Jian Lushi menjadi salah satu korban tewas, dalam kecelakaan tabrakan mobil beruntun.
Akibatnya, jiwanya mengalami perjalanan melintas waktu ke dimensi lain.
Kemudian jiwanya masuk kedalam raga seorang gadis petani malang, yang tanpa sengaja mati akibat ulah saudaranya sendiri.
Yuk ikuti perjalanan Jian Lushi, dalam menjalani kehidupan barunya di dunia asing.
Mohon dukungannya.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon indah_sakabian, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
7. Tontonan Gratis
...----------------...
"Wang Cuilan, pria liar mana yang kau maksud?" kakek kepala desa langsung memanggil nama lengkap Bu Jian. Bagaimanapun mereka masih termasuk kerabat, paman dan keponakan.
"Bagaimana mungkin seorang ibu, tega berkata seperti itu kepada anaknya. Apa kau tidak mengenal bagaimana putrimu sendiri? Sehingga kau langsung percaya pada rumor murahan tanpa bukti seperti itu."
"Atau memang kalian sekeluarga sudah bersekongkol, merencanakan kematian anak keempatmu?" lanjut kakek kepala desa sambil menatap pak Jian dan Bu Jian bergantian.
"Paman, apa yang Paman katakan. Bagaimana mungkin kami melakukan hal seperti itu. Lushi sendiri yang memilih pergi bersama pria liar itu." ujar Bu Jian tidak terima.
"Benar, paman kepala desa. Kenapa anda hanya menyalahkan kami?" pak Jian juga merasa tidak terima jika dia dan keluarganya di salahkan.
"Lalu, pria liar mana yang pergi bersama gadis Lushi? Bukankah semua itu hanya akal-akalan kalian saja. Supaya gadis Lumiao bisa bertunangan dengan anak tuan tanah dari kota, menggantikan Lushi. Aku tidak pernah menyangka kalian benar-benar melakukan perbuatan tercela seperti ini, hanya karena terlalu bias dengan salah satu anak." ucap kakek Wang tegas.
Di ruangan lain di rumah Jian, yang hanya terhalang dinding dengan ruang tamu, Lumiao menjadi cemas dan mengeluarkan banyak berkeringat dingin, setelah mendengarkan ucapan kepala desa. Saudara laki-laki dan ipar juga cemas, tapi lebih di dominasi dengan kemarahan pada Lushi.
Jika saja gadis mati itu tidak kembali, pasti keluarga mereka baik-baik saja sekarang. Tapi gadis itu tiba-tiba kembali dan menimbulkan masalah baru untuk keluarga Jian. Yang paling menyebalkan adalah melihat adik kesayangan mereka menderita karena gadis mati itu. Seperti saat ini, melihat Lumiao terus menangis hingga matanya bengkak, hati mereka sakit.
Dari ruang tamu, kakek kepala desa masih terus melanjutkan ucapannya. Mau tidak mau mereka juga kembali diam mendengarkan.
"Padahal jika kalian bicara baik-baik dengan gadis keempat, dia akan mendengarkan kalian. Dan dengan senang hati membiarkan Lumiao bertunangan dengan pemuda kota itu, menggantikan dirinya. Tidak perlu bersusah payah menyusun rencana memalukan dan merusak reputasinya seperti ini."
Deg
Keluarga Jian tidak pernah menyangka, kepala desa akan secepat ini mengetahui rahasia mereka. Padahal mereka sudah melakukan semuanya dengan pelan dan bersih.
"Pasti semua ini karena gadis mati itu, yang mengadu kepada kepala desa." Bu Jian menatap Lushi dengan tatapan membara.
"Wow... matanya mengerikan sekali. Coba bisa keluar apinya, pasti lebih keren." gumam Lushi saat metanya bertabrakan dengan mata Bu Jian.
Di lain sisi, Lumiao menarik lengan Lusan, sambil berkata, "Kakak ketiga... Bagaimana ini... Aku takut..."
"Tenang... Semua yang terjadi tidak ada hubungannya dengan Miao'er." Lusan mencoba menenangkan adik kesayangannya.
"Kenapa juga gadis sialan itu masih hidup. Sial." gumam Lusan dalam hati. Dia tidak tega melihat adik kesayangannya terus menangis karena gadis sialan itu.
Seperti biasanya, meskipun Lumiao yang melakukan kesalahan, tapi tetap saja Lushi yang selalu di salahkan. Dan dengan bodohnya, pemilik tubuh asli selalu menerima menjadi yang di salahkan.
