Tiga ribu tahun setelah Raja Iblis "Dark" dikalahkan dan sihir kegelapan menghilang, seorang anak terlahir dengan elemen kegelapan yang memicu ketakutan dunia. Dihindari dan dikejar, anak ini melarikan diri dan menemukan sebuah pedang legendaris yang memunculkan kekuatan kegelapan dalam dirinya. Dipenuhi dendam, ia mencabut pedang itu dan mendeklarasikan dirinya sebagai Kuroten, pemimpin pasukan iblis Colmillos Eternos. Dengan kekuatan baru, ia siap menuntut balas terhadap dunia yang menolaknya, membuka kembali era kegelapan yang telah lama terlupakan.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Yusei-kun, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Menjadi Lebih Kuat
Pengumuman dari Kepala Sekolah
Suatu pagi di lapangan utama Akademi Altais, semua siswa berbaris rapi. Mereka berdiri dalam diam, mendengarkan pengumuman dari kepala sekolah yang berdiri di panggung utama.
Kepala Sekolah mengangkat suaranya agar terdengar jelas oleh seluruh siswa:
"Para siswa sekalian, akhir tahun pelajaran segera tiba. Waktu ujian kalian telah dekat, dan sebentar lagi kalian semua akan melangkah ke tingkat yang lebih tinggi dalam pendidikan sihir."
Ia mengalihkan pandangannya kepada siswa kelas satu dan dua.
"Untuk kalian, siswa kelas satu dan dua, persiapkan diri kalian untuk ujian tertulis dan ujian praktik sihir. Ini akan menjadi kesempatan untuk menunjukkan pemahaman kalian atas apa yang telah dipelajari sejauh ini."
Lalu, ia menatap siswa-siswa kelas tiga, dengan nada suara yang sedikit lebih tegas.
"Untuk kalian, siswa kelas tiga, selain ujian tertulis, akan diadakan juga duel antar siswa yang dipilih secara acak. Kalian akan bertarung satu sama lain, dan setiap kemenangan maupun kekalahan akan dinilai. Ini bukan sekadar ujian fisik, tetapi juga ujian mental dan strategi, agar kami bisa menilai kemampuan bertarung kalian di lapangan yang sebenarnya."
Kepala Sekolah kemudian mengarahkan pandangannya kepada siswa kelas empat hingga enam.
"Siswa kelas empat hingga enam, kalian tidak akan mengikuti ujian seperti kelas sebelumnya. Sebagai gantinya, kalian akan menyelesaikan laporan tahunan dari misi atau penelitian yang telah kalian kerjakan sepanjang tahun ini. Pelaporan ini akan menjadi evaluasi atas dedikasi dan kemampuan kalian dalam melaksanakan tugas secara mandiri."
Setelahnya, kepala sekolah melanjutkan dengan pengumuman tambahan.
"Selain itu, akan segera dilaksanakan seleksi bagi calon siswa baru yang akan bergabung di Akademi Altais. Persiapkan diri kalian untuk menyambut teman-teman baru yang mungkin akan menjadi bagian dari tim atau rekan dalam perjalanan kalian ke depan."
Setelah selesai, kepala sekolah mengakhiri pengumumannya dengan suara lantang dan penuh semangat:
"Sekian pengumuman dari saya. Semoga kalian semua dapat menjalani ujian dan tugas-tugas kalian dengan baik. Semoga keberuntungan menyertai kalian, para calon penyihir terbaik masa depan."
Dengan itu, semua siswa membubarkan diri dan bergegas menuju kelas masing-masing, merasakan antusiasme bercampur ketegangan akan ujian dan misi yang menanti mereka di tahun yang akan datang.
Hari ujian tiba, atmosfer di Akademi Altais dipenuhi dengan antusiasme dan ketegangan. Semua siswa, terutama kelas satu hingga tiga, bersiap menghadapi ujian teori dan praktik, sementara kelas empat dan lima mempresentasikan perkembangan tahunan mereka. Siswa kelas enam menjalani presentasi terakhir dari penelitian mereka dan bersiap untuk meninggalkan akademi sebagai lulusan yang matang.
Setelah ujian tertulis dan praktik selesai, akademi mengadakan acara duel antar siswa kelas tiga. Duel ini tidak hanya untuk menunjukkan kemampuan mereka tetapi juga menjadi syarat penting untuk kenaikan kelas. Semua siswa berkumpul di arena utama, dipenuhi oleh sorak-sorai dan semangat yang bergema dari bangku penonton.
Pertarungan Pertama: Yui Melawan Lawannya
Pertarungan pertama dimulai dengan Yui, pengguna sihir petir, yang menghadapi lawan dari elemen tanah. Yui tampak percaya diri; latihan keras dan penguasaannya atas teori sihir petir terlihat jelas. Ia berfokus, mengalirkan petir ke tangannya dengan cekatan.
"Pertarungan pembuka yang menarik! Yui dari elemen petir melawan pengguna elemen tanah! Kita lihat apakah Yui bisa menembus pertahanan lawannya!"
Pertarungan berlangsung dengan ketat, Yui bergerak gesit, menghindari serangan tanah yang dilancarkan lawannya dan mengirimkan serangan petir dengan presisi. Meskipun lawannya mencoba membangun dinding-dinding batu untuk menghalangi, Yui berhasil melewati rintangan dengan serangan petirnya yang kuat.
Penonton: "Ayo, Yui! Serang! Tembus pertahanannya!"
Akhirnya, setelah usaha yang cukup keras, Yui mengalirkan petir ke tanah, menghancurkan pertahanan lawannya dan membuatnya tak mampu melawan lagi. Yui memenangkan pertandingan.
"Sungguh penampilan yang luar biasa dari Yui! Serangan petirnya berhasil mengatasi elemen tanah, dan ia keluar sebagai pemenang!"
