NovelToon NovelToon
THE REGRET OF MY SEVEN BROTHERS

THE REGRET OF MY SEVEN BROTHERS

Status: sedang berlangsung
Genre:BTS / Keluarga / Angst
Popularitas:1.6k
Nilai: 5
Nama Author: BYNK

"The Regret of My Seven Older Brothers"

Di balik kehidupan mewah dan kebahagiaan yang tampak sempurna, delapan bersaudara hidup dalam kesejahteraan yang diidamkan banyak orang.

Namun, semuanya berubah ketika kecelakaan tragis merenggut nyawa sang ayah, sementara sang ibu menghilang tanpa jejak.

Si bungsu, Lee Yoora, menjadi sasaran kemarahan dan penilaian keliru ketujuh kakaknya, yang menyalahkannya atas kehilangan yang menghancurkan keluarga mereka.

Terjebak dalam perlakuan tidak adil dan kekejaman sehari-hari, Yoora menghadapi penderitaan yang mendalam, di mana harapan dan kesedihan bersaing.

Saat penyesalan akhirnya datang menghampiri ketujuh kakaknya, mereka terpaksa menghadapi kenyataan pahit tentang masa lalu mereka. Namun, apakah penyesalan itu cukup untuk memperbaiki kerusakan yang telah terjadi?.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon BYNK, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

BAB 25: Sikap Taehwan

Setelah hari kelulusan Yoora dan Jungsoo yang hanya berselang beberapa hari itu berlalu, kini keduanya hanya berdiam diri di rumah untuk menikmati waktu santai masing-masing. Namun, waktu santai itu tidak sepenuhnya dimiliki oleh Yoora. Dia masih sibuk dengan rutinitasnya di rumah, melayani semua perintah saudara-saudaranya. Rasanya, impian untuk masuk ke universitas impiannya semakin jauh dari jangkauan. Dia merasa terpaksa harus mengutamakan keinginan Seonho, meskipun hatinya bergejolak.

"Yoora..." panggil seseorang, suara itu membuat Yoora yang tengah membersihkan dapur setelah selesai memasak sarapan untuk semua saudara, terpaksa berhenti dan menoleh ke sumber suara.

"Iya..." jawab Yoora, melihat Taehwan yang berdiri di belakang nya dengan tatapan yang sulit dibaca. Tanpa sadar, dia menunduk, merasakan ketakutan yang sudah mengakar dalam dirinya saat berhadapan dengan Taehwan.

Bukan tanpa alasan. Sejak dahulu, ketakutannya terhadap Taehwan muncul karena mereka selalu mencari-cari kesalahan yang membuat Yoora terjerat dalam masalah. Jihwan dan Jungsoo pun sama, semua saudara bungsunya itu sering kali membuat hidupnya terasa sulit. Oleh sebab itu, Yoora selalu berusaha menghindari interaksi dengan ketiga kakaknya, meskipun sering kali usahanya terasa sia-sia.

"Apa sudah selesai?" tanya Taehwan dengan suara datar.

"Hanya tinggal sedikit, oppa. Apa oppa membutuhkan bantuanku?" tanyanya, suaranya bergetar meskipun dia berusaha terdengar tenang.

"Iya, selesaikan saja dulu. Aku ingin mengajakmu ke suatu tempat," jawab Taehwan sambil melangkah pergi, meninggalkan Yoora dengan kebingungan yang menggelayuti pikirannya.

Tumben sekali nada bicaranya tidak kasar, Semoga tidak ada hal aneh yang sedang dia rencanakan. Tolong bantu aku, Tuhan pikir Yoora dalam hatinya, menghela napas panjang.

Setelah selesai dengan semua tugasnya, Yoora pergi mandi terlebih dahulu sebelum akhirnya menemui Taehwan. Dia melangkah dengan ragu-ragu, merasakan kegugupan di dalam hatinya karena datang terlambat.

"Maaf, oppa, aku terlalu lama," ujarnya, berharap kata-katanya bisa menjernihkan suasana. Namun, Taehwan hanya mengangguk tanpa menjawab, bangkit dari tempat duduknya dan mengisyaratkan agar Yoora mengikuti langkahnya. Tanpa banyak bicara, Yoora pun berjalan di belakang sang kakak, merasakan ketegangan yang membungkus mereka.

"Jangan duduk di belakang!,Duduk di depan! " seru Taehwan saat Yoora membuka pintu belakang mobil.

