Dua orang Kakak beradik dari keluarga konglomerat dengan sifat yang berbeda, sama-sama jatuh cinta pada seorang wanita.
Satria yang diam-diam telah menjalin cinta dengan Aurora terpaksa menelan kenyataan pahit saat mengetahui wanita yang dinikahi Kakaknya Saga adalah kekasih hatinya, Aurora.
Satria yang salah paham pada Aurora, jadi sakit hati dan frustasi. Cintanya pada Aurora berubah menjadi dendam dan kebencian.
Satria melakukan banyak hal untuk merusak rumah tangga kakak dan mantan kekasihnya itu.
Hingga akhirnya, Saga meninggal karna penyakit kelainan jantung yang ia derita dari kecil.
Satria malah menuduh, Aurora lah peyebab kematian sang Kakak.
Rasa benci yang mendalam, membuat Satria terus menerus menyiksa batin Aurora.
Apakah Aurora sanggup bertahan dengan ujaran kebencian Satria? Sementara Aurora masih sangat mencintai Satria.
Jangan lupa mampir ke karya author yang lain ya, 🤗
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Afriyeni Official, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
BERITA YANG MENGEJUTKAN SATRIA.
Satria menarik nafas lega setelah lebih setengah hari, ia hanya menatap dan berbicara dengan laptop. Iapun merenggangkan tubuhnya sejenak dan meraih ponsel yang ia taruh di atas meja kerjanya.
Ia sudah rindu pada Aurora. Ia ingin menelpon kekasih pujaan hatinya itu. Walau tak bertemu hari ini, sekedar mendengar suara merdunya saja sudah cukup membuat Satria melepas rindu dihatinya walaupun sesaat saja.
Satria terbelalak kaget ketika layar ponselnya menunjukan 17 panggilan tidak terjawab dari Aurora.
"Astaga! Mampus aku!" ucapnya seraya menepuk jidatnya keras.
Tanpa membuang waktu, Satria segera menelpon balik ke nomor Aurora.
"Nomor yang anda tuju, sedang tidak aktif!" Suara operator yang berulang kali terdengar setiap kali ia mencoba menghubungi Aurora membuat Satria jadi panik.
"Ayolah sayangku, apa kamu ngambek gara-gara aku gak angkat telpon dari kamu?" gumam Satria gelisah.
Tapi setelah sekian lama ia mencoba, nomor Aurora tidak juga aktif.
Setengah jam sudah Satria merasa uring-uringan di dalam kamarnya. Ia pun bangkit, berniat hendak menemui Aurora ke rumahnya.
"Bodo amat! Mau Bapaknya marah-marah, mau menghina, mau pukul, mau usir, aku gak peduli! Asalkan jangan Aura yang ngambek, bisa kiamat duniaku." racau Satria gundah.
Tit...Tit...Tit...!
Bunyi dering ponselnya membuat Satria terkejut. Satria berharap Aurora yang menelponnya. Raut wajahnya berubah cemberut saat yang menelpon ternyata adalah Mamanya sendiri.
"Satria! Meeting mu udah selesai belum?" tanya Nilam.
"Udah ma, dari tadi. Mama kok belum pulang?" tanya Satria heran.
Sudah dari tadi pagi hingga siang begini, mama dan papanya serta Saga belum juga kembali dari acara pertemuan keluarga sekaligus lamaran itu.
"Ada masalah sedikit, Kakak mu pingsan. Sekarang dia ada di rumah sakit!" ujar Nilam sedih.
Satria terkejut mendengar perkataan mamanya.
"Pingsan? Ya udah, Satria segera kesana. Mama kirim alamat rumah sakitnya lewat chat. Satria langsung berangkat!" ucap Satria buru-buru mencari kunci mobilnya.
Sejenak ia lupa dengan niatnya semula yang ingin menemui Aurora ke rumahnya.
Satria bergegas berangkat ke rumah sakit setelah berpesan pada pembantu dan penjaga rumah untuk mengurus rumah baik-baik.
.
☘️☘️☘️
"Satria!"
Kehadiran satria di sambut mamanya di ambang pintu ruangan VVIP. Satria bergegas masuk ke dalam ruangan dan melihat keadaan Saga yang sudah sadar dari pingsannya.
"Emang, Saga sakit apa sih Ma, Pa? Kok bisa pingsan gitu?" tanya Satria sangat khawatir dengan keadaan Kakaknya yang terlihat sangat lemah dan sulit bernafas.
"Maafkan Papa dan Mama, Satria. Selama ini, Papa dan Mama belum kasih tahu kamu soal penyakit Saga. Kakak mu itu, udah lama mengidap penyakit gagal jantung." ucap Papanya menjelaskan.
Satria terperanjat kaget.
"Gagal jantung? Apa ia tak salah dengar?" ucap Satria dalam hati dengan mata terbelalak tak percaya.
"Saga itu sebenarnya nggak boleh terlalu lelah bekerja dan banyak mikir. Kayaknya, saat bicara sama Aurora tadi, sakitnya kumat lagi." ujar Mamanya sedih.
"Aurora?" Satria mencoba merenung mengingat nama yang di sebut mamanya.
"Aurora, Aura! Ah, tidak mungkin sama. Nama nya saja beda!" Satria menepis dugaan buruk yang timbul di benaknya.
Entah kenapa, ia jadi teringat pada Aura kekasih hati nya yang ia pikir lagi ngambek karna telpon nya gak di angkat.
"Trus, kenapa Saga pingsan? Apa lamarannya di tolak gadis itu?" tanya Satria penasaran.