Lushi hanya bisa menghela nafas, mengingat pemilik sebelumnya yang terlalu naif dan pasrah menerima. Jika itu Lushi yang sekarang, pasti akan melawan, membalas dan memukuli mereka hingga babak belur.
"Paman, keluarga kami tidak pernah merencanakan hal tercela seperti itu. Semua yang terjadi pada gadis ma- Lushi, hanya kecelakaan. Atau bisa juga keinginannya sendiri. Tidak ada hubungannya dengan kami." ujar Bu Jian membela diri.
Lushi hanya memutar kedua bola matanya.
"Aku tau kau dan keluargamu tidak akan pernah mau mengaku." ucap kepala desa. Mata tuanya menatap pak Jian dan Bu Jian dengan tatapan kecewa.
"Orang tua seperti mereka ini memang tidak layak untuk gadis keempat. Kebiasan mereka bisa membinasakan segalanya." gumam kakek kepala desa.
"Sekarang semuanya sudah terjadi sampai sejauh ini. Mau bagaimana lagi kalian mengelak?" tanya kepala desa yang tidak ingin mengulur-ulur waktu lagi. Apalagi masih ada penjaga gunung yang masih mengikuti keberadaan Lushi.
Di tambah sudah banyak tetangga yang berkerumun di depan halaman rumah keluarga Jian. Selain penasaran dengan urusan keluarga Jian yang akhir-akhir ini menjadi topik perbincangan hangat. Mereka juga suka mencari hiburan, dengan cara menyaksikan tontonan gratis dari rumah-rumah yang bermasalah.
"Sebenarnya dengan kejadian ini, kalian sekeluarga bisa di tuntut dan di penjarakan sesuai dengan hukum yang berlaku. Dengan tuduhan percobaan pembunuhan berencana." ucap kepala desa dengan nada yang hanya bisa di dengar anggota keluarga Jian.
"Tapi sebagai anak yang berbakti, dan menghormati kedua orang tuanya, serta menyayangi saudara saudarinya. Lushi tidak ingin memperpanjang masalah ini. Hanya saja dia memiliki syarat, yaitu memutuskan hubungan keluarga dengan kalian."
"Maka dari itu, segera tanda tangani surat perpisahan keluarga ini. Dan semuanya akan selesai." lanjut kepala desa, dengan sedikit mengancam.
Bagaimana juga kalau berurusan dengan hukum dan penjara, semua rakyat kecil akan takut. Tak terkecuali keluarga Jian yang memang melakukan kejahatan, dan juga memiliki hati nurani bersalah.
Bu Jian juga merasa ketakutan, tapi masih memikirkan keuntungan dan kerugian yang akan di dapatkan.
"Paman, bagaimanapun aku yang melahirkan Lushi dengan susah payah, hingga mempertaruhkan hidupku. Aku yang merawatnya dan membesarkannya hingga seperti sekarang ini."
"Bukankah sebagai anak, dia memiliki kewajiban untuk berbakti kepada kami, orang tuanya. Bagaimana bisa dia meninggalkan kami begitu saja." ucap Bu Jian percaya diri.
"Aku juga tau, kalau tubuh ini tidak keluar dari celah batu, dengan sendirinya." gerutu Lushi dalam hati.
"Jadi bagaimana dia akan menunjukan baktinya, jika keluarga kami terpisah?" tanya ibu Jian. Yang sebenarnya adalah meminta Lushi untuk selalu memberikan uang tunjangan kepada mereka.
"Wang Cuilan, kau tidak perlu bertele-tele. Dan jangan terlalu tidak tau malu." ucap kakek Wang geram.
"Cuilan, kami dan seluruh desa, bisa menjadi saksi. Kalau selama ini gadis Jian selalu kau perlakukan tidak adil. Dari kecil tenaganya sudah kau peras untuk melakukan segala macam pekerjaan kasar dan berat. Sedangkan Lumiao kau perlakukan selayaknya putri mahkota." ujar nenek Su, yang sedari tadi mulutnya sudah terasa gatal.
"Apakah tenaga dan uang yang di hasilkan Lushi selama ini masih kurang untuk membayar biaya makan yang tidak seberapa, yang kau berikan padanya?"
"Silakan hitung sendiri," lanjut nenek Su sinis.
"Bibi, Lushi melakukan semua pekerjaan itu di rumah orang tuanya sendiri. Jadi tidak perlu perhitungan." jawab Bu Jian cepat.
"Heh, lalu selama ini Lushi makan di rumah orang tuanya sendiri, atau di mana?"
...----------------...
bunga mendarat/Rose//Heart/