"Baiklah..." jawab Yoora, mencoba menahan rasa tidak nyaman yang menggelayut di hatinya.

Setelah mereka berdua berada di dalam mobil, kendaraan mulai melaju, meninggalkan mansion mewah tersebut. Sepanjang perjalanan, hanya ada keheningan tak berujung yang menggantung di antara mereka. Yoora meresapi pemandangan di luar jendela, mencoba fokus pada jalanan yang berlalu untuk mengalihkan perhatian dari kecemasan yang mengganggu pikirannya.

Di dalam hatinya, Yoora merasa ada jarak yang semakin lebar antara dirinya dan Taehwan. Momen-momen seperti ini, seharusnya menjadi saat-saat berharga, malah terasa hampa dan dingin. Dia ingin sekali berbagi cerita, tetapi ketegangan antara mereka seolah menghalangi setiap kata yang ingin ia ucapkan.

Selama beberapa waktu, hanya alunan musik ringan yang mengiringi perjalanan kedua kakak beradik tersebut. Hingga akhirnya, mobil yang dikendarai oleh Taehwan berhenti di sebuah rumah yang terlihat sedikit kuno dan terkesan jadul, berbeda jauh dengan bangunan-bangunan modern yang ada di ibukota.

"Oppa..." ujar Yoora, suaranya pelan, penuh rasa ingin tahu.

"Turunlah..." ucap Taehwan, seolah sudah tahu jika Yoora akan bertanya lebih lanjut.

Keduanya turun beriringan dan berjalan menuju arah bangunan tersebut. Yoora sempat berhenti sejenak, terpesona oleh keanggunan rumah tua itu, hingga akhirnya Taehwan menarik tangannya agar mau mengikuti langkahnya. Mereka pun memasuki rumah itu, dengan Taehwan yang memegang kunci.

Begitu memasuki rumah, kesan pertama yang dirasakan Yoora adalah suasana kuno dan jadul. Dinding-dinding rumah dipenuhi pigura-pigura foto anak-anak yang tidak asing di pandangannya, wajah-wajah yang membawa kembali kenangan masa kecilnya. Ada juga beberapa lukisan yang sudah tampak kusam, namun masih terawat dengan baik, menambah kesan nostalgia yang mendalam. Meskipun terlihat kuno, tempat tersebut terjaga dengan rapi.

Air mata Yoora jatuh tak terbendung lagi. Tubuhnya luruh ke lantai dingin, terasa berat seperti daging yang terlepas dari tulangnya, begitu lemas tak mampu lagi menahan bobot dirinya sendiri.

"Hiks... hiks..." isakannya terdengar begitu pilu dan lirih. Taehwan yang sedari tadi memperhatikan Yoora yang menangis terisak-isak akhirnya ikut berjongkok dan dengan ragu-ragu memeluk tubuh sang adik, mencoba memberikan dukungan.

Yoora yang merasakan kehangatan pelukan sang kakak, meski tahu bahwa selama belasan tahun Taehwan menyimpan kebencian padanya, terkejut sejenak. Namun, ia tidak bisa menahan rasa emosional yang meluap, sekilas menatap wajah Taehwan, tetapi pada akhirnya kembali menangis hingga sesenggukan di pelukan sang kakak.

"Hiks... Oppa..." lirihnya di tengah tangisannya, suaranya penuh harapan akan perubahan.

Kejadian itu terus berlangsung, dan perlahan-lahan, Taehwan merasakan keheningan yang menandakan bahwa suara isakan dari adiknya mulai mereda. Deru napas Yoora pun semakin teratur, menandakan bahwa sang adik tertidur di pelukannya. Taehwan menatapnya dengan lembut, merasakan beban di hatinya sedikit terangkat melihat Yoora akhirnya bisa merasa tenang di sisinya.

“Sesakit itu kah? ... Seberapa dalam lukamu hingga tangismu berlangsung begitu lama? Betapa sulitnya hidupmu selama ini hingga kau menangis sampai tertidur di pelukanku. Aku terlalu jahat padamu selama ini. Bukankah aku saudara yang tidak berguna? Aku selalu menyiksamu dan membiarkan dirimu disiksa oleh saudara-saudara lainnya, tapi saat ada orang yang ingin mencelakakanku, kau mengorbankan dirimu tanpa ragu untukku. Betapa bodohnya aku selama ini,” ucap Taehwan, suara serak dan penuh penyesalan, air matanya mengalir saat mengenang semua kesalahan yang telah dilakukannya terhadap adiknya.

