Alinea Alexandra sangat bahagia saat orang tuanya menjodohkan dirinya dengan Diksi Galenio, pria yang selama ini diam-diam dia cintai.
Namun, kenyataan tak sesuai dengan harapannya, Alinea harus menelan pil pahit karena hanya dijadikan istri rahasia oleh Galen.
"Kamu tidak perlu bertingkah seperti seorang istri! Karena Aku menikahimu hanya untuk balas budi. Satu lagi, rahasiakan pernikahan ini dari kekasih ku!" Diksi Galenio.
Namun, saat Alinea terus memperjuangkan cintanya, Dia justru dipertemukan kembali dengan mantan kekasihnya.
Apakah Alinea akan terus berjuang untuk mendapatkan cinta suaminya?
Atau menyerah dan memilih mantan kekasihnya?
"Aku tunggu jandamu!" Skala Bumi.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Kikan dwi, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Chapter 27
Sepanjang perjalanan mengantar Alinea pulang, Skala maupun Alinea tidak ada yang membuka suaranya. Keduanya sibuk dengan pikirannya masing-masing.
Skala ingat dengan jelas bagaimana Galen memperlakukan Alinea. Mengingatnya saja membuat Skala mengepalkan tangannya. Sebenarnya Skala cukup lama melihat perdebatan antara Alinea dan Galen, hanya saja dirinya ingin melihat sampai dimana Galen akan bertindak.
Skala bahkan sempat merekam ucapan Galen yang menuduh Alinea sebagai penyebab kebangkrutan perusahaannya. Walaupun dengan tegas wanita cantik itu membantah tuduhan Galen, tapi mantan suami Alinea itu sama sekali tidak menggubris ucapan mantan istrinya, Galen menganggap Alinea hanya membela dirinya saja.
Puncaknya saat Galen menghina Alinea dengan kata-kata yang tidak pantas, menjadi puncak kemarahan Skala. Pria itu tidak bisa diam lagi melihat wanitanya dihina sampai tubuhnya bergetar karena menahan tangis.
"𝘈𝘬𝘶 𝘵𝘪𝘥𝘢𝘬 𝘢𝘬𝘢𝘯 𝘱𝘦𝘳𝘯𝘢𝘩 𝘮𝘦𝘯𝘨𝘢𝘮𝘱𝘶𝘯𝘪𝘮𝘶!" Skala tersenyum smirk setelah berhasil mengirimkan rekaman itu pada seseorang.
"Kak, aku tidak mau pulang!"
Skala menghentikan mobilnya saat mendengar ucapan wanitanya yang terdengar sangat lirih. Pria itu tidak langsung mengiyakan permintaan Alinea, namun Skala lebih dulu memastikan keinginan wanita cantiknya.
"Kamu yakin, Yank? Tapi kalau Abangmu nanti marah, gimana?" Skala bukannya takut dengan Orion, hanya saja Abang Alinea itu menyuruh Skala untuk mengantar adiknya pulang. Skala tidak ingin Orion salah paham padanya dan menganggap dirinya memanfaatkan keadaan.
Alinea menggelengkan kepalanya. Wanita itu benar-benar tidak ingin pulang, tatapan memohonnya pada Skala membuat prianya itu akhirnya menyetujui keinginannya. Namun sebelum itu, Skala lebih dulu mengabari Orion supaya Abang Alinea itu tidak khawatir dan mengurangi resiko supaya kedepannya tidak menjadi masalah untuk hubungannya dan Alinea.
"Baiklah, Kamu ingin diantar ke mana, Sayang?" Skala menatap Alinea yang tampak berpikir. "Bagaimana kalau ke apartemenku?" Tawar Skala, pria itu menaik-turunkan alisnya menggoda Alinea.
Benar saja, Alinea tersipu. Ucapan Skala itu terdengar menggoda di telinganya. Padahal Skala hanya mengajak wanita cantiknya itu ke apartemen nya, namun hal itu justru membuat Alinea berpikiran lain.
"Kak!" Alinea melotot seraya mencubit lengan Skala yang sedang fokus pada kemudinya.
"Apa, Sayang? Aku hanya mengajakmu ke apartemenku. Memangnya ada yang salah? Atau jangan-jangan kamu memikirkan hal lain?" Skala menyipitkan matanya menatap wanita cantiknya.
Sontak saja hal itu semakin membuat Alinea salah tingkah. Dan membuat Skala tidak tahan untuk tidak tertawa.