Pertarungan berikutnya adalah Yusei, seorang pengguna sihir air, yang berhadapan dengan lawan dari elemen tanah. Yusei tampak tenang dengan pedangnya, Suijin no Tsurugi, siap di genggamannya. Ketika bel berbunyi, lawannya segera membangun pertahanan menggunakan tembok tanah.
"Yusei melawan pengguna elemen tanah! Akankah elemen air mampu menembus pertahanan kuat elemen tanah?"
Yusei langsung menyerang dengan cepat. Suijin no Tsurugi menghantam pertahanan tanah lawannya, membuat tembok-tembok tersebut retak dan hancur. Dalam hitungan detik, Yusei meluncur ke arah lawannya, mengarahkan pedang.
Yusei: "Maaf, tapi aku takkan menahan diri."
Dengan satu serangan cepat, Yusei melumpuhkan lawannya, membuatnya jatuh dan tak mampu melanjutkan pertarungan.
Penonton: "Hebat, Yusei! Tak ada yang bisa menahan serangannya!"
"Pertarungan yang luar biasa cepat! Yusei menunjukkan bahwa tanpa menggunakan elemen air miliknya, ia tetap bisa menang!"
Setelah pertarungan demi pertarungan berlalu, ada yang menang dan juga ada yang kalah. Hingga akhirnya pertarungan yang sangat sengit terjadi.
Pertarungan antara Kiria dan Airi dimulai dengan atmosfer tegang di seluruh arena. Semua penonton, baik siswa maupun guru, memperhatikan dengan antusias, menantikan duel sengit antara dua petarung dari clan petir legendaris: Kiria dari clan Akazuchi dan Airi dari clan Kaminari.
"Inilah pertarungan yang kita tunggu-tunggu! Kiria dari clan Akazuchi, si pengguna petir hitam, melawan Airi dari clan Kaminari dengan petir kuning cemerlangnya! Siapa yang akan menguasai arena ini?!"
Begitu bel dimulai, Kiria langsung melemparkan sambaran petir hitam yang beraura merah, yang menyambar dengan kecepatan luar biasa ke arah Airi. Namun, Airi dengan cepat menghindar, melompat ke udara dan membalas dengan petir kuning yang tak kalah cepat. Petir mereka beradu di udara, menciptakan ledakan dahsyat yang menggetarkan seluruh arena dan membuat penonton berteriak penuh semangat.
"Ayo, Airi! Tunjukkan kekuatanmu!"
"Kiria, habisi dia!" Sorak sorai dari penonton dari luar lapangan
Kiria tak membuang waktu dan segera melancarkan serangan beruntun. Petir hitamnya menghantam lantai arena, menciptakan lubang-lubang dan serpihan yang berterbangan. Airi, yang bergerak lincah, berhasil menghindari setiap serangan sambil terus memanfaatkan busur panah petirnya. Sambil melompat ke sisi arena, Airi menembakkan tiga anak panah petir ke arah Kiria.
Airi: "Kau tak akan bisa mengalahkanku hanya dengan serangan seperti itu, Kiria!"
Kiria memiringkan tubuhnya, menghindari dua panah pertama, tetapi yang ketiga mengenai bahunya, menyebabkan dia terdorong mundur beberapa langkah. Ia meringis, namun ekspresinya tetap tenang.
Kiria: "Ternyata kau bukan hanya bisa berbicara besar, Airi."
Menyeringai, Kiria bangkit dan segera melancarkan petir yang lebih besar, menciptakan lingkaran petir hitam di sekitar dirinya. Petir itu berputar-putar, membentuk medan energi yang membuat penonton terkagum.
"Luar biasa! Kiria menciptakan medan petir! Airi harus menemukan cara untuk menembusnya!"
Airi melangkah maju, menghunus pedangnya yang diselimuti petir kuning, lalu mengalirkan sihirnya dengan intensitas yang lebih besar. Ia maju menerobos medan petir Kiria, menangkis setiap aliran petir hitam dengan ayunan pedangnya yang kuat.
Penonton: "Airi, hati-hati!"
"Medan petir itu sangat kuat!"
Setelah berhasil mendekat, Airi dan Kiria mulai bertarung dalam jarak dekat. Suara logam beradu mengisi udara ketika pedang Airi dan tinju Kiria yang berlapis petir saling beradu. Serangan demi serangan terus mereka lancarkan, masing-masing tidak ingin kalah. Kiria tampak semakin tertekan, tetapi dia terus bertahan dengan serangan tinjunya yang teraliri petir.
Airi: "Kau memang kuat, Kiria, tapi aku tak akan menyerah!"
Kiria: "Bagus, aku juga tidak akan mundur dari sini!"
Keduanya melompat mundur untuk mengambil jarak. Kiria menarik napas dalam, memusatkan kekuatan sihir petir hitamnya, kemudian mengarahkannya ke tinjunya, menciptakan aura petir yang berputar-putar di sekeliling tubuhnya. Ia terlihat seperti sosok petir itu sendiri, memancarkan aura yang membuat penonton terdiam sejenak.
"Wow! Lihat ini! Kiria tampak sedang menggunakan kekuatan penuhnya! Akankah ini menjadi akhir dari pertarungan?"
Airi, melihat Kiria yang bersiap, tidak gentar. Ia juga mengalirkan energi petir ke pedangnya, menyebabkan cahaya kuning terang yang menyilaukan muncul di sepanjang bilahnya. Ia memasang kuda-kuda, siap untuk pertarungan akhir.
Kiria (dalam hati): "Pertarungan ini bukan hanya untuk kemenangan. Ini adalah harga diri clan-ku!"
Dengan teriakan keras, Kiria melesat ke arah Airi, meninju dengan petir