Pria tampan itu menggendong Yoora dengan lembut, seperti seorang bayi, menuju tempat tidur yang ada di rumah tersebut. Matanya terus tertuju pada wajah Yoora yang terlihat basah oleh air mata.

“Aku minta maaf, Yoora. Aku berjanji akan menyayangimu mulai hari ini. Sekarang aku tahu alasan mengapa Namjin Hyung begitu memperhatikanmu. Sekarang aku sadar jika luka kami tidak sebesar luka yang kamu rasakan. Kami terlalu egois karena berpikir hanya kami yang kehilangan kasih sayang dari Daddy dan Mommy.” ucap Taehwan.

....

...Flashback on...

"LEE NAMJIN, jaga cara bicaramu pada Yongki! Dia itu kakakmu! Begitu kah caramu berbicara pada orang yang lebih tua darimu?! Semakin hari sikapmu semakin tidak sopan," ucap Seonho dengan nada kesal, matanya menyala marah saat melihat adiknya itu meninggikan nada bicaranya kepada Yongki.

"Terserah… aku akan tetap mencarinya," ujar Namjin, tegas dan penuh keberanian, sembari berlalu dengan langkah cepat. Tidak ada yang mencegah Namjin pergi, namun semua orang saling tatap, hingga akhirnya, Yongki kembali berucap, memecah keheningan.

"Sebenarnya ke mana anak tidak tahu diri itu? Menyusahkan sekali," ujar Yongki dengan nada kesal, menggelengkan kepalanya seolah tak percaya dengan sikap Namjin yang selalu mengabaikan perasaan orang lain.

"Kapan dia akan pulang?" Tanya Seonho tiba-tiba, tatapannya tajam meneliti wajah Taehwan dan Jungsoo, berharap menemukan jawaban di sana.

Semua orang ikut terdiam, menatap lekat ke arah Taehwan dan Jungsoo, tatapan heran mereka seolah menunggu jawaban dari kedua adiknya.

"Apa yang Hyung katakan?" Tanya Yongki, bingung dengan ucapan Seonho yang tiba-tiba. Dia tidak bisa memahami apa yang ingin disampaikan oleh sang kakak.

"Tae, Soo-ah, jawab Hyung, kapan dia akan kembali?" Tanya Seonho lagi, nada suaranya menuntut. Dia mengabaikan pertanyaan dari Yongki dan fokus pada kedua adiknya itu, seolah hanya mereka yang bisa memberikan jawaban yang diharapkannya.

"Hari ini seharusnya," ujar Taehwan pelan, suaranya terdengar ragu namun penuh harapan.

"Pergi jemput dia dan buat seolah-olah kamu yang menemukan dia. Biarkan dia pergi ke sekolahnya," perintah Seonho pada Taehwan, nada suaranya tega dan penuh keputusan.

"Tapi Hyung..." Ujar Taehwan ragu-ragu, seolah ingin mempertanyakan keputusan itu.

"Lakukan apa yang Hyung katakan. Acara kelulusan mungkin akan dimulai pukul 9 nanti," ujar Seonho, tak memberi ruang untuk membantah. Suaranya kembali tegas, membungkam semua keraguan yang ada.

"Baiklah..." ujar Taehwan sembari berlalu meninggalkan semua orang, meninggalkan ketegangan yang melingkupi mereka dengan tanda tanya besar di benak masing-masing.

Setelah kepergian Taehwan, semua orang kembali menatap ke arah Seonho, seolah meminta penjelasan lebih lanjut tentang apa yang terjadi sebenarnya.

Sedangkan taehwan berjalan cepat menuju mobilnya dengan langkah lebar. Dia langsung pergi meninggalkan mansion dengan kecepatan tinggi, menyimpan rasa kesal dan jengkel karena Seonho memerintahkannya untuk menjemput Yoora di rumah sakit. Namun, dia juga tidak bisa menolak permintaan kakak tertuanya itu.

Cukup singkat waktu yang Taehwan habiskan untuk sampai di rumah sakit. Dia langsung bergegas ke ruang rawat inap Yoora dan melihat adiknya yang baru saja diantarkan sarapan oleh suster.

"Bagus ya kau... enak-enakan di sini, dan aku harus susah payah menjemputmu. Berasa ratu begitu? Tidak bisakah kau pulang sendiri dan tidak menyusahkan aku? Sudah bagus aku mau membawa kamu ke rumah sakit," ujar Taehwan sembari menepis gelas yang sedang dipegang oleh sang adik.

