Kazuya tak pernah merasa lebih bersemangat selain saat diterima magang di perusahaan ternama tempat kekasihnya bekerja. Tanpa memberi tahu sang kekasih, ia ingin menjadikan ini kejutan sekaligus pembuktian bahwa ia bisa masuk dengan usahanya sendiri, tanpa campur tangan "orang dalam." Namun, bukan sang kekasih yang mendapatkan kejutan, malah ia yang dikejutkan dengan banyak fakta tentang kekasihnya.
Apakah cinta sejati berarti menerima seseorang beserta seluruh rahasianya?
Haruskah mempertahankan cinta yang ia yakini selama ini?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Riiiiee, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 2 Cantik
"Mas ada lagu buat kamu hari ini," ucap Aronio dengan bangga, sambil memetik senar gitar di tangannya dengan penuh keyakinan. Hal tersebut mampu mengalihkan perhatian Kazuya.
Kazuya menyipitkan mata, menatap Aronio sejenak, lalu tiba-tiba menyeringai. "Tapi aku lagi nggak ada uang receh, Mas," jawabnya sambil menyunggingkan senyum nakal, membuat wajahnya sengaja dibuat pura-pura kesal dan sedih, seperti seorang anak yang kecewa karena tak bisa memberi uang tip..
Aronio yang melihat tingkah kekasihnya itu langsung tersenyum geli, matanya berbinar tapi tetap berusaha terlihat serius. "Kamuuu yaaaa..." Aronio pura-pura hendak menjitak kepala Kazuya dengan gerakan yang terlihat sangat dramatis, namun tentu saja tak sampai mengenai sasaran. Mana mungkin dia tega menjitak wajah manis kekasihnya itu. "Kamu pikir mas ini pengamen jalanan???" ujarnya dengan nada berpura-pura kesal, meski di ujung kalimat, senyum lebar tak bisa ia sembunyikan.
"Kan emangggg," cengir Kazuya kembali tanpa rasa bersalah, dengan wajah yang tampak penuh kemenangan, seolah dia baru saja menang dalam sebuah permainan.. "nggakk nggakkk, ampunnnn." Kazuya langsung mengangkat tangan tanda menyerah ketika melihat gelagat Aronio yang siap menyerang dirinya dengan gelitikan— kelemahan Kayuza.
"Takut, kan???" kekeh Aronio puas melihat sang kekasih menyerah.
"Mass ihhh!! Tau banget kelemahan Yayaaa." Kazuya merajuk.
"Apa coba yang mas nggak tau tentang Yaya?" Aronio kembali menarik kembali Kazuya yang sebelumnya sempat memisahkan diri dari rangkulannya.
"Semua tentang Yaya mas tau..."
Ucapan lembut itu disertai elusan sayang di bahu Kazuya. Lenyap sudah rencana rajuk-merajuknya, tentu Kazuya tidak bisa diginiin. Hatinya terlalu lemah untuk tidak meleleh.
"Yanggg benerrr?" Kazuya berusaha mengelak, mengalihkan senyuman salah tingkahnya. Gengsi dong tadi merajuk tiba-tiba blushing. Dasar cewekkk!!!
"Tau kalo Yaya lagi salah tingkah pipinya merah merona kayak tomat. Gemesinnn bangettt." Aronio mencubit pipi gemas milik Kazuya. Kazuya memang selalu menggemaskan bagaimanapun tingkahnya.
"AAAAAA, MASSS IYOOOOO!!!!!" Kazuya berbalik menyembunyikan mukanya di sofa belakang mereka. Tingkahnya seperti bocah 4 tahun aja. Padahal usia itu sama seperti lama mereka bersama.
4 tahun.
Sudah termasuk lama dalam menjalin hubungan. Berkenalan dari usia Kazuya yang belum memasuki kepala dua, hingga kini sudah mau memasuki seperempat abad. Pertemuan di hari pertama Kazuya memasuki perkuliahan itu masih terekam jelas diingatan Kazuya dan Aronio. Mungkin akan mereka abadi di memori seperti hubungan mereka.