"Mama juga kurang tau, tapi kalau mama lihat dari sikapnya gadis itu tidak menyukai Saga." Sahut Nilam sedih.
Ia menatap putra sulungnya yang terbaring lemah dengan raut wajah sedih.
Satria mengusap punggung mamanya dengan lembut.
"Mama jangan sedih. Mungkin gadis itu juga shock karna di jodohkan dengan Saga begitu mendadak apalagi saat ia mengetahui penyakit Saga. Ia mungkin butuh waktu untuk memikirkan perjodohan itu kembali." Satria coba menghibur mama nya.
"Iya, kalau jodoh pasti takkan kemana." ucap Nilam menghibur hatinya meski meragukan ucapannya sendiri.
Satria mengangguk. Benak nya kembali terbayang wajah cantik aura kekasihnya. Satria mendesah pelan.
"Sabar sayang, jika Kak Saga menikah, Aku akan segera melamarmu. Ku pastikan, Kamu adalah jodohku, Aura!" ujar Satria bertekad dalam hati.
"Ma, Pa, Satria mau menelpon dulu sebentar di luar. Ada urusan yang belum Satria selesaikan!" ujar Satria tiba-tiba.
Satria segera berjalan keluar tanpa menunggu balasan dari kedua orang tuanya. Ia segera merogoh ponsel dari dalam kantongnya dan mencoba menghubungi ponsel Aurora kembali.
"Nomor yang anda tuju sedang tidak aktif!" Lagi-lagi lagi suara operator yang terdengar menjawab panggilan telponnya.
Satria makin gundah dalam hati. Apa yang sebenarnya terjadi dengan Aurora? Apa dia benar-benar benar ngambek dan tak mau bicara lagi dengannya? Hati Satria di liputi tanda tanya.
"Ah, tunggu sampai besok saja. Jika nomornya nggak aktif juga, aku akan datangi rumahnya besok!" Akhirnya Satria memutuskan untuk menunggu sampai esok hari.
☘️☘️☘️
Keesokan hari nya menjelang malam.
Di dalam kamarnya yang cukup luas. Aurora hanya termenung, menatap kosong ke arah luar lewat jendela kamarnya yang tertutup rapat. Ia bagai tahanan yang tak bisa berbuat apa-apa dalam penjara yang berupa kamar di rumahnya sendiri.
Aurora tak bisa menghubungi kekasihnya Satria karna ponselnya telah di hancurkan Indra ayahnya. Aurora cuma bisa pasrah menerima nasib yang sudah di tentukan oleh ayah dan ibu tirinya itu. Wajah cantiknya sudah sembab karna terlalu banyak menangis.
Sementara itu di depan rumahnya, tanpa Aurora ketahui.
Satria sang kekasih hatinya baru saja mendatangi rumah Aurora. Dengan penuh keberanian, ia mengetuk pintu rumah Aurora.
Kehadiran Satria, langsung di sambut oleh Santi sang ibu tiri Aurora dengan tatapan penuh selidik.
Wanita paruh baya itu tampak membukakan pintu, dan berdiri pongah di depan pintu rumah.
"Siapa kamu? Mau cari siapa?" tanya Santi dengan mulutnya yang judes.
"Maaf Tante, saya Satria, saya mau ketemu Aura." jawab Satria sopan.
Santi mendelik dan memperhatikan pemuda di hadapannya dengan seksama. Sejenak ia memuji ketampanan Satria yang sebelas dua belas dengan Saga.
Santi membandingkan penampilan Satria yang urakan dengan penampilan Saga yang rapi dan parlente. Ia memandang Satria dengan sinis. Di matanya, Satria memang berbeda jauh dalam segi penampilan, pemuda itu terlihat seperti berandalan.
"Aura tidak ada. Dia sedang pergi!" jawab Santi berbohong.
"Pergi? pergi kemana Tante?" tanya Satria bimbang.
"Ya pergi, ke rumah saudaranya di Jakarta!" jawab Santi asal mengarang.
"Kira-kira kapan kembalinya Tante?" tanya Satria kecewa.
"Mungkin seminggu atau paling lama sebulan lagi." jawab Santi mulai jengah dengan pertanyaan Satria.
Satria merasa Santi kurang menyukai kehadiran nya. Ia pun menatap Santi dengan perasaan curiga.
"Tante bohong ya?" tuduh Satria tanpa rasa takut sedikit pun.
"Apa? Lancang kamu ya?! Berani nya kamu menuduh saya berbohong?!" teriak Santi dongkol.
Ia merasa kesal karna Satria bisa mengetahui kebohongan nya.
Teriakan Santi justru mengundang rasa penasaran Indra yang bergegas ikut keluar dari dalam rumah untuk melihat siapa yang datang bertamu ke rumahnya hingga membuat istrinya berteriak keras.
"Kau? mau apa kau kesini hah?! Pergi kau dari sini! Jangan ganggu Aura lagi! Dia akan menikah di jakarta!" bentak Indra marah.
Deg! Deg! Deg!
Perkataan Indra membuat batin Satria berguncang hebat. Ia tak percaya dengan apa yang baru saja ia dengar.
"Menikah? Benarkah Aura akan menikah? Itu tidak mungkin!" Satria merasa lututnya lemas tak bertenaga. Tubuhnya terasa gemetar dengan hebatnya.
Apa benar, Aurora yang di kenal Satria sebagai Aura akan menikah di jakarta?
.
.
.
BERSAMBUNG
suami kasar, si emak kasar juga