NovelToon NovelToon
Mencintaimu Adalah Luka

Mencintaimu Adalah Luka

Status: sedang berlangsung
Genre:Cintapertama / Kisah cinta masa kecil / Bad Boy / Enemy to Lovers / Idola sekolah
Popularitas:5.5k
Nilai: 5
Nama Author: Jaena19

Kania gadis remaja yang tergila-gila pada sosok Karel, sosok laki-laki dingin tak tersentuh yang ternyata membawa ke neraka dunia. Tetapi siapa sangka laki-laki itu berbalik sepenuhnya. Yang dulu tidak menginginkannya justru sekarang malah mengejar dan mengemis cintanya. Mungkinkah yang dilakukan Karel karena sadar jika laki-laki itu mencintainya? Ataukah itu hanya sekedar bentuk penyesalan dari apa yang terjadi malam itu?

"Harusnya gue sadar kalau mencintai Lo itu hanya akan menambah luka."

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Jaena19, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

tujuh

Hingar-bingar malam yang mulai mendominasi di klub malam yang merupakan milik Dewa sudah dimulai sejak dua jam yang lalu. Tangan Kania sudah mulai mati rasa karena kelas yang terus-menerus datang untuk dicuci olehnya. Pinggangnya terasa kebal karena posisi menunggunya untuk mencuci berbagai gelas itu. Ia tidak mengeluh akan nasibnya sekarang. Pegawai lain juga sama lelah dengan dirinya, bahkan bisa jadi lebih. Tetapi mereka tetap terlihat ramah dengan senyuman, maka dari itu Kania terima saja dengan keadaannya saat ini.

"Karel pesan empat botol!" Teriakan keras yang berasal dari bagian belakang membuat karya menyempatkan diri untuk memutar tubuhnya. Nama Karel itu sangat sedikit di lingkungannya, belum lagi tempat ini milik Dewa yang berarti masih memiliki hubungan Karel. Dan satu hal lagi, tempat ini adalah salah satu saksi bisu acara kejar-mengejar Kania dan Karel. Dalam kata lain Kania yang selalu mengikuti Karel ke sini dengan bantuan Laras. Berarti Karel yang di sebut tadi adalah Karel kesayangannya.

"Kania!" Salah satu bartender di sana memanggil dengan kedua tangan yang sedang mengocok minuman.

"Iya?" ujar Kania tersadar.

"Ngapain?" Bartender itu pertanyaan dengan senyum menggodanya. Kedua matanya jelas menangkap tatapan Kania pada Karel di sebrang sana. Bahkan sebelum Kania pekerja baru waktu di sini pun, ia sudah tahu tentang gadis itu, termasuk kisah cintanya pada Karel." Cuci gelasnya dong." Ucap bartender itu disertai kekehan.

Kania salah tingkah. Ia menggaruk tengkuknya yang tidak gatal sambil menampilkan senyuman lebar pada Andra, kemudian mengangguk. Ah, karena ketampanan Karel, Kania jadi tidak fokus dengan pekerjaannya. Padahal jaraknya dengan Karel cukup jauh, tetapi matanya selalu jadi jika sudah menyangkut Karel.

"Tambah gelas baru!" Andra berucap semangat kemudian menaruh berbagai macam bentuk gelas ke samping Kania. Gas yang sebelumnya saja belum selesai, eh sudah ada lagi. "Ya istirahat setengah jam lagi ya, Kan," lanjut Andra setelah melirik jam tangannya.

Kania mengangguk dengan semangat semangat, itu yang ia tunggu sedari tadi.

Dari perspektif lain, maka kalian akan menemukan kehidupan Karel yang berbeda dengan Kania. Di saat gadis itu kelelahan mencuci kelas, maka Karel pun kelelahan karena sudah berkali-kali menuangkan minuman yang bukan untuk dirinya.

Ia menyadari kehadiran Kania di balik bar, tetapi sikap acuhnya itu membuatnya tidak peduli dan memilih untuk menikmati malam ini.

"Laras mana, Rel?" Fabian sedikit berteriak.

Karel memandikan bahunya, tanda ia tidak tahu kemana sepupunya yang satu itu pergi. Tadi Laras ada, tetapi beberapa menit yang lalu baru saja menghilang dari penglihatan Karel.

"Kenapa?"

"Dewa nyari."

Karel mengangguk, kemudian menegak kembali minumannya. Ia bersyukur karena Laras tidak dekat-dekat dengannya malam ini, ia juga bersyukur karena Kania sibuk dengan pekerjaannya. Karena jika tidak, pasti Laras sudah menurun Kania untuk gencar mendekatinya. Memang dari semua sepupunya, hanya adik Dewa yang paling menyebalkan.