Yoora hanya diam saja saat gelas tersebut tumpah ke badan. Gelas berisi air putih yang hendak ia minum itu belum sempat ia nikmati sama sekali dan terpaksa harus tumpah karena ulah Taehwan.

"Hidupmu hanya bisa menjadi beban bagi orang lain, Yoora. Tidak bisakah kau berguna sedikit? Haruskah kamu menyusahkan setiap saat? Haruskah?!" bentaknya, menarik rambut Yoora tanpa sadar. Dia lupa bahwa Yoora baru saja terluka di bagian kepala, dan itu juga karena ulahnya.

"Appo... Oppa itu sakit..." lirihnya sembari memegangi tangan Taehwan yang masih mencengkram erat rambutnya.

( Catatan : "Appo" (아프다) dalam bahasa Korea memang berarti "sakit" atau "aku sakit," dan sering digunakan untuk mengekspresikan rasa sakit fisik atau emosional. Namun dalam konteks kata " sakit " juga tidak selalu menggunakan kata "Appo" (아프다), ada beberapa kata lain yang sering digunakan untuk menggambarkan rasa sakit , diantaranya; 고통 (gotorong) - sakit karena sesuatu yang di sengaja , dalam konteks rasa sakit ini memang 'sengaja' di lakukan untuk mencapai sebuah kepuasan 'tertentu' , lalu 상처 (sangcheo) - rasa sakit karena terluka fisik ( jatuh dan sebagainya) , 통증 (tongjeung) - kata ini di gunakan untuk menyebutkan sebuah rasa sakit atau nyeri karena penyakit tertentu, dan lain sebagainya, ada banyak ungkapan kata " sakit " dalam bahasa Korea , beberapa arti juga dapat berbeda tergantung logat dan tata kebahasaan dari tempat yang berbeda . Tolong koreksi jika author salah).

"Dasar manja! Ini karena kau selalu dimanja oleh Namjin Hyung," ujar Taehwan sambil melepaskan cengkeramannya dengan kesal, suaranya menggema di antara keramaian.

Tangan Yoora terasa nyeri saat Taehwan menariknya dengan kasar, dan rasa sakit itu menghujam lebih dalam saat dia menyadari darah segar mengalir dari tangan yang tergores akibat jarum infus yang terlepas. Namun, rasa sakit fisik tidak ada artinya dibandingkan dengan rasa takut dan cemas yang menyelimuti hatinya.

"Oppa, tunggu!" seru Yoora dengan nada panik, berusaha melepaskan diri dari genggaman Taehwan. Saat keduanya berniat memasuki mobil, teriakan Yoora berhasil membuat Taehwan berhenti sejenak.

"Awas, Oppa..." teriaknya sembari mendorong tubuh sang kakak dengan segenap tenaga, berusaha menghindari serangan seorang pria yang tampak tidak waras.

"Pergi kau! Tolong!" teriak Yoora lagi, suaranya penuh ketakutan. Matanya melebar saat melihat kemarahan di wajah pria itu. Suasana di sekitar mereka mulai tegang, dan beberapa orang yang lewat berhenti untuk melihat keributan tersebut.

Beberapa orang datang berlari untuk membantu, mengusir pria itu pergi.

"Anda baik-baik saja, nona?" tanya seorang warga, wajahnya penuh perhatian saat melihat darah segar mengalir dari sikut Yoora, akibat orang gila tersebut yang memukul nya dengan besi panjang, yang seperti nya merobek sedikit kulit nya .

"Ak… saya baik-baik saja, terima kasih sudah menyelamatkan kami, ajussi," ujar Yoora dengan suara bergetar, membungkuk hormat sambil berusaha menahan rasa sakit yang menyengat.

"Sama-sama, orang itu sudah sering melakukan hal seperti itu pada orang-orang sekitar. Entah kenapa belum diamankan juga," tutur pria itu dengan nada prihatin.

"Iya... meresahkan sekali," jawab Yoora, berusaha terdengar tenang meski hatinya berdebar kencang.

"Lebih baik Anda obati dulu luka itu, mumpung masih ada di area rumah sakit," sarannya.

"Saya baik-baik saja. Sekali lagi, terima kasih banyak, ajussi," ucap Yoora, membungkuk hormat sekali lagi pada orang-orang yang telah menolongnya dan Taehwan.

"Kami permisi," ujar Taehwan dengan nada dingin, menarik Yoora pergi dari tempat itu, meskipun ia merasa bingung dengan apa yang baru saja terjadi.