Saat itu Aronio bukan menjadi mahasiswa baru seperti Kazuya, namun sudah mejadi mahasiswa akhir yang sudah siap meninggalkan kampus. Namun semua tak menjadi kendala untuk menjalin hubungan, terbukti hingga kini hubungan mereka masih terjalin erat. Sampai si Kazuya kecil yang dulu baru menginjakkan kaki di perkuliahan kini akan mengikuti jejak Aronio yang dahulu telah siap meninggalkan perkuliahan.
Jika dipikir-pikir masa perkuliahannya penuh diisi oleh lelaki itu. Meski Aronio tidak menjadi bagian cerita kehidupan didalam kampusnya, karena tentu Aronio telah bekerja, namun semua cerita kehidupan kampus Kazuya Aronio ketahui. Seperti hal wajib untuk menceritakan keseharian dan kegiatannya kepada sang lelaki itu, sejak dulu mereka berpacaran.
"Yayaa kecil mas udah jadi mahasiswa akhir ya?" Tiba-tiba sekali Aronio melontarkan perkataan tersebut setelah kegiatan salah tingkah Kazuya. "Bukan Yaya kecil lagi dong." Aronio berkata lembut, menatap dalam kearah wajah Kazuya. Meneliti penuh wajah manis itu.
"Kan emang bukan anak kecil! Dari empat tahun lalu juga dah jadi Yaya besar." Sensi Kazuya, tidakk!!! dirinya merasa sudah dewasa, bukan anak kecil umur 4 tahun lagi.
"Apanya yang besar??" Aronio memancing lagi, nada goda yang khas membuat Kazuya semakin merasa tergelitik. "Tetap kecil aja tuhh," lanjut Aronio dengan senyuman nakal, menggoda Kazuya yang semakin terlihat tidak nyaman namun tetap terlihat lucu.
Kazuya merasa canggung, mencoba menanggapi dengan serius, namun tatapan Aronio yang begitu hangat dan penuh cinta membuat hatinya sulit untuk berdebat. "Mas...!" keluh Kazuya, namun suaranya sudah lebih menyerupai tawa daripada protes.
"Kamu mikir apa sih, Yayaaa. Kan emang bener kamu masih kecil. Liat tuh di kaca," tunjuk Aronio ke arah lemari kaca di belakang Kazuya. "Badan kamu kecil, cimittt." godanya lagi sambil menunjukkan jari telunjuk dan jempol yang menyatu.
"Nggak ya!!! Body Yaya tuh body idol Korea," Bangga Kazuya menunjukkan body nya. Totalitas ia sampai berdiri dari duduknya.
"HAHAHAHAH, Yayaaaa Yayaaaaa.... Ada-ada aja kamu ini." Tawa Aronio menggema, sambil meng geleng-geleng kepala ia melihat tingkah sang kekasih. Sudah ia bilang kan, kekasihnya memang menggemaskan.
•••
"Kau cantik hari ini." Aronio memetik gitar dengan lihai, menyanyikan lagu milik 'lobow' yang berjudul 'kau cantik hari ini' sambil menatap dalam kearah Zuya. Seolah menyiratkan segala makna dari penggal lirik lagu tersebut agar tersampaikan sepenuhnya kepada sang kekasih.
"Dan aku suka." Aronio melanjutkan nyanyiannya. Zuya si perempuan manis itu kini sudah mulai blushing. Ia memang tidak bisa diromantisasi seperti ini. Bawaannya ingin tenggelam ke lautan cinta yang diberikan oleh sang kekasih tersebut.
Lama ia membalas tatapan Aronio sambil tersipu. Senyum mulai merekah lebar. Tubuhnya akan siap terkulai akibat meleleh. Namun tiba-tiba ia kembali menegakkan tubuhnya dengan tegap. Tatapannya berubah tajam kearah sang kekasih. Tunggu!! Tunggu! Otaknya bekerja, sepertinya ini ada yang tidak beres.
"Maksudnya kemarin-kemarin aku nggak cantik, gitu??" Kazuya menodongkan pertanyaan tajam ke arah Aronio, alisnya terangkat tinggi, dan tatapan matanya menghunus kesal. Ia menatap sang kekasih seperti hendak menuntut keadilan. Tak terima dengan penggal lirik yang dinyanyikan Aronio.
"Ehhh!?" Aronio menatap Kazuya dengan alis terangkat, wajahnya penuh kebingungan. Ia benar-benar tidak mengerti apa yang salah.
Emang ada yang salah dengan lirik tersebut?
