ia hindari, dan merasa ada hal yang lebih besar yang belum ia pahami.

Zian memandang motor matik milik Rania dengan mata berbinar. Ini pertama kalinya ia merasa begitu bebas, seperti angin yang melesat di antara gedung-gedung tinggi.

“Kamu yakin mau naik motor ini, Zian? Biasanya kan kamu diantar pakai mobil sama supir,” tanya Rania sambil menoleh ke arah bocah itu, memastikan helm kecil di kepalanya terpasang dengan benar. Ya Rania membeli helm kecil karena harus menjemput anak bosnya, yang artinya dia harus mengeluarkan sedikit uang di hari ke dua dia bekerja.

Zian mengangguk semangat, senyumnya begitu lebar. “Aku bosan naik mobil terus! Aku mau seperti anak-anak lain yang bisa merasakan naik motor. Tapi kata kakak singa yang naik motor seperti punya tante Rania cuma rakyat jelata."ucap polos Zian sambil berbinar memandang motor Rania. Leon suka memberi pemahaman aneh kepada adiknya tanpa memikirkan dampak apa yang akan terjadi, contoh nya seperti Rania yang terbengong mendengar ucapan Zian.

"tante kok diam aja ayo, Tante Rania, jalan!” Zian menarik tangan Rania yang masih syok mendengar ucapan Zian.

Rania tersenyum kecil, menyalakan motor perlahan. “Baiklah, tapi kita pelan-pelan saja ya. Jangan pegang apa pun selain aku, oke?”

“oke, siap!” serunya sambil memeluk pinggang Rania erat.

Saat motor mulai melaju, tawa Zian pecah, memenuhi udara di sekitar mereka. Rania ikut tersenyum mendengarnya. Angin sore yang sejuk menerpa wajah mereka, mengibarkan ujung rambut Rania.

“Waaah! tante, ini seru banget! Aku nggak pernah ngerasain kayak gini sebelumnya!” kata Zian sambil sedikit bersandar ke depan, meski tetap memeluk pinggang Rania erat.

“Kan tante sudah bilang, sesekali keluar dari zona nyaman itu menyenangkan,” jawab Rania sambil melirik ke belakang dengan senyum hangat.

"Pantesan kak Leon suka naik motor ternyata seru,tapi motor punya kak Leon tidak seperti ini nanti Zian minta papi beli motor kaya punya Tante Rania deh." celoteh Zian terdengar menggemaskan.

Rania yang menyimak perbincangan anak bosnya hanya terkekeh kecil, bisa-bisanya seorang CEO perusahaan ternama di suruh beli motor yang kalau terkena air langsung mati, Rania ingin tertawa terbahak-bahak membayangkan hal tersebut.

Perjalanan sederhana itu ternyata menjadi momen yang membekas untuk Zian. Ia akhirnya merasa bebas dari bayang-bayang kehidupan mewah yang kerap membatasinya. Saat mereka berhenti di depan taman kecil untuk membeli es krim, Zian tak bisa berhenti tersenyum.

“tante, kita harus naik motor lagi besok, ya!” katanya penuh semangat sambil memegang es krimnya.

Rania tertawa kecil. “Kita lihat nanti, ya. Tapi kamu janji, jangan bilang papa soal ini.” Rania mengusap bekas es krim di sekitar mulut Zian menggunakan tisu dengan lembut.

“Rahasia kita, deh!” Zian menjawab dengan kedipan mata, membuat Rania tertawa lepas. Siapapun akan mengira bahwa mereka adalah sepasang ibu dan anak karena melihat sikap lembut Rania terhadap Zian,dan sikap manja Zian yang tidak pernah mendapatkan perhatian seorang ibu.

Tanpa Zian sadari, kebahagiaan kecil itu juga menyentuh hati Rania. Di balik perjalanan sederhana itu, ia merasa menemukan bagian dari dirinya yang hilang—merasakan cinta dan tawa yang tulus di tengah kehidupan sederhana.

**

1
🎃SЯ ШłŁŁ🎃
Ceritanya bikin seru, terus lah menulis, author!
can: Terima kasih telah mampir di karya author.😍
total 1 replies
Nagisa Furukawa
Karakter keren! 😍
can: Terima kasih sudah mampir dikarya author 😍
total 1 replies
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!