"Pecahkan saja semua, dan ingat jangan ada yang tersisa."ucap seorang pria bertubuh tinggi tegap dengan paras sempurna itu.
"Tidak tuan tolong jangan pecahkan semua ini saya mohon... saya minta maaf atas apa yang terjadi saya janji akan bertanggung jawab atas apa yang telah dilakukan oleh adik saya."
"Siapa anda berani-beraninya menindas orang kecil seperti dia, berapa hutang ibu ini hingga anda melakukan hal kejam seperti ini?"ucap seorang gadis yang baru saja tiba di toko perabotan langganannya.
Namun tidak ada jawaban sedikit pun dari pria yang kini tengah duduk dengan angkuhnya dikelilingi para bodyguard sambil menyaksikan anak buahnya yang tengah menghancurkan perabotan tersebut.
"Jawab aku berharap hutang nya hingga kalian semua menghancurkan semuanya ini!"ucapnya lagi kali ini dia berucap dengan nada tinggi.
Seketika suasana menjadi hening saat pria yang sedari tadi duduk dengan angkuhnya itu berdiri dan menghampiri gadis yang kini tengah menatap kesal pada mereka.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Erny Su, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 7
Sontak Emilia terdiam karena perbuatan Arthur dan perkataannya yang benar-benar menohok dimata Emilia gadis itu baru saat ini mendapatkan perlakuan seperti itu.
Emilia pun menyudahi makan siang nya setelah ia sedikit merasa kenyang, dan dia pun pergi meninggalkan mereka semua yang tengah menatap dirinya termasuk Austin yang menurut Emilia adalah manusia yang paling menyebalkan.
Hari semakin larut Emilia masih betah berdiri sambil menatap sebuah rumah lain yang baru kali ini ia tau dari arah dirinya berdiri saat ini.
Emilia berfikir untuk menjelajahi pulau ini siapa tau dia mendapatkan sebuah petunjuk untuk bisa kabur dari tempat itu saat pria itu bersama anak buah nya lengah.
"Apa kau tidak merasa penasaran dengan rumah itu."ucap seseorang yang kini berdiri di samping nya.
"Oh ya ampun kali ini aku benar-benar percaya bahwa rumah ini ada hantunya."ucap Emilia.
"Hantu kau bilang? apa ada hantu setampan aku di dunia ini."ucap Arthur yang berhasil membuat Emilia tertawa terbahak-bahak.
"Aku baru tau ada orang seperti mu di dunia ini."ucap Emilia menyindir Arthur.
"Rumput liar apa kau tidak berfikir ingin lari dari tempat ini."ucap Arthur tegas.
"Untuk apa aku lari, lagipula disini sangat nyaman tanpa harus memikirkan biaya hidup dan tempat tinggal. Aku tidak perlu repot-repot memikirkan dengan apa aku besok makan seperti sebelum aku ditahan di sini untuk sebuah dosa yang tidak pernah aku lakukan sama sekali."ucap Emilia.
"Jika seperti itu katakanlah yang sejujurnya dimana laki-laki yang sudah menghancurkan hidup adikku?"ucap Arthur.
"Tuan gembala yang termenyebalkan di dunia ini, aku tidak kenal siapa dia dan tidak pernah menyembunyikan mereka."ucap Emilia yang kini sudah sangat kesal karena pertanyaan itu lagi-lagi Arthur ucapkan.
"Tapi semua bukti mengarah padamu. atau kau ingin merasakan penjara yang sesungguhnya?"ujar Arthur.
"Bukti apa katakanlah jika bicara jangan setengah-setengah?"ucap Emilia yang kini semakin terlihat sangat marah.
"Kau telah menghilang secara bersamaan dengan kepergian laki-laki itu, dan juga wanita itu."ucap Arthur tegas.
"Kau bilang aku menghilang, memangnya aku pernah buat janji untuk tidak berpergian padamu? Memangnya kita sudah ada kesepakatan sebelumnya hingga aku mengingkarinya? Aku pergi sesuka hati semua itu karena aku harus melanjutkan hidup ku setelah nenek ku meninggal dunia dan aku bekerja di kapal pesiar itu seperti saat bertemu dengan mu."ucap Emilia.
Arthur terdiam sambil menatap lekat wajah cantik itu, dia melihat adanya kejujuran dari gadis cantik yang ada di hadapannya saat ini meskipun terkadang keraguan di hati Arthur selalu muncul.