Jika berada di sekolah, boleh selalu berteriak lantang kalau dirinya bukan bagian dari keluarga mereka, di saat siapapun sudah tahu latar belakang gadis itu. Tetapi jika sudah menyangkut Kania, laras adalah orang pertama yang akan mengaku dirinya bagian dari keluarga mereka dan merupakan sepupu dari seorang Karel. Bahkan gadis itu pernah marah pada Karel hanya karena surat dari Kania dibakar olehnya di hadapan gadis itu. Dan berakhir Laras mengadu kepada papanya sehingga mobil Karel ditahan oleh papanya.

Karel itu paling tidak suka jika ada yang mendekatinya dengan maksud aneh-aneh, contohnya seperti Kania. Tidak ada dalam kamus dirinya yang menjelaskan bahwa perempuan dianggap oleh mendekati seorang laki-laki. Sama sekali tidak ada.

"Karel!"

Suaranya ingin seketika memasuki baling pendengarannya itu berhasil meloloskan helaan napas dari bibirnya. Baru saja dipikirkan, orang yang dimaksud muncul.

"Pinjam korek!"

Mendengar teriakan selanjutnya dari Laras, membuat Karel memijitkan kedua matanya pada gadis itu. Jika Laras datang menggunakan jaket, pasti Dewa sudah memarahi gadis itu karena kembali memakai pakaian yang terbuka. Dan itu adalah salah satu alasan Dewa mencari Laras beberapa menit yang lalu.

"Ngapain?!" Karel menyahut dengan galak.

"Di cariin sama Abang Lo tuh!" lanjutnya berusaha mengalihkan pembicaraan.

Laras mengangguk." Ini mau keluar,"balasnya. Ia kemudian beringsut maju dengan cengirannya yang semakin lebar, gadis itu menyodorkan telapak tangannya ke hadapan Karel." Pinjam korek!" Pintanya lagi.

"Buat apa sih?!"desis Karel jengkel.

"Lo mau ngerokok?! Udah siap diomelin sama Dewa?!"

Laras mencebik." Galak banget sih! Gue cuma minjam korek harga gocengan, bukan botolan!"

" Beli botolan aja sama! Gue kasih!"

Laras kesal sendiri. " Pinjam sebentar ih!"

Karel mendengus, tetapi pada akhirnya memberikan juga korek apinya yang berwarna hitam polos itu. "Kalau sampai ilang gue gebuk Lo!"

"Aw, gebuk aku dong sayang!" Canda Laras kemudian terkekeh." Oke, makasih ya."

Belum sempat Laras meninggalkan Karel, tangan laki-laki itu lebih dulu menahan pergelangan tangan  Laras, sehingga gadis itu kembali memutar tubuhnya." Jangan kasih ke Kania!" ucapnya tajam.

Bukannya mengangguk, Laras malah mendengarkan senyuman menggodanya. " Cie perhatian banget!" Godanya tanpa ragu. Tidak ada Sania di dekat Karel, jadi hal itu mudah sekali Laras lakukan. Lagi pula kalaupun gadis itu ada, Laras juga tidak keberatan menggoda Karel seperti barusan. Laras mencubit gemas dagu Karel seraya mengeluarkan raut gemasnya.

"Najis!" maki Karel di detik selanjutnya. Terkadang ia berpikir, kenapa dirinya harus sedarah dengan gadis seperti Laras dan disukai oleh gadis yang sifatnya sama seperti gadis itu.

Laras tidak bodoh dengan mengabulkan permintaan Karel dan Fabian yang sama-sama mengatakan jika kakaknya mencarinya dan menunggunya di depan. Karena kalau dirinya menghampiri Dewa, yang ada kakaknya itu akan menarik paksa dirinya untuk pulang. Tahu siapa yang selalu menjadi dalang supaya Dewa menariknya untuk pulang? Siapa lagi kalau bukan Karel.

Sudah cukup ia bertemu Dewa beberapa menit yang lalu dan menghadiahinya jaket kulit tebal pada bahunya saat ini. Ia tidak mau Dewa bertemu dengannya lagi dan menariknya pulang begitu mudah.

Tanpa diberitahu pun lara sudah sadar diri, jika kehadirannya di sekitar Karel adalah gangguan besar bagi laki-laki itu. Kalau saja bukan karena memiliki sahabat yang tergila-gila dengan si dingin Karel, Laras juga tidak mau dekat-dekat dengan laki-laki itu.

Rokok selaras teralih ketika sudut matanya sudah menemukan kehadiran Kania yang baru saja keluar dari pintu belakang. Gadis itu sedang memukul-mukul pinggangnya. Senyumnya melebar, kemudian menaruh ponsel yang menemaninya sedari tadi untuk kembali ke dalam tasnya.

"Capek?" godanya dengan kekehan.

Kania menggeleng." Lumayan, tapi gue belum mau nyerah." balasnya dengan penuh tekad itu.

