Namaku Melody Bimantara, umurku baru dua puluh dua tahun, tapi sudah menjadi Manager sebuah hotel bintang lima milik keluarga.
Yang membuat aku sedih dan hampa adalah tuntutan orang tua yang memaksa aku mencari lelaki yang bisa dinikahi.
Kemana aku harus mencari laki-laki yang baik, setia dan mencintaiku? sedangkan para lelaki akan mundur jika aku bilang mereka harus "nyentana"..
Tolonglah aku apa yang harus aku perbuat??
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Ayumi, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
KREMASI
Mendung tebal menutupi langit, aku duduk di ruang tamu dengan mata merah menatap kosong ke depan. Tidak tahu aku harus berbuat apa. Amarah pertama kali meledak saat mama menghembuskan nafas terakhir di rumah sakit.
Aku menangis histeris, mengoceh tidak karuan saking sedihnya. Aku mengamuk, memaki memukul papa. Kekesalan aku tumpahkan semuanya kepada papa. Aku seperti kesurupan, tidak terima mama meninggal.
Bryan langsung menjadi pahlawan, ia sigap disampingku, menjagaku sesekali mem*luk ku supaya aku tidak berontak. Dia juga kena tinjuku gara-gara aku mau menendang Julianti.
Papa berusaha mendekati ku, meminta maaf dan berjanji mau merubah diri.
Akhirnya mama di bawa pulang memakai ambulans. Aku mulai mereda, Arunakha setia menemaniku walaupun Bryan kerap mengusirnya dan memarahinya.
Arunakha sama dengan Julianti, muka tembok. Banyak ibu-ibu menyindirnya, tapi dia tetap nempel padaku. Lama-lama aku jadi kasihan melihat dia disindir sana sini, papa dan sepupuku juga marah padanya.
Aku mengerti perasaan sepupu, sahabat, orang-orang yang iri padanya. Mereka menyadari Arunakha akan menjadi kaya mendadak, karena semua warisan akan jatuh padaku.
Aku semakin bisa menguasai diri dan tenang. Jenazah mama dimasukan ke Mortuary Refrigerator, karena hari baik untuk kremasi seminggu lagi.
Nekat aku mengkoordinir upacara besar untuk mama. Aku terpaksa menahan diri supaya acara ini berjalan dengan lancar. Walau ada marah dihati aku tetap sabar membantu papa untuk menyelesaikan yadnya besar ini.
"Aku tidak mau istri muda papa mengurus mama, aku beserta warga akan mengatur pengeluaran."
"Makasih sayank, apapun keinginanmu papa akan support. Berapa kamu butuh biaya?"
"Aku punya black card yang tidak pernah aku pakai, aku akan mematok satu milliar untuk kremasi dengan Bade tingkat sebelas."
"Kasta kita tertinggi, segala sesuatu yang akan dikerjakan menyesuaikan kasta. Untuk satu miliar kemungkinan tidak cukup karena rentetan upacara seminggu. Menurut pendeta kremasi bisa dilakukan lagi seminggu."
"Aku akan koordinasi dulu dengan warga dan membuat planning acara." ucapku.
Begitulah aku dan papa berusaha akur demi selesainya acara mama. Karena upacar ini terlalu rumit dan memakan biaya sangat besar, para warga membantu kami dengan ikhlas.
Aku mengusir Julianti dari rumahku, dia dengan muka tembok tetap berada di rumahku. Dia betul-betul tidak peduli dan ikut mengatur seperti bos.
Para kolega, saudara besar dan sahabat dan karyawan hotel semua berpihak padaku. Gosip sudah tersebar, Julianti menjadi fihak yang dihindari, dijauhi dan disindir.
Tapi wanita itu tegar, dia menghindar dariku dan papa. Dia membawa kelompok kecil yang terdiri dari ibu dan teman yang pro dengannya.
Untuk melancarkan rangkaian ucapara kremasi, para Tetua meredam amarahku, serta memberi aku petuah-petuah bijak, yang melapangkan dada serta membuat aku sedikit lebih nerima dan ikhlas.
"Nona Melody, kami para Tetua mengerti perasaanmu, kesedihan yang kamu alami saat ini sangat menguras jiwamu. Kami sebagai Tetua berharap nona ikhlas dan memberi jalan terbaik untuk mama. Mari kita selalu mendoakannya dan mengantar ketempat terakhir." ucap kakek Sugi bijak.
Dia adalah orang yang di hormati sebagai Tetua disini. Aku hanya bisa mengangguk dan menuruti kehendak mereka.
