Devano Hanoraga, pria dingin yang super rich, perfeksionis, berkuasa, dingin, tegas dan tak takut mati yang menjadi pengusaha hebat dan tak kenal ampun selalu menjadi incaran para wanita yang selalu ingin hidup mewah tanpa ingin bekerja keras.
Ia tak sengaja menolong gadis cantik yang bekerja di Bar milik sahabatnya sebagai pelayan untuk membiayai kuliahnya saat dirinya dijual untuk melunasi hutang judi Kakak tirinya.
Yesica Anastasya, gadis cantik yang terpaksa bekerja di Bar untuk membiayai kuliahnya dan juga untuk membiayai Ibu tirinya yang pemalas dan Kakak tirinya yang senang berjudi.
"Jadilah wanitaku maka aku akan melunasi hutang Kakakmu." Devano.
"Aku bersedia menjadi wanitamu asal kau izinkaan aku melanjutkan studyku." Yesica.
"Deal."
Bagaimana kisah mereka selanjutnya?
Apakah Devano akan jatuh hati hingga sejatuh-jatuhnya pada sugar Baby yang ia tolong dan selamatkan dari Ibu dan Kakak tirinya?
Follow:
Fb: Isti
Ig: istikomah50651
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Isti Shaburu, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Episode 15
Saya... saya... .”
“Yesica, kamu masih saya-saya saja. Selesaikan makanmu, kita pergi membeli pakaian atau aku akan hilang kendali melihatmu memakai kemejaku seperti itu.” Devano bangun dari duduknya karena sudah selesai dengan makannya, ia berencana menuju ruang kerjanya untuk menenangkan pikirannya yang dibuat kesal terus menerus oleh gadis kecil yang selalu berputar dalam otaknya.
“Tuan,” panggil Yesica menghentikan langkah kaki Devano.
“Hm.”
“Apakah jika saya setuju menjadi wanita Anda atau menjadi istri siri Anda, saya masih bisa melanjutkan study saya?” tanya Yesica ingin memastikannya lagi apakah benar Devano akan membiarkannya melanjutkan kuliahnya.
“Hm.” Devano hanya ber hm ria sebagai jawabannya tanpa berniat menoleh pada lawan bicaranya karena Yesica yang masih menggunakan kemejanya membuat dirinya selalu menelan salivanya sulit, entah mengapa tubuhnya bereaksi pada saat melihat Yesica tapi tak bereaksi pada wanita yang selalu menggodanya padahal mereka lebih seksi dan menggoda.
“Kalau begitu, saya setuju untuk menjadi wanita Anda,” sahut Yesica seketika membuat Devano langsung membalikkan tubuhnya dengan wajah berbinar, tapi seketika wajah itu ia buat kembali seperti biasanya, dingin dan cuek. Entahlah mungkin dia malu dan gengsi untuk menunjukkan rasa senangnya.
“Baiklah kalau begitu, aku akan meminta Kris untuk mengatur semuanya. Sekarang aku akan membawamu untuk membeli pakaian,” sahut Devano dengan nada yang ia buat secool mungkin.
“Tapi aku akan mengenakan pakaian apa, Tuan? Pakaianku yang semalam koyak,” ucap Yesica yang bingung.
“Kalau begitu kau tunggu aku dikamar, aku akan segera menemuimu,” titahnya dan Devano pergi menuju sebuah kamar, Yesica yang tak ingin ambil pusing menuruti ucapan Devano untuk menuju kamar.
Tak lama Devano datang dengan membawa pakaian ditangannya.
“Pakai ini.” Devano memberikan kaos ukuran perempuan berwarna putih dan celana jeans wanita juga jaket levis.
“Apakah ini milik mantan kekasih Anda yang pernah bermalam di sini?” tiba-tiba saja Yesica bertanya demikian.
“Jangan sembarangan bicara, aku belum pernah membawa wanita ke rumah ini, hanya baru kau saja yang memasuki rumahku. Ini pakaian Adikku, dia terkadang menginap di sini jika Milan, putranya ingin bertemu denganku,” sahut Devano menjelaskan. “Cepat pakai, nanti keburu malam,” titahnya lagi.
“Maaf, saya tidak tahu. Kalau begitu saya akan mengganti pakaian terlebih dulu.” Yesica pergi menuju kamar mandi untuk mengganti pakaian.
Tak lama Yesica keluar sudah rapi dengan memakai pakaian milik Davina yang diberikan oleh Devano, sejenak Devano tertegun melihat penampilan gadis kecil itu yang mampu menggugah hasrat kelelakiannya.
‘Oh god, apakah aku benar-benar ped*fil yang menyukai gadis di bawah umur, mengapa saat bersama dengannya, tidak bahkan hanya melihat penampilannya saja aku sudah tergugah untuk merengkuhnya, mungkin kalau aku pria hidung belang aku sudah tak akan menyia-nyiakan kesempatan ini untuk langsung menyerangnya ke dalam kehangatan yang tiada tara, tapi aku masih waras, aku tak boleh merusaknya sebelum menjadi milikku, tapi bukan berarti aku juga akan merusaknya setelah menjadi milikku, aku akan merawatnya dengan baik dan akan selalu kupastikan ia berada disisiku,’ batin Devano berkecamuk mempertahankan pertahanannya agar tak goyah dan menyakiti Yesica nantinya.
“Tuan, saya sudah siap,” ucap Yesica menyadarkan Devano dari lamunannya.
“Oh, ya sudah ayu kita berangkat, Kris sudah menunggu di bawah.” Devano langsung berjalan lebih dulu meninggalkan Yesica di belakang, Yesica mengikutinya tanpa banyak ucapan.
