NovelToon NovelToon
Pengejar Lelaki

Pengejar Lelaki

Status: sedang berlangsung
Genre:Cintapertama / Cinta pada Pandangan Pertama / Cinta Seiring Waktu / Romansa
Popularitas:501
Nilai: 5
Nama Author: Khara-Chikara

Ima mengalami hal yang sangat luar biasa pada kehidupan nya yang beranjak dewasa. Dia baru tahu bahwa cinta harus memandang usia, uang, kualitas, fisik bahkan masih banyak lagi. Hal itu membuatnya bimbang akan pilihan kedepan nya bagaimana dia menemukan sesosok pria yang begitu baik untuk menemani kehidupan nya.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Khara-Chikara, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Chapter 11

"Dia bilang banyak wanita wanita yang menunggu ibunya di sini untuk di perkenalkan menjadi pacar nya, tapi kenapa tidak ada satu pun tempat ini yang bersih.... Haiz... Aku juga tidak kuat jika melihat tempat kotor seperti ini, ini waktunya menjadi Ima rumah tangga," ia langsung meletakan tas nya dan menemukan apron di sana.

Tak lupa mengikatkan rambut nya dan melinting bajunya untuk mudah di gunakan, ia terlihat menggunakan apron itu. "Baiklah, apartemen sebesar ini juga sudah jelas harus bersih," ia mengambil sapu. Sepertinya dia akan membersihkan tempat itu.

Selama 30 menit, dia berhasil membersihkan debu, sampah dan merapikan barang berantakan tak lupa membuka gorden agar semuanya tersinari matahari.

Ima melihat dari jendela bahwa sebentar lagi sore karena sudah jam setengah 4.

"Aku masih ada waktu setengah jam menyiapkan sesuatu sebelum ibu Argani pulang," gumam nya, ia lalu berjalan ke dapur dan membuka lemari es juga rak rak makanan di sana.

"Wah... Banyak banget makanan nya, ada daging, sayur... Buah!!" Ima menatap senang. "Di rumah sama sekali tak ada bahan bahan se komplit ini.... Haiz, sudahlah, ini juga punya orang lain, aku akan memasak makan malam," ia mulai menyiapkan bahan-bahan dan memasak.

Mulai dari mengiris, memasak dan menyiapkan nya, hingga benar-benar selesai, semuanya tampak enak.

"Huf... Akhirnya selesai," tak lupa ia juga mencuci barang-barang yang ia pakai tadi. Lalu melepas apron nya.

Apartemen itu sekarang benar-benar sangat bersih dan rapi, apalagi makanan yang telah dibuat dengan tampak enak dan menggugah selera makan.

Ima menatap ke jam dinding. "Aku masih punya waktu 5 menit, baiklah, aku akan mandi..." Ia dengan ceria berjalan ke kamar mandi.

Di saat itu juga, tepat jam 5 sore. Ada yang masuk ke tempat itu. Seorang wanita paruh baya dengan penampilan yang muda, meskipun dia paruh baya, dia tampak seperti wanita yang memiliki bisnis tinggi.

Dia masuk dan melihat sekitar, seketika mata nya benar-benar tak bisa dikatakan tenang, dia benar-benar berwajah tak percaya melihat tempat itu benar-benar bersih. "Apa yang terjadi? Bukankah biasanya tidak serapi ini?"

Lalu ia juga mencium aroma yang enak, langsung berjalan ke dapur dan melihat makanan enak di sana.

"Siapa yang melakukan ini?" ia melihat sekitar, di saat itu juga menemukan tas Ima yang ada di bangku sofa. Ia mengambilnya. "Ini tas belajar?"

"Tidak mungkin bukan? Apakah ini tas milik orang lain, tidak mungkin ini milik Argani," ia masih memasang wajah serius itu. Sepertinya tak lain adalah, dia ibu dari Argani.

Dia benar-benar datang tepat pada waktunya, tapi sayang nya Ima masih bersiap di kamar mandi dan tidak tahu ibu Argani datang.

Tak lama kemudian, Ima berjalan keluar dengan tubuh yang sudah rapi. Ia terkejut melihat ada wanita yang memegang tas nya.

Wanita itu juga menoleh dengan melirik. "Siapa kau?"

"Ah!" Ima terkejut. "Rupanya sudah datang. Maafkan aku tidak menyambut Anda, aku menyiapkan diri ku tadi... Maafkan aku," Ima menundukan badan berkali kali.

"Apa maksud mu? Kau belum mengatakan siapa kamu?"

"Aku... Aku... Um.... Apakah aku harus mengatakan pacar Argani... Aku hanya diminta oleh Tuan Argani menyiapkan kepulangan anda dengan nyaman," kata Ima.

"Jadi, kau menyiapkan semua ini? Kau merapikan tempat ini? Dan juga memasak?"

"I-iya,"

"Katakan padaku, siapa nama mu dan kenapa Argani memintamu?"

"Aku Ima, sebenarnya aku diminta Tuan Argani untuk menjadi pacar nya di depan Anda."

"Hm? Tapi dia bukankah berkata kau benar-benar pacar nya?"

"Um... Ya... Sepertinya aku memang harus pura-pura," Ima menatap pasrah.

Tapi tiba-tiba wanita itu memegang kedua tangan Ima membuat Ima terkejut bahkan tangan nya terangkat. "Ima... Berapa umurmu?"

"Aku... Hampir 20 tahun."

"Masih begitu muda, aku suka padamu," kata wanita itu membuat Ima terkejut.

"Apa?! Tapi bukan nya Mas Argani bilang.... Aku akan gagal di depan ibunya, tapi kenapa ini begitu mudah?"

Tak lama kemudian Argani datang dan melihat mereka berdua yang sedang berdiri berhadapan. Argani langsung memanggil membuat ibunya itu menoleh padanya.

"Ibu, kapan ibu datang, aku benar-benar minta maaf tidak datang sebelumnya karena soal pekerjaan, apakah dia menyambut mu dengan baik?" tatap Argani yang mendekat padanya.

"Dari mana saja kamu meninggalkan pacarmu ini sendirian di sini dan bekerja membersihkan rumah pastinya dia akan lelah," wanita itu yang merupakan ibu Argani menatap marah pada Argani yang terkejut mendengar perkataan ibunya sendiri.

"Apa... Membersihkan rumah ini?!" Argani terdiam, ia lalu melihat sekitar dan sangat terkejut karena melihat banyaknya barang-barangnya tertata rapi dan semuanya bersih tanpa ada rasa berantakan sama sekali.

"Apa yang terjadi?! Bukankah Apartemen ini memang sangat buruk aku sengaja memilih Apartemen ini untuk mereka yang mengikuti ujian Ibu untuk menjadi pacarku tapi kenapa di sini sangat bersih, selama ini mereka tak pernah melakukan sesuatu seperti ini tapi kenapa perempuan ini melakukannya?!" pikir Argani dengan bingung sambil menatap Ima yang memasang tatapan polos dari tadi.

Lalu ibu Argani kembali memegang kedua tangan Ima yang membuat Ima terdiam.

"Lihat ini, tangannya begitu terlatih untuk membersihkan semua ini, tangan yang sangat langka dan begitu tidak dapat dimiliki banyak orang, sesuatu yang seperti ini tidak boleh disia-siakan meskipun tangan ini lebih berbeda dari tangan cantik lainnya tapi dia tetap memiliki tangan yang cantik karena melakukan sesuatu pekerjaan yang sangat berat seperti ini. Wanita yang memiliki harga diri tinggi pastinya tahu akan pekerjaannya meskipun dia memiliki garis batas yang tidak sama seperti lelaki yang mencari uang," kata ibu Argani menatap Ima dengan tatapan yang sangat ramah dan juga nyaman.

"Apa yang terjadi, kenapa ibu memasang senyuman itu pada seorang wanita yang bahkan belum aku tidak kenal, aku dari awal menduga bahwa Ima hanyalah akan gagal dengan ujian ini, tapi rupanya selera Ibu memang seperti ini," Argani menatap terpaku sambil melihat sekitar, tak percaya Ima membersihkan semuanya padahal apartemen itu juga sangat besar bahkan ia juga melihat banyaknya makanan di dapur yang sudah dibuat oleh Ima tadi.

"Sepertinya aku salah berpikir soal perempuan ini, dia perempuan rumahan dan ibu lebih suka selera itu," ia kembali berpikir.

"Um... Bibi tolong um... Lepaskan tanganku mungkin Anda bisa langsung makan dulu, aku sudah membuatkannya tadi," Ima menatap mencoba ramah.

"Ya jangan panggil bibi dong, panggil Ibu saja, kamu akan menikah dengan anak ku nanti," kata ibu Argani.

Seketika Ima dan Argani sendiri terkejut mendengar itu.

"Tunggu.... Tunggu ibu, maksud ku, bibi, ini tidak seperti yang anda pikirkan, aku hanya disuruh oleh Argani, ini semua kesalahpahaman," Ima menatap panik dengan menjelaskan.

"Apa maksudmu?" Ibu Argani menatap bingung.

Tapi sebelum Ima mengatakan nya lagi, tiba-tiba Argani langsung memegang dan menarik tangan nya. "Ikut aku sebentar," membuat Ima menjauh dari Ibu Argani dan meninggalkan nya, mereka pergi ke dapur yang jauh dari Ibu Argani.

Setelah itu, Argani menatap Ima dengan masih tanpa sadar memegang tangan Ima. "Hei, dengar… Apa kau benar-benar tak memiliki pacar sebelumnya?"

Mendengar itu membuat Ima masih terdiam, dia bahkan ragu dan kemudian perlahan menatap tangan nya yang masih di pegang Argani.

Hal itu membuat Argani terkejut dan tersadar langsung melepasnya. "Maaf… Hm… Jadi, bagaimana?"

"Um, jika kau bertanya begitu, aku memang tak memiliki pacar sebelumnya," kata Ima membuat Argani kembali mengatakan kalimatnya.

"Kalau begitu… aku akan, memberikan mahar 50 juta, tapi jika kau ingin lebih, aku akan lakukan..." tatapnya sambil mengusap beberapa kali leher belakang nya dan wajah yang tak nyaman.

"Hah, jadi, maksudmu, kau ingin menikahi ku?!" Ima tampak terkejut tak percaya.

"Dengar, aku salah menilai mu, dan ibuku selalu tak pernah meleset jika harus memilih orang, karena sekarang pilihan nya bagus, jadi aku harus memilikinya agar ibuku juga senang… Jadi, kau hanya harus mengatakan pada ibuku bahwa kau memang pacarku, apa salahnya membuat ibuku senang, karena sebelumnya sudah beberapa kali yang ibu tolak, ya karena mereka memang tidak sesuai…" kata Argani.

"Jadi?" Ima menyilang tangan menatap dengan alis terangkat satu.

"Jadi… Hm… Aku akan urus semuanya, kau hanya perlu katakan pada ibuku bahwa kau pacarku, kemudian dia menyetujui kita dan aku langsung urus surat nikah nya..." kata Argani mengatakan itu semudah membalik telapak tangan nya.

Ima yang dari tadi di buat berpikir dengan ragu terus saja terdiam. "Kenapa dalam hidupku, baru kali ini aku mendapatkan pernyataan yang sungguh aneh. Bagaimanapun juga, jika dilihat dari sisi ekonomi, memiliki pasangan seperti Argani adalah pilihan yang baik, tapi… sepertinya aku harus berpikir dulu," kata Ima membuat Argani terdiam.

"Kenapa harus berpikir dulu? Aku akan menjamin kehidupan mu baik, dan yang harus kau lakukan sekarang, buat ibuku suka…" Argani mencoba meyakinkan nya.

Tapi Ima tetap menolak. "Maafkan aku, tolong… Meskipun ini adalah sebuah ikatan hubungan yang dilalui dari ibumu, bukan berarti ini adalah cinta di antara kita…"

"Kalau begitu! Aku akan membuat mu cinta padaku!" Argani langsung mengatakan itu dengan tegas membuat Ima terkejut mendengarnya.

Tapi mendadak ibunya datang sambil menyilang tangan menatap mengintimidasi pada Argani. "Jadi…? Aku sudah mendengar semuanya…" tatapnya membuat Ima dan Argani terkejut.

"Ibu biarkan aku menjelaskannya," Argani menatap.

"Sebenarnya ini adalah perempuan yang waktu itu menghancurkan hadiahku yang akan aku berikan kepada ibu dan itu tentunya tidak murah dan dia bilang dia akan mengganti ruginya apapun yang terjadi, jadi aku berpikir mungkin perempuan ini juga bisa memuaskan permintaan Ibu karena saat itu ibu mau hadiah yang lain dari hadiah yang rusak itu yakni pacar untukku. Selama ini wanita yang sudah ku dapat-dapat terus, ibu selalu memutuskan kami karena Ibu tidak suka pada mereka hanya karena tidak sesuai dengan permintaan ibu, aku tidak tahu permintaan ibu itu seperti apa Jadi aku hanya asal mengambil Ima saja, aku juga sudah berpikir bahwa dia nanti juga akan sama seperti wanita lain di hadapan ibu tapi ternyata tidak. Sebenarnya apa yang membuat Ibu berpikir bahwa Ima lebih beda dari wanita yang lain?" Argani menatap.

"Kamu ini berpikir apa dia sudah jelas berbeda dari yang lain, kebanyakan wanita di sini itu sangatlah mementingkan penampilan mereka, kecantikan mereka dan juga hanya untuk merayu laki-laki di luar sana. Percuma saja memiliki pacar yang cantik tapi tidak tahu apa-apa soal rumah tangga, bagaimana jika kalian membangun rumah tangga nanti, apakah kamu yang mengurusi anakmu nanti, tidak bukan, sementara istrimu hanya enak-enakan dandan. Gadis ini, dia begitu cantik natural. Kulitnya begitu putih tanpa apapun, benar bukan?" Ibu Argani menatap Ima.

"I-iya terima kasih, ini sebenarnya keturunan dari Ibu dan ayahku," Ima membalas.

"Lihat, ini sudah sempurna," Ibu Argani menatap putranya yang terdiam dan malah menatap ke Ima dengan serius.

1
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!