Nasehat yang senada datang dari semua pihak. Aku bersyukur ternyata banyak orang yang sayang padaku. Yang bikin aku sedikit risih orang-orang itu tidak rela kalau aku menikah dengan Arunakha. Ada juga beberapa orang tua terang-terangan ingin putranya aku nikahi.
"Nak Melinda, tante dengar kamu sudah menikah dengan pria yang bernama Arunakha, saat kamu menyamar keluarga suamimu menghinamu. Kalau sudah begitu minta cerai, suami matre, nikah lah sama Putranjaya, dia sepupumu." ucap tante Lesty penuh harap.
"Maaf tante aku sedang berduka, hatiku bersedih, pikiranku sedang tidak baik." sahutku sinis. Aku tahu sifat tante Lesty sama saja dengan ibunya Arunakha.
Gara-gara Julianti yang mem-blow up kisahku dengan Arunakha di dosial media, banyak pencari berita datang. Kekayaan papa yang akan diwariskan padaku mau di audit. Untung aku taat pajak. Ada-ada saja.
Orang tua yang berkasta dan punya anak laki-laki berlomba minta dinikahi. Mereka mau nyentana. Mereka kagum mencintai hartaku bukan aku. Mereka mau nikah karena aku ada apanya bukan apa adanya.
****
Hari ini panas sekali, aku sudah bersiap dengan papa berpakaian putih. Kami dapat jadwal jam satu siang. Aku melihat Arunakha dengan ibu dan Diah di halaman samping.
Mereka tidak mungkin bisa mendekatiku karena Bryan dan beberapa pria yang mau dijodohkan padaku berada dibelakang, disamping kanan kiri. Beberapa kali Bryan hampir bentrok dengan mereka.
"Mel, kita akan ke tempat kremasi, kita akan di mobil jenazah." bisik Bryan. Laki-laki ini mengawalku, dia bertingkah seolah sudah menjadi suami setia.
"Tuan Bryan biarkan saya mendampingi nona Melody, dia perlu makan dan minum, supaya tidak sakit." ucap Sri menghampiri kami.
"Tidak bisa, kamu bantu dibelakang saja nanti nona ngamuk kamu mau tanggung jawab." ucap Bryan dengan mata melotot.
"Nona punya suami, biarkan dia bersama suaminya, kenapa tuan mengawalnya. Tuan bisa bantu yang lain." ucap Sri tidak takut, ntah kemasukan s*tan apa sehingga Sri tidak takut pada Bryan.
"Sri jangan ngatur aku, diam mulutmu. Disini banyak orang, nona Melody belum punya suami. Ingat itu, aku calon suaminya."
Sri diam dengan mulut monyong kedepan, rencananya aku dan dia akan berada di mobil jenazah. Tapi kini direbut Bryan, itu yang membuat Sri kesel.
"Sri, kamu bisa nemenin mertuaku banyak yang menghindar dari dia. Kasihan juga dia, kasi minum." ucapku supaya Sri tidak kecewa.
"Baiklah nona sampai ketemu di tempat krematorium."
"Mel, fokus dengan upacara, jangan memikirkan orang lain. Apalagi dengan orang yang pernah nyakitin perasaanmu." ucap Bryan kurang suka.
"Bagaimanapun dia suamiku, sah di mata Tuhan dan adat."
"Aku tidak terima apapun alasanmu, kamu tetap calon istriku."
"Tidak bisa begitu, aneh sekali. Aku istri Arunakha. Tidak ada orang yang bisa memutuskan hubungan kami."
Aku sengaja memanasi Bryan. Aku benci melihat persekongkolan mereka. Papa, Julianti rangkaian yang bi4d4b.
Walaupun Bryan tidak terbukti ikut campur dalam pembunuhan mamaku, tapi aku tetap benci padanya karena Bryan ada di pihak papa dan Julianti. Dia tahu hubungan papa dengan Julianti.
Sampai hari ini Pak Alit papanya Bryan tidak berani dekat denganku. Mungkin dia juga membuka aibku di sosial media. Dari dulu dia ingin putranya menikah dengan ku, aku tidak mau karena hidupnya hedon dan suka dugem.
Sekarang aku fokus dengan upacara ini berharap berjalan lancar dan penuh damai sejahtra. Ribuan pelayat memenuhi tempat krematorium.
Kembali aku menangis saat jenazah mama masuk ke dalam krematorium.
Ya Tuhan, ampunilah dosa-dosa mamaku supaya lancar jalannya. Sesungguhnya dia milikmu ya Tuhan, dia kini kembali padaMU.
****
onel dapatt dari mana si munarohhh iniii??
aduhhhhh kasiannn itu yang tak bisa tumpah
. tapi udaaa penuhhh di otak