"Kalau begitu aku akan membayar mu per satu jam setiap kali kau mengurus satu pekerjaan entah itu tentang si kecil ataupun Valeria."ucap Arthur tegas.
"Aku tidak tertarik, lebih baik aku bekerja di luar sana tanpa gangguan dari kalian semua saat aku ingin menikmati ketenangan dalam hidup ku."ucap Emilia.
"Masih kurang tawaran yang aku tawarkan ini hmm...kau bisa menikmati fasilitas di rumah ini sesuka hati mu."ucap Arthur.
"Aku ingin punya kamar sendiri dan aku ingin barang-barang pribadiku."ucap Emilia.
"Bisa diatur, tapi kamu harus menandatangani kontrak perjanjian diantara kita."ucap Arthur.
"Baiklah."ucap Emilia yang sebenarnya sedang mempelajari berbagai caranya untuk bisa keluar dari lingkungan yang telah memenjarakan nya.
Sementara itu di luar sana."Lebih cepat babe aku ingin kamu menusuk ku lebih dalam lagi." racau seorang wanita cantik yang kini tengah berada di bawah kungkungan pria yang telah dinobatkan sebagai kekasihnya itu.
Sementara si pria hanya bisa pasrah karena dia sendiri terpaksa melakukan hal itu demi keselamatan sang kakak yang telah menjadi tawanan nya saat ini.
Sadam adalah pria yang selama ini selalu menjadi pemuas nafsu seorang Irena perempuan yang memiliki kelainan sex sejak dia menjadi korban rudapaksa saat itu yang dilakukan oleh banyak pria yang merupakan teman satu kampusnya itu.
"Bisakah aku istirahat dulu nona cantik, tubuh ku ini sudah sangat lelah dan aku bisa mati jika terus melakukan semua ini."ucap Sadam yang kini melancarkan rayuan agar dia bisa beristirahat meskipun barang sejenak.
"Baiklah babe... tapi tolong panggilkan mereka karena aku masih belum selesai."ucap Patrizia yang kini mencium bibir Sadam dengan rakusnya sambil menggenggam tongkat kayu yang kembali mulai mengeras milik Sadam.
"Babe aku tau kamu pun masih sangat menginginkan belain ku, ini buktinya."ucap wanita yang kini menggantikan posisi tangannya dengan lidahnya yang menari-nari dengan lincahnya di bawah sana, hingga membuat Sadam tidak kuasa menahan sesuatu yang sudah ingin meledak.
"Keluarkan lah Babe tapi didalam ku."ucap Irena yang kini mendorong tubuh Sadam hingga terlentang di atas ranjang dan Irena langsung menaiki tubuh polos itu dengan tongkat kayu yang kini telah masuk sempurna kedalam lubang goa miliknya.
Tubuh Sadam pun bergetar hebat saat Irena mulai menari diatasnya dengan desa*an penuh gairah hingga lumpuh hangat itu benar-benar menyembur keluar dari dalam tongkat kayu milik Sadam memenuhi goa yang begitu dalam dan gelap tersebut.
Irena benar-benar tidak bisa dikalahkan oleh siapapun termasuk Sadam yang sudah berulang kali menuju puncak hingga laki-laki lainnya masuk dan akhirnya Sadam pun bisa istirahat meskipun hanya untuk beberapa jam saja.
Suara erangan ni*at terdengar berulang kali dari para lelaki di kamar sebelah tempat Sadam memuaskan Irena tadi.
Hal itu menunjukkan bahwa Irena adalah perempuan yang tidak terkalahkan. Hingga suara mereka sudah tidak terdengar lagi Sadam tau nasib mereka saat ini.
Mereka sudah seperti seekor lalat yang bisa dihabisi kapanpun, wanita itu akan sangat marah saat hasratnya tidak terpenuhi. hanya dengan Sadam lah Irena merasa sedikit nyaman meskipun terkadang Sadam pun tidak bisa memuaskan hasrat wanita itu karena kondisi fisiknya yang hampir satu hari satu malam terus digempur habis-habisan oleh Irena.
Jangan tanyakan bagaimana keadaan Sadam saat ini. Jika ada yang bertanya memilih kenikmatan tiada henti tapi nyawanya terancam setiap saat, atau bunuh diri.
Maka jawaban yang akan Sadam berikan adalah bunuh diri jika saja dia tidak memikirkan keselamatan keluarga yang ia miliki selama ini yaitu satu-satunya kakak perempuan yang sudah seperti ibunya sendiri.