"Lagian Lo ngapain sok ngide buat kerja si? Duit buat Lo buat ngerokok abis? Gue masih mampu minjem-"

"Gue gak mampu bayarnya, Ras!" Kania lebih dulu menyela. Ia jelas tau dan sadar, isi dompet Laras itu sama dengan dua kali gaji Farhana setiap bulannya, bahkan bisa jadi juga lebih daripada itu. Laras juga sudah berkali-kali meminjamkan uang kepadanya dan menolak untuk dikembalikan. Hal itu yang membuat Kania tidak suka. Ia berteman dengan Laras bukan karena menyukai isi dompetnya, tetapi dia menyukai kepribadian gadis itu yang hampir sama dengannya.

Kania keluarkan tangannya pada saat celana yang terasa sangat keras menghimpit kakinya. Ia mengeluarkan kotak putih dari sana dan melemparnya ke atas meja. " Nih!" tunjuknya. " Gue masih mampu buat beli ini," desisnya yang di balas tawa kecil oleh Laras.

"Nih!" Gantian Laras yang melempar benda kecil yang dia pinjam dari Karel ke atas meja.

"Wah!" Kedua mata Kania berbinar seketika. Ia dengan cepat mengambil benda hitam itu kemudian tersenyum lebar pada Laras." Paling baik deh Lo!" Ucapnya senang, ia mengacungkan jempol pada gadis itu.

"Iya dong!" Laras menyahut bangga.

"Besok Lo balikin sendiri ya!" usulnya yang langsung dibalas anggukan semangat oleh Kania. Tentu saja gadis itu bersemangat, karena baru saja Laras memberikannya korek hitam milik Karel dan mengusulkan dirinya untuk mengembalikan benda itu sendiri. Itu artinya ia memiliki alasan lain untuk menganggu Karel besok.

Kania mengeluarkan selinting rokok dari dalam kotak, kemudian tersenyum tipis dan menyalakan benda itu menggunakan korek milik Karel. "Kok bisa jadi manis ya!" Kania membulatkan matanya terkejut.

"Bacot banget!" Laras mendengus. Tangannya baru saja hendak mengambil kotak kembali di taruh Kania di atas meja, tapi terhenti begitu saja begitu Kania kembali mengambil kotak itu. Kania menatapnya dengan tatapan tajam.

"Mau ngapain Lo?!" Kania bertanya dengan sedikit tajam.

Laras menunjukkan deretan giginya." Coba satu boleh?"

"Enggak!" Kania menyahut dengan gelengan.

"Yaudah, gue coba punya Lo aj-"

"Engga!" ucap Kania semakin galak.

Laras mendengus kesal. "Pelit Lo!"

"Gue bukannya pelit, Laras." Kania kembali membantah, kemudian kembali menghisap benda itu." Lo mau rusak kayak gue?" lanjutnya dengan sebelah alis yang terangkat.

Ia kemudian mengangkat batang rokoknya itu ke atas seolah

menunjukkan benda itu dengan jelas pada Laras. " Ini benda bisa buat Lo mati tau."

"Kalau udah tahu bantal itu bisa bikin mati, lu ngapain masih ngerokok?" ujar Laras sinis. Jujur saja, Laras juga ingin merasakan benda itu. Kata orang bend situ terasa,Anja, tetapi setiap kali ia ingin mencoba, Kania slku berhasil menghalangi niatnya.

Bukannya menjawab, Kania malah terkekeh dan kembali menghisap benda itu. "Gue udah rusak, bukan berarti gue akan ngajak temen gue ikut rusak juga," lanjutnya.

"Gue gak merasa kalau Lo rusak, gue-"

Kania segera memotong ucapan Laras." Gue yang merasa." Kania menatap Laras dengan tatapan tak terbacanya." Kehidupan Lo nggak buat Lo butuh benda ini." Kania kembali menunjuk benda itu.

Laras diam, lebih tepatnya menatap Kania penuh pertanyaan. Selama dua tahun menjadi teman Kania, selama itu juga Kania tidak pernah menceritakan kehidupan gadis itu padanya. Sesekali pernah, tetapi semua itu hal yang baik dan tidak membuat Laras penasaran dengan kehidupan Kania. Tapi ketika dia menyadari kejanggalan yang terjadi antara Kania dan Raihan yang terkenal tidak bisa akur itu, membuat Laras menjadi tidak yakin dengan kisah yang pernah Kania ceritakan padanya.

" Lo lagi krisis duit kan?" Tebak Laras kemudian mengembangkan senyumnya. Ia tidak akan memaksa Kania untuk menceritakan perihal kehidupan dia yang sebenarnya. Karena ia tahu, kenyamanan akan lebih dulu datang, sebelum kepercayaan muncul.

1
Suryani Tohir
nice
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!