Di dalam mobil, keduanya terlihat begitu asing, seperti saat bertemu di bar, hanya diam tak ada pembicaraan apa pun, sepi seperti kuburan pera*an.
Sampai di area parkir mall, Devano turun setelah Kris membukakan pintu mobil disusul oleh Yesica, mereka berjalan beriringan dengan Kris di belakangnya.
Banyak pasang mata yang menatap ke arahnya karena mereka mengenali siapa Devano, kebanyakan yang memandang takjub dan penuh damba adalah wanita.
‘Ke mana pun Tyan Vano pergi meski hanya memakai pakaian biasa seperti itu mungkin akan selalu menjadi pusat perhatian orang seperti ini, terutama seorang wanita,’ batin Yesica merasa minder, ia beringsut jalan di belakang Devano mensejajari Kris, Devano yang bingung menghentikan langkahnya dan berbalik menatap gadis tersebut.
“Apakah kau pengawalku?” tanya Devano dengan mengerutkan dahinya.
“Saya hanya tak nyaman saja berjalan di samping Anda, Tuan. Banyak mata memandang, pasti mereka membicarakan saya yang tak sopan berjalan beriringan dengan Anda,” sahut Yesica tahu diri.
“Mulai hari ini kau adalah wanitaku, angkat kepalamu dan berjalanlah yang tegak penuh perasaan bangga. Wanita seorang Devano Hanoraga tak boleh bersikap seperti ini. Kau diizinkan untuk bersikap arogan dan membawa namaku, ayu.” Devano meraih tangan Yesica dan menggandengnya sambil berjalan membuat wajah Yesica memerah, ia merasakan tekanan udara yang begitu panas, ia merasa semua wanita yang memandanginya sedang merutuknya dan menatapnya sinis meski itu memang benar adanya.
Devano berjalan menuju sebuah toko baju yang biasa dikunjungi oleh adik tercintanya.
“Selamat datang, Tuan Vano,” sambut karyawan toko tersebut dengan ramah.
“Bantu wanitaku memilih pakaian terbaik di toko ini,” titah Devano.
“Baik, Tuan. Mari Nona.”
“Pilihlah pakaian yang kau mau, jangan memilih gaya baju seperti yang kau kenakan, aku ingin kau memakai dresh mulai esok. Pilih juga beberapa gaun agar saat aku menghadiri pertemuan kau bisa menemaniku,” titah Devano yang sudah duduk di sofa empuk.
Yesica menuruti perkataan Devano untuk ikut dengan pelayan toko, sang pelayan membawa Yesica menuju tempat dres-dres cantik berjejer, Yesica mengamati begitu banyak dres cantik membuat dirinya terpesona, ia melihat banderol pada dres tersebut dan terkejut dengan harganya.
“Apakah tak ada yang lebih murah dari ini, Mbak?” tanya Yesica yang terkejut dengan harga satu dres yang ia suka.
“Itu sudah yang paking murah, Nona. Nona bisa mencobanya, Tuan Vano menyuruh Nona untuk memilih bukan untuk melihat harganya. Mari Nona saya antar ke ruang ganti,” ajak sang pelayan toko sambil membawa dres yang dilirik oleh Yesica.
Yesica menurutinya tanpa berucap lagi, ia takut membuat Devano malu jadi tak berkata apa pun lagi pada sang pelayan toko.
“Apakah ini tidak terlalu berlebihan? Satu baju seperti ini berharga sekitar dua bulan gajiku bekerja di Malam Langit, kalau kedua sahabatku tahu aku memakai pakaian mahal seperti ini pasti mereka akan berpikir yang tidak-tidak. Jika Vivi pasti akan memaklumi, tapi bagaimana dengan Luna yang tak tahu dunia malam,’ gumam Yesica yang berat sekali kakinya untuk keluar dari dalam ruang ganti.
“Nona, apakah Anda sudah selesai? Jika sudah mari saya antar untuk memperlihatkannya pada Tuan Vano,” ucap sang pelayan toko membuyarkan pikiran Yesica.
“Yah aku sudah selesai, aku keluar sekarang,” sahutnya dan Yesica pun keluar dari dalam ruang ganti.
“Anda cantik sekali, Tuan Vano pasti akan sangat terpesona pada Anda,” puji pelayan toko.
“Terima kasih,” ucap Yesica canggung dengan senyum yang dipaksakan padahal hatinya merasa tak nyaman memakai baju dengan harga yang terbilang cukup mahal.
“Tuan, apakah dres seperti ini yang Anda inginkan dikenakan oleh Nona?” ucap sang pelayan memperlihatkan Yesica yang mengenakan dres yang dipilihnya sendiri.
Devano yang melihat Yesica langsung terpesona karena terlihat begitu cantik dan polos.
“Yah, aku ingin model dres yang seperti ini, tolong carikan beberapa dan juga jangan lupa pilihkan beberapa gaun malam. Kris kamu selesaikan pembayarannya aku akan mengajaknya mencari sepatu di toko biasa,” titah Devano pada pelayan toko dan Kris.
“Baik, Tuan.”
Devano membawa Yesica menuju toko sepatu yang juga langganan sang adik. Seperti di toko pakaian tadi, ia meminta pelayan untuk melayani Yesica dengan menyebutkan Yesica sebagai wanitanya sedangkan dirinya duduk manis sambil memainkan ponselnya menunggu Yesica selesai memilih sepatu. Saat sedang asyik memainkan ponselnya, seorang wanita yang sangat dikenalnya dan juga selalu mengejarnya duduk persis di samping dirinya.
“Hai Vano, kita berjodoh banget yah bisa bertemu di sini.”
3 sahabat yang sudah menemukan kebahagiaan nya.