Waktu terus bergulir, baik Sadam maupun Emilia saat ini sama-sama masih terpenjara di dalam jurang keegoisan para penguasa.
Sadam dengan keseharian nya memuaskan ratu mafia yang memiliki kelainan sex. Sementara Emilia dengan tingkah ajaib sang mafia yang hampir setiap hari membuat dia merasa kesal dibuatnya.
...🍁🍁🍁🍁🍁...
Satu tahun telah berlalu sejak hari dimana Emilia diculik dan dibawa ke sebuah pulau pribadi yang tidak pernah terjamah oleh orang luar dengan segala fasilitas yang tidak masuk akal bagi seorang Emilia yang sejak saat itu telah menjadi seorang pengasuh untuk dua orang wanita berbeda generasi ditambah dengan tuanya pengembala nya yang terkadang bersikap tidak masuk akal menurut Emilia.
Pria itu terkadang akan bersikap dingin dan cuek, terkadang bersikap lembut dan menyentuh Emilia dengan penuh kelembutan meskipun sampai saat ini tidak ada kejelasan tentang kedekatan mereka.
Arthur memang tidak pernah memaksa Emilia untuk berada di sisinya, tapi berbagai insiden kecil hampir setiap hari membuat keduanya mau tidak mau harus bersentuhan meskipun bukan hal yang berbau negatif.
Arthur memang pria arogan di luar sana, tapi tidak saat di rumah. terkadang dia justru membuat Emilia merasa kesal dengan tingkah konyolnya yang terkadang iri pada si kecil yang selama ini ia suapi begitu juga Valeria yang selama ini selalu menempel pada gadis cantik yang selama ini selalu menjadi pusat perhatian Arthur dalam diam.
Emilia mendapatkan bayaran untuk pekerjaan yang ia lakukan, dan gaji yang Arthur berikan memang tidak main-main tapi satu hal yang tidak pernah membuat Emilia puas selama satu tahun kebelakang yaitu kebebasan seperti dulu.
Bahkan Emilia seakan lupa dengan ilmu bela diri yang ia miliki, karena sampai saat ini dia tidak pernah berlatih ataupun mempelajari ilmu bela diri baru.
Kesehariannya akan dimulai dengan bangun pagi sekali lalu bergegas mandi dan bersiap untuk olahraga pagi, entah itu di tempat gym yang ada di rumah megah itu, ataupun di tepi pantai yang penuh kesejukan itu.
Rutinitas olahraga pagi itu wajib ia lakukan untuk menjaga kebugaran tubuhnya dan juga kewarasan otaknya sebelum dia mendapatkan terapi Shok dari tingkah tuan rumah yang terkadang menyebalkan itu.
Mereka memang memiliki hubungan antara pelayan dan majikan selama ini, tapi panggilan dari keduanya tidak pernah ada yang berubah meskipun Arthur atau Emilia dalam keadaan sangat marah terhadap satu sama lainnya.
Tapi jangan berfikir bahwa Emilia akan bisa diperlakukan semena-mena oleh pelayan lainnya. Dia tidak berseragam dan tetap memiliki hak istimewa seperti nyonya rumah di antara mereka.
Tidak hanya itu terkadang Emilia pun tidur di kamar yang sama dengan Arthur saat bayi besar itu memaksa dirinya untuk menemani Arthur tidur meskipun tidak melakukan aktifitas sex seperti layaknya Sadam dengan Patrizia yang kini sudah mulai semakin dekat.
Emilia hanya akan tidur dalam dekapan pria yang ternyata memiliki trauma berat dalam hidupnya yang sampai saat ini dia sembunyikan dari semua orang kecuali Emilia.
Arthur sering mengigau memanggil sang mommy dengan tubuh bergetar dipenuhi keringat dan air mata yang mengalir deras saat mata itu tengah terpejam hingga dia berteriak keras sambil terjaga dari tidurnya dan hal itu hampir sering terjadi saat dia berkunjung ke rumah yang sedikit lebih jauh dari rumah tersebut.
Mungkin itu adalah satu-satunya alasan kenapa Arthur terkadang memaksa Emilia untuk menemani dirinya untuk tidur di ranjang yang sama. karena Emilia selalu bisa membuat dia tenang saat mimpi itu datang.