"Yaya kan emang cantik hari ini." Aronio kembali mengulangi penggalan lirik tersebut. Belum mempu mencerna kesalahan dari lirik tersebut.
Kazuya menatap Aronio dengan penuh drama, alisnya terangkat tinggi, seolah tidak percaya kekasihnya itu begitu clueless. "KEMARIN-KEMARIN NGGAK CANTIKK!?" Emosi Zuya mulai meluap. Arghh! Dirinya ingin mencakar mas pacarnya tersebut.
Aronio tergelak, tawa kecil menguar dari bibirnya, tapi ia segera menutup mulut dengan tangan, berusaha menahan diri. Kekehan lembut itu tetap lolos, membuat Kazuya mendelik penuh curiga.
"Yayanya memang menggemaskan. Macam bocil kematian," gumam Aronio dalam pikirannya. Ia menahan senyum yang hampir pecah. "Maaf ya, Yaya, mas nyebut kamu bocil kematian. Tapi sumpah, lucu banget."
Untung saja, kalimat itu hanya bersarang di dalam hatinya. Tidak sampai terucap. Kalau tidak, sudah pasti perang dunia ketiga akan pecah di ruang tamu ini. Aronio benar-benar tak ingin mengambil risiko.
"Enggak dong, Yaya kan selalu cantik. Hari ini, kemarin, kemarinnya lagi, besok, besoknya lagi, dan seterusnyaaa," ujar Aronio lembut, menatap Kazuya penuh perhatian. Suaranya menenangkan, tapi di dalam hati, ia justru ingin tertawa kecil melihat Yaya dengan pipi merona dan tatapan menghujam penuh amarah kecil itu.
Aronio tahu, seharusnya ia membantu meredakan emosi sang kekasih. Tapi, bagaimana mungkin? Semakin Kazuya merajuk, semakin menggemaskan dirinya. Apalagi saat mulutnya sedikit cemberut dan matanya mengerjap cepat, berusaha terlihat galak. Menyenangkan sekali melihat Yaya 'mode tantrum begini'. Rasanya ingin dikurungnya saja. Etssss? Belum boleh dong!!!
"Manis banget, sumpah,"
"Tapi maksud lagu tadi itu cuman hari ini cantiknya," ucap Kazuya, masih mempermasalahkan lirik lagu yang baru saja dinyanyikan Aronio. .
"Kan itu cuman lirik lagu, sayangg," kata Aronio dengan suara lembut, matanya memandang penuh perhatian ke arah Kazuya. "Aslinya kan Yaya cantik teruss, nggak cuman cantik, tapi manis bangett juga, kayak gulali amang-amang, imut, gemesin banget setiap hari, setiap menit, setiap detik pokoknya." Aronio kembali memberikan pengertian. Tangannya sudah mengelus rambut Zuya dengan lembut. Setiap elusan yang ia berikan selalu berhasil menenangkan kekasihnya. Kazuya yang sempat terlihat kesal, kini mulai merasa damai. Emosinya mulai mereda begitu saja.
Arghh!! Tau aja kelemahan aku.
Padahal masih pengen acara debatnya.
Huftttt. Gagal dehh. Batinnya dengan kesal, namun senyum kecil tak bisa disembunyikan di wajahnya.
Tiba-tiba, tanpa ragu, Kazuya menoleh ke arah Aronio dan dengan wajah sedikit memerah, ia memberikan pujian, "Mas juga ganteng."
Tak bisa menahan malu, Kazuya segera bersembunyi di pelukan Aronio, tubuhnya mengecil dalam pelukan hangat itu, seakan-akan ingin melarikan diri dari rasa canggung yang tiba-tiba menyerangnya..
Aronio kembali terkekeh gemas. "Eluluu, gemes banget sih. Pacar siapa ini??" Aronio ikut membalas pelukan itu. Mengeratkan mencari kenyamanan.
"Pacar Mass Iyooo, donggg." Teriak Zuya semangat. Meskipun suaranya sedikit teredam akibat wajahnya masih tenggelam di pelukan Aronio.
"Seratus buat Zuya." Ucap Aronio tak kalah semangatnya.
Dirinya ini sebenarnya memacari perempuan 22 tahun atau bocil 2 tahun ya?
Tapi
Nggak papa
Aronio suka
Suka sekali malah
Gemesin banget
•••