Setiap langkah terasa berat bagi Yoora, dengan perasaan campur aduk di dalam dirinya. Dia ingin merasakan aman dan dilindungi, tetapi setiap detik bersama Taehwan semakin mengukuhkan rasa terasing yang mengisi hatinya.

"Oppa... aku minta maaf. Sungguh, aku tidak pernah bermaksud mendorongmu. Aku benar-benar menyesal membuatmu terluka," ucap Yoora dengan suara yang bergetar. Dia menunduk, menggigit bibirnya, takut kalau Taehwan akan mengadukan kejadian ini pada Seonho atau Yongki , tentang luka goresan di tangannya yang terkena aspal karena ulahnya. Taehwan menatap Yoora dengan ekspresi datar, menghela napas pelan.

"Cepat masuk," ucapnya singkat, tanpa menanggapi permintaan maaf Yoora. Yoora mengikuti perintahnya, menunduk patuh dan masuk ke dalam mobil dengan hati yang sedikit berdebar.

"Kemarikan tanganmu," ujar Taehwan sambil meraih tisu basah, kapas, dan alkohol dari laci mobil untuk membersihkan luka Yoora. Yoora sedikit terkejut tetapi menyerahkan tangannya, meski ada rasa ragu yang terselip.

Dia memperhatikan setiap gerakan Taehwan, yang dengan telaten membersihkan lukanya. Tangan Taehwan bekerja lembut, bahkan sesekali meniup luka tersebut untuk meredakan rasa perih. Namun, begitu kapas beralkohol menyentuh kulitnya, Yoora tak bisa menahan meringis.

"Maaf..." bisiknya lagi, khawatir melihat Taehwan meliriknya dengan tatapan yang sulit ditebak. Yoora menahan rasa sakit, sebisa mungkin berusaha tidak mengeluh tentang rasa sakit tersebut, dia takut hal itu akan membuat kakaknya semakin kesal.

Setelah selesai mengobati luka di lengannya, Taehwan segera merapikan barang-barangnya. Dia kembali duduk di kursi pengemudi, bersiap menjalankan mobil. Namun, perhatian Yoora tertuju pada telapak tangan Taehwan, yang ternyata juga tergores akibat insiden tadi.

"Oppa... telapak tanganmu juga terluka," ucap Yoora, khawatir.

"Jangan pedulikan aku," jawab Taehwan dingin, masih fokus pada kemudi. Yoora menatap luka itu, tampak resah.

"Itu bisa infeksi, oppa. Tolong, biarkan aku membersihkannya," pintanya, nada suaranya memohon.

"Tak perlu," ujar Taehwan, suaranya tak menunjukkan sedikit pun keinginan untuk menerima bantuannya. Yoora menarik napas, berusaha menahan diri, tetapi tak bisa mengabaikan perasaan bersalah yang terus menghantuinya.

"Hanya sekali ini saja, oppa. Aku mohon... Aku takut kalau Seon oppa tahu kau terluka, dia akan menyalahkan ku lagi. Kumohon, kasihanilah aku kali ini," ucapnya, suaranya makin melemah, penuh harap.

Namun, Taehwan tak menjawab, hanya menatap lurus ke depan dengan ekspresi dingin. Mobil perlahan mulai melaju, meninggalkan Yoora yang duduk terdiam di sebelahnya, masih merasa cemas dan bersalah. Di balik ketidakpedulian kakaknya, dia bisa merasakan dinginnya sikap Taehwan, yang hanya membuat hatinya makin terasa sepi.

 Saat di jalan Taehwan sempat berhenti karena Seonho menelpon nya dan mengatakan jika dia harus segera sampai di rumah bersama yoora, Seonho juga mewanti wanti agar yoora tidak mengatakan apapun pada Namjin.

Dan benar saja tak butuh waktu lama akhirnya keduanya sudah sampai di kediaman lee family, dan turun beriringan lebih tepatnya Taehwan yang berjalan terlebih dahulu, sedang yoora hanya mengikuti nya dengan langkah ragu karena takut jika Taehwan akan mengadukan apa yang dia lakukan padanya.

"Biarkan saja, lagipula semakin dikekang, Namjin malah makin liar, hanya Seon-hyung yang bisa menghentikannya. " ujar Yongki, terdengar pasrah.

"Memang benar dia takut dan selalu menuruti apa yang aku katakan, tapi kelemahannya ada pada Jungsoo dan Yoora," balas Seonho, suaranya tegas namun dingin.