"Haahaaa.... haahaaa..." Pria itu terbahak, wajah Alinea yang seperti kepiting rebus terlihat sangat menggemaskan di matanya.
"𝘚𝘺𝘶𝘬𝘶𝘳𝘭𝘢𝘩, 𝘢𝘬𝘩𝘪𝘳𝘯𝘺𝘢 𝘬𝘢𝘮𝘶 𝘣𝘪𝘴𝘢 𝘵𝘦𝘳𝘴𝘦𝘯𝘺𝘶𝘮 𝘭𝘢𝘨𝘪." Skala sangat lega melihat wanitanya bisa kembali tersenyum. "𝘈𝘬𝘶 𝘫𝘢𝘯𝘫𝘪 𝘢𝘬𝘢𝘯 𝘴𝘦𝘭𝘢𝘭𝘶 𝘮𝘦𝘮𝘣𝘶𝘢𝘵𝘮𝘶 𝘵𝘦𝘳𝘴𝘦𝘯𝘺𝘶𝘮. 𝘋𝘢𝘯 𝘪𝘯𝘪 𝘢𝘥𝘢𝘭𝘢𝘩 𝘵𝘦𝘳𝘢𝘬𝘩𝘪𝘳 𝘬𝘢𝘭𝘪𝘯𝘺𝘢 𝘒𝘢𝘮𝘶 𝘮𝘦𝘯𝘢𝘯𝘨𝘪𝘴 𝘬𝘢𝘳𝘦𝘯𝘢 𝘱𝘳𝘪𝘢 𝘴𝘪𝘢𝘭𝘢𝘯 𝘪𝘵𝘶."
"Terimakasih, Kak!" Hanya satu kalimat itu yang mampu Alinea ucapkan.
"Terimakasih, untuk apa?" Skala mengernyitkan keningnya, pria itu menatap intens Alinea, menunggu ucapan apa yang akan Alinea selanjutnya ucapkan.
"Karena Kamu ada di sampingku." Alinea tersenyum tulus menatap Skala.
Melihat wanitanya kembali berkaca-kaca, membuat Skala langsung membawanya ke dalam pelukannya. "Aku akan selalu ada untukmu." Skala mengecup pucuk kepala Alinea yang terisak dipelukannya. "Menangislah, aku akan membiarkannya kali ini. Tapi tidak untuk lain kali!"
Alinea semakin terisak dipelukan Skala, namun hatinya sangat lega dan bersyukur karena memiliki Skala di sampingnya.
...----------------...
"Mas, Kamu kenapa?" Ruby menghampiri Galen yang tengah berjalan tertatih.
"Aku---"
Bugh
"Pria sialan!"
Bugh
Belum sempat Galen menjawab pertanyaan istrinya, dari arah lain Orion tiba-tiba datang dan menghajarnya.
Ruby berteriak histeris melihat Orion menghajar suaminya membabi buta. Untung saja, posisi mereka berada di sudut hotel membuat teriakan Ruby itu tidak didengar oleh siapapun.
"Hentikan, Bang! Atau aku akan memanggil semua orang ke sini!" Ancam Ruby.
Orion tersenyum menyeringai, ucapan Ruby itu berhasil membuat Orion menghentikan gerakannya menghajar Galen.
"Panggil saja! Biar sekalian semua orang tahu, bahwa seorang model Ruby Katalyna tidak lah lebih dari seorang pelacur yang menghalalkan segala cara demi mencapai tujuannya, termasuk..."
Orion sengaja tidak melanjutkan ucapannya, pria itu sangat menikmati wajah Ruby yang tiba-tiba berubah pucat.
Deg
"𝘈𝘱𝘢 𝘮𝘢𝘬𝘴𝘶𝘥 𝘉𝘢𝘯𝘨 𝘖𝘳𝘪𝘰𝘯? 𝘈𝘱𝘢 𝘫𝘢𝘯𝘨𝘢𝘯-𝘫𝘢𝘯𝘨𝘢𝘯 𝘋𝘪𝘢 𝘵𝘢𝘩𝘶 𝘴𝘦𝘴𝘶𝘢𝘵𝘶?"
Kekhawatiran Ruby semakin bertambah saat melihat seringai tak terbaca di wajah Orion. Apalagi saat Abang Alinea itu membisikkan sesuatu yang membuat jantung Ruby nyaris berhenti berdetak.