Tidak banyak yang tau selain pengasuh Arthur yang kini entah berada di mana, saat kekerasan itu terjadi pada ibunya Arthur dan Valeria yang dilakukan oleh nenek Arthur yang tidak pernah merestui pernikahan putranya dengan Tiana ibunda Arthur.
Arthur yang kala itu masih berusia tiga tahun, sering menyaksikan ibunya disiksa oleh ibu mertuanya demi mempertahankan pernikahan nya dengan pria yang sangat ia cintai. Meskipun pria itu tidak pernah bisa membelanya di depan kedua orang tuanya.
Tiana bahkan rela menerima cambukan di setiap kali wanita itu terlihat mesra dengan suaminya.
Ibu mertuanya merasa tidak suka dengan itu, karena wanita yang menjadi pilihan nya telah meninggal dunia akibat bunuh diri saat mengetahui bahwa Tiana adalah wanita yang dipilih oleh tuan Edison yang tidak lain adalah ayah Arthur.
Sejak hari pertama mereka tinggal di rumah mewah yang kini kosong tersebut, Tiana selalu mendapatkan perlakuan kasar tidak jarang tubuhnya terluka dengan berbagai jenis luka.
Tapi Edison hanya peduli dengan Tiana disaat wanita cantik itu tersenyum padanya dan melayani dirinya saat di rumah termasuk di atas ranjang yang selalu menjadi obat dari rasa sakit yang Tiana dapatkan itu.
Karena saat itu dia bisa mencurahkan segalanya kepada Edison yang akan membelai dan mengecup setiap luka yang didapatkan oleh nya.
Tidak jarang Edison mau bersusah payah untuk mengobati luka-luka di tubuh istrinya itu tapi keesokan harinya Tiana akan kembali terluka seperti biasanya.
Hingga saat ia dinyatakan hamil, Edison pun berlutut di hadapan sang mommy memohon agar Tiana tidak lagi dilukai karena saat itu ada calon penerus keluarga di dalam rahim Tiana.
Akhirnya sembilan bulan lamanya Tiana tidak lagi mendapatkan kekerasan fisik tersebut, meskipun sindiran sebagai wanita tidak berpendidikan dan tidak pantas untuk menjadi seorang menantu dikeluarga itu sering ia dapatkan.
Sampai saat wanita itu melahirkan anak laki-laki yang begitu mirip dengan putra semata wayang mereka. Mungkin karena itu adalah bukti cinta Tiana terhadap Edison yang sangat berbahagia itu.
Edison bahkan merayakan pesta kelahiran putranya itu dengan sangat meriah dia membelikan satu set perhiasan berlian yang dikenakan oleh Tiana saat pesta tersebut.
Semua orang begitu mengagumi tubuh ramping dan kecantikan sempurna yang dimiliki oleh Tiana saat hadir di pesta tersebut, tanpa mereka tahu dibalik gaun pesta yang indah itu terdapat banyak luka goresan ataupun memar bekas kekejaman seorang ibu mertua.
Namun sebisa mungkin Tiana menyembunyikan semua itu karena Tiana tidak ingin nama suami tercintanya itu tercoreng.
Tiana bahkan tersenyum manis di depan kamera yang terus mengikuti langkah nya dan keluarga kecilnya itu.
Semua tampak baik-baik saja hingga tiga tahun usia Arthur yang saat itu tengah sangat aktif bergerak kesana kemari. Dan hanya karena lutut putranya mengalami lecet setelah terjatuh karena berlarian di halaman rumah tersebut.
Tiana kembali mendapatkan penyiksaan dari ibu mertuanya yang kejam itu, dan seakan meluapkan kebencian yang ia tahan selama empat tahun tersebut, Tiana pun hampir tewas dengan bersimbah darah dengan tubuh dipenuhi luka sayatan kecil yang dilakukan oleh wanita paruh baya yang kejam itu.
Saat itu Arthur yang mendengar jeritan demi jeritan sang mommy berlari keluar dari dalam kamar dan menghampiri sumber suara dikejar oleh beberapa orang pelayan yang ingin menghentikan langkahnya agar dia tidak melihat kekerasan yang dilakukan oleh wanita kejam itu.
Arthur pun menjerit histeris dengan tubuh bergetar saat melihat darah bercucuran dari wanita yang tergeletak di lantai dengan darah yang mengalir deras saat itu.
Arthur memeluk erat sang mommy tanpa bisa dilepaskan oleh siapapun.
Hingga saat Edison datang dari luar, saat itu Edison murka saat melihat istrinya hampir tewas dibuat nya.