"Hah?" Yongki dan Haesung saling pandang.

"Ya, kelemahan Namjin terletak pada Jungsoo dan Yoora. Dia selalu bimbang di antara mereka, meski aku berusaha memisahkan mereka, dia tetap mendekati nya diam-diam. Bahkan dulu, dia tidak pernah benar-benar membenci Yoora. Hanya kekecewaan yang menguasainya karena kejadian-kejadian yang menimpa keluarga kita. Entah bagaimana, rasa kecewa itu mereda, dan sekarang dia kembali memperhatikan Yoora." Ucap Seonho melanjutkan penjelasannya dengan tatapan tajam.

Ucapan Seonho menciptakan keheningan yang berat di ruangan itu, seolah semua orang sedang mencerna fakta yang disampaikan oleh sang kakak tertua. Namun, perhatian mereka segera beralih saat Taehwan dan Yoora datang bersamaan. Semua mata tertuju pada Yoora, yang berjalan dengan langkah lemah.

"Masuk ke kamarmu, jangan katakan apa pun pada Namjin jika dia bertanya," kata Seonho dengan nada perintah.

Yoora hanya mengangguk pelan, wajahnya kosong, seolah kata-kata Seonho tidak mampu menembus pikirannya yang letih. Dia lalu melangkah menuju kamarnya, dengan langkah yang nyaris tertatih.

Rencana Seonho berjalan sesuai perkiraan. Tak lama setelah kedatangan Taehwan dan Yoora, Namjin pulang dengan wajah tegang, rasa khawatir terlihat jelas di matanya.

"Hyung...," ujar Namjin, suaranya sedikit bergetar.

"Dia ada di kamar, sedang istirahat. Sudah kubilang, dia hanya keluar bermain dengan teman-temannya, sulit sekali jika di nasihati " jawab Seonho dengan raut wajah kesal , dia lalu berjalan menuju kamar Yoora, diikuti oleh Namjin yang masih tampak ragu, dan saudara lainnya yang diam-diam ingin tahu apa yang akan terjadi selanjutnya.

...Flashback off...

"Akhirnya, semuanya sudah selesai," ucap Taehwan sembari tersenyum puas, melihat deretan hidangan yang berhasil ia siapkan sendiri terhampar di atas meja makan. Aroma hangat makanan yang baru matang menyeruak, memenuhi ruangan dengan wangi menggoda.

Pria tampan itu kemudian melangkah menuju kamar adiknya, di mana ia tahu sang adik masih tertidur lelap. Tepat seperti dugaannya, adiknya itu masih pulas, meringkuk nyaman di atas ranjang seolah dunia di sekitarnya tak ada.

"Yoora..." panggil Taehwan lembut, sambil menggoyangkan tubuh Yoora perlahan.

"Eumh..." Sebuah lenguhan terdengar dari bibir Yoora, suara yang menandakan bahwa dirinya mulai terbangun, meski masih terbuai dalam sisa mimpi. Perlahan, kelopak matanya yang indah mulai terbuka, dia mengerjapkan matanya berkali-kali, mencoba menyesuaikan diri dengan cahaya yang mulai masuk ke dalam retinanya.

"Oppa...?" gumamnya lirih saat benar-benar terjaga, menatap Taehwan dengan mata yang masih berat.

"Bangunlah, ayo makan siang dulu," ujar Taehwan dengan lembut, sesuatu yang membuat Yoora terdiam sejenak. Ada perasaan asing yang timbul di dadanya, terlalu banyak keanehan yang terjadi hari ini. Mulai dari cara Taehwan yang tiba-tiba berubah, berbicara padanya dengan nada penuh kasih, hingga memeluknya tanpa ia harus meminta. Sesuatu yang selama bertahun-tahun tak pernah ia rasakan, meski ia sering mengharapkannya.

"Apa aku sedang bermimpi?, Yoora menatap Taehwan dengan bingung apa semuanya hanya mimpi ?! ," gumamnya lirih, seakan berbicara kepada dirinya sendiri.

"Ayo cepatlah bangun," ajak Taehwan lagi, memerhatikan Yoora yang hanya terdiam dalam keterkejutannya.

"Oppa... apa aku sedang bermimpi?" tanyanya pelan, matanya penuh harap dan ragu. Taehwan mengangkat sebelah alis, tak yakin bagaimana harus menjawab pertanyaan itu.

"Mimpi?" ulang Taehwan, tampak semakin bingung.