"𝘑𝘢𝘥𝘪, 𝘋𝘪𝘢 𝘣𝘦𝘯𝘢𝘳-𝘣𝘦𝘯𝘢𝘳 𝘵𝘢𝘩𝘶 𝘴𝘦𝘨𝘢𝘭𝘢𝘯𝘺𝘢!"
Tubuhnya nyaris terhuyung andai Orion tidak menahannya.
"Tetaplah sehat, karena menipu orang itu butuh kekuatan!"
Orion tersenyum puas, bukan hanya berhasil melampiaskan amarahnya pada Galen, tapi Dia juga berhasil membuat Ruby berada dalam ketakutan selama hidupnya.
"𝘛𝘦𝘳𝘪𝘮𝘢𝘭𝘢𝘩 𝘩𝘶𝘬𝘶𝘮𝘢𝘯 𝘮𝘶, 𝘴𝘦𝘭𝘢𝘮𝘢 𝘩𝘪𝘥𝘶𝘱𝘮𝘶 𝘬𝘢𝘮𝘶 𝘵𝘪𝘥𝘢𝘬 𝘢𝘬𝘢𝘯 𝘮𝘦𝘯𝘦𝘮𝘶𝘬𝘢𝘯 𝘬𝘦𝘵𝘦𝘯𝘢𝘯𝘨𝘢𝘯 𝘢𝘱𝘢𝘭𝘢𝘨𝘪 𝘬𝘦𝘣𝘢𝘩𝘢𝘨𝘪𝘢𝘢𝘯. 𝘈𝘬𝘶 𝘵𝘪𝘥𝘢𝘬 𝘢𝘬𝘢𝘯 𝘮𝘦𝘮𝘣𝘪𝘢𝘳𝘬𝘢𝘯 𝘬𝘢𝘭𝘪𝘢𝘯 𝘩𝘪𝘥𝘶𝘱 𝘣𝘢𝘩𝘢𝘨𝘪𝘢 𝘴𝘦𝘵𝘦𝘭𝘢𝘩 𝘮𝘦𝘯𝘺𝘢𝘬𝘪𝘵𝘪 𝘢𝘥𝘪𝘬𝘬𝘶."
Orion melenggang dari tempat itu meninggalkan Ruby yang masih membeku di tempatnya. Sedangkan Galen, jangan tanyakan keadaannya yang sudah terkapar tak sadarkan diri.
...----------------...
Orion melajukan mobilnya, kekhawatiran nya pada Alinea membuatnya ingin segera sampai di rumah. Namun, dering notifikasi ponselnya mengalihkan perhatian fokusnya.
'𝘉𝘢𝘯𝘨, 𝘢𝘬𝘶 𝘮𝘦𝘯𝘨𝘢𝘯𝘵𝘢𝘳𝘬𝘢𝘯 𝘈𝘭𝘪𝘯 𝘬𝘦 𝘢𝘱𝘢𝘳𝘵𝘦𝘮𝘦𝘯𝘯𝘺𝘢. 𝘒𝘢𝘳𝘦𝘯𝘢 𝘋𝘪𝘢 𝘵𝘪𝘥𝘢𝘬 𝘪𝘯𝘨𝘪𝘯 𝘱𝘶𝘭𝘢𝘯𝘨. 𝘋𝘪𝘢 𝘣𝘪𝘭𝘢𝘯𝘨, 𝘵𝘪𝘥𝘢𝘬 𝘪𝘯𝘨𝘪𝘯 𝘮𝘦𝘮𝘣𝘶𝘢𝘵 𝘋𝘢𝘥𝘥𝘺𝘯𝘺𝘢 𝘬𝘩𝘢𝘸𝘢𝘵𝘪𝘳.'
Satu pesan dari Skala itu membuat Orion mencebikkan bibirnya.
"Cih! Aku tahu itu hanya modusmu untuk bisa berduaan dengan Alin. Aku tidak akan membiarkannya!"
Orion pun memutar arah, Dia memutuskan untuk menyusul adiknya ke apartemen. Hanya membutuhkan beberapa menit saja untuknya sampai di apartemen. Dan alangkah terkejutnya Orion saat melihat pemandangan pertamanya begitu masuk ke dalam apartemen.
"APA YANG SEDANG KALIAN LAKUKAN?"
𝘛𝘰 𝘉𝘦 𝘊𝘰𝘯𝘵𝘪𝘯𝘶𝘦𝘥