"Oppa, tolong pukul aku, ya?" pinta Yoora tiba-tiba, membuat Taehwan semakin kebingungan.

"Kamu ini kenapa, sih?" tanya Taehwan, menatap Yoora dengan penuh keheranan.

"Hiks... hiks... Aku takut ini hanya mimpi, Oppa. Kalau ini benar-benar mimpi, aku tidak ingin bangun lagi... Aku ingin tetap di sini, sungguh. Tolong jangan bangunkan aku kalau ini hanya mimpi," isaknya, air mata mulai membasahi wajahnya, menetes satu per satu di pipinya yang pucat.

Taehwan, yang akhirnya memahami apa yang dirasakan Yoora, melangkah mendekat dan memeluknya erat. Dibiarkannya kepala Yoora bersandar di dadanya yang bidang, memberikan rasa hangat dan aman yang selama ini ia abaikan.

"Ini bukan mimpi, Yoora... Ini nyata. Aku minta maaf, sungguh, suaranya rendah dan penuh penyesalan Aku sudah keterlaluan selama ini, selalu menyalahkan ku atas kepergian Daddy dan Mommy. Seharusnya, aku bisa lebih dewasa, lebih berpikir jernih. Maafkan aku, Yoora. Mulai hari ini, aku berjanji akan membahagiakanmu." Ucap nya dengan nada lirih.

Diusapkannya lembut punggung Yoora yang masih bergetar dalam tangis. Pelukan itu, yang kini terasa hangat dan penuh makna, membuat Yoora kembali meneteskan air mata.

"Aku takut ini hanya mimpi... Aku tidak mau semuanya berakhir. Aku ingin seperti ini saja, Oppa," lirih Yoora, suaranya bergetar, masih ragu mempercayai kenyataan yang sedang terjadi di hadapannya.

Taehwan menarik tubuhnya sedikit, agar dapat menatap mata Yoora yang penuh air mata. Dengan lembut, dia mengusap pipi adiknya, menghapus sisa-sisa air mata yang membasahi wajah itu.

"Lihat aku... Ini bukan mimpi. Ini nyata, Yoora," ujar Taehwan, suaranya terdengar hangat dan tulus, seakan ingin meyakinkan Yoora bahwa semua ini benar-benar terjadi.

Yoora tak mampu menahan tangisnya lagi. Isak tangisnya pecah, namun kali ini ada senyum samar di balik air matanya, sebuah senyuman yang selama ini tertahan. Bahagia dan tak percaya bercampur jadi satu. Rasanya begitu mustahil bagi Yoora bahwa orang yang selama ini benar - benar sangat membencinya, kini memeluknya dengan hangat, seakan ingin menghapus luka yang selama ini tersimpan di dalam hatinya.

"Terima kasih... Terima kasih karena telah menerima kehadiranku, hiks... akhirnya... akhirnya penantianku selama ini terbayar. Terima kasih, Oppa... terima kasih banyak karena telah memaafkan dan menerima aku kembali," lirih Yoora dengan suara yang serak, nyaris tak mampu mengeluarkan kata-kata.

Taehwan hanya bisa memandang adiknya dalam diam, menyadari betapa dalamnya luka yang ia sebabkan selama ini.

Kenapa aku tidak sadar sejak awal bahwa dia begitu terluka? Dia memendam semua rasa sakitnya sendirian, tanpa ada yang memahami... Betapa jahatnya aku selama ini. Aku membencinya karena alasan yang tak sepadan, tapi dia malah berkorban untukku, melindungi ku, bahkan rela dipukul demi menyelamatkanku… Sementara aku, berkali-kali menyakiti dan menyalahkannya tanpa alasan jelas, pikir Taehwan dalam hati, rasa penyesalan menghantui pikirannya.

"Ayo, kita makan. Sudah siang, dan kita perlu mengisi tenaga sebelum kembali ke rumah." Ujar Taehwan sembari menarik nafas panjang. Namun, Yoora tetap menahan pelukan itu, seolah takut semuanya akan menghilang jika dia melepaskan diri.

"Oppa... Oppa tidak akan membenciku lagi, kan? Aku takut... aku takut semuanya akan kembali seperti semula jika aku melepaskan pelukan ini," lirihnya, dengan suara penuh harap yang nyaris putus asa, Taehwan tersenyum, menepuk punggung adiknya dengan lembut.

"Tidak, Yoora. Aku berjanji, aku tidak akan menyakitimu lagi, " bisiknya, kata-kata terakhir diucapkannya dalam hati, seakan memberi jaminan kepada dirinya sendiri. Dia perlahan melepaskan pelukan itu, tapi tetap menggenggam tangan Yoora, memberikan kehangatan yang menenangkan.

Dengan langkah pelan, mereka berjalan ke meja makan. Kini, keduanya duduk berhadapan. Taehwan merapikan makanan di hadapan Yoora, lalu berkata.

"Makanlah... Aku sengaja memasak makanan ini untukmu. Semoga rasanya tidak terlalu aneh," ujar Taehwan dengan senyum kecil di wajahnya, seakan menutupi rasa canggung yang baru pertama kali ia rasakan sebagai kakak yang penuh kasih. Yoora menatap piring makanannya, terharu dengan perhatian yang baru saja ia terima.

"Terima kasih banyak, Oppa," jawab Yoora lirih, sambil menundukkan kepala. Taehwan mengangguk, sambil menatapnya dari seberang meja, senyuman lembut menghiasi wajahnya.

Mereka mulai makan dalam diam, tenggelam dalam pikiran masing-masing. Yoora tahu bahwa Taehwan dan saudara-saudaranya tidak pernah suka jika ada yang berbicara saat makan. Meski sunyi, ada kedamaian yang tak pernah ia rasakan sebelumnya, sesuatu yang membuatnya ingin terus berada di sini, menikmati momen kebersamaan yang baru ia rasakan untuk pertama kalinya.

Hingga makanan di piring mereka sudah hampir habis, Taehwan membuka pembicaraan yang membuat Yoora harus menghentikan suapannya sejenak.

"Apa kamu mau berjalan-jalan dulu sebelum pulang?" tanyanya, nada suaranya penuh pertimbangan.

 "Jalan-jalan?" tanyanya, memastikan dia tidak salah dengar.

" Heum.. ayo...

1
Nunu Izshmahary ula
akhir nya ada satu saudara Yoora yang tobat 🥹 wahhh
Nunu Izshmahary ula
ouh jadi Min-ho ya yang waktu itu baik sama Yoora, jangan jangan Mereka jodoh lagi☺️🤣
Nunu Izshmahary ula
semoga Yoora gapapa, saudara nya ada aja yang bikin dia celaka
Nunu Izshmahary ula
yang ini bener banget, walaupun Seonho kaya gitu tapi gimana ya . kata kata ini bener juga
Nunu Izshmahary ula
astaga Seonho 😩minta ginjal orang udah kaya minta krupuk
winterbear95
"kemarahan kakak tertuanya"😭kenapa dibayanganku malah muncul Jin hyung ngerap sih astaga
winterbear95
aku baca, imajinasi visualku nongol 7 bujang kesayanganku🥺
Nengsih
sedih banget, dari pertama baca udah mewek 😭
Nunu Izshmahary ula
pengen punya sahabat macam rea , wah ... senengnya kalau punya temen kaya gitu ya , di saat dunia membenci kita habis - habisan ada satu tempat yang bisa kita jadikan tempat pulang untuk bersandar, susah banget nyari temen yang kaya gini di dunia nyata . kebanyakan orang cuma bermuka dua dan datang kalau lagi ada butuh nya aja🥺
BYNK: Kamu pasti akan menemukannya suatu hari nanti, atau mungkin malah kamu yang jadi sahabat seperti Rea untuk orang lain. Dunia ini memang keras, tapi kebaikan kita nggak pernah sia-sia. jangan lelah jadi orang baik , semangat 💪🏻
total 1 replies
Wayan Indrawati
yoora yg malang
Nunu Izshmahary ula
best quotes...
Nunu Izshmahary ula
jahat banget, yaampun Seonho..
Nunu Izshmahary ula
Lah, emang di sekolah dia di kantin nya gaada cctv kah? masa langsung percaya gitu aja , Seonho 😑
Nunu Izshmahary ula
wah kok keliatannya mereka egois banget ya, kira kira Namjin bakal milih Yoora atau Jungsoo..🤔
Nunu Izshmahary ula
jan males males up nya Thor , yang baca keburu kabur
winterbear95: naikin jumblah up episodenya🙄
BYNK: siap -siap , trimakasih banyak dukungan nya
total 5 replies
Nunu Izshmahary ula
baru baca bab pertama udah sedih aja .. wah ..
winterbear95: aku datang🤸
exited banget walaupun masih 4 bab
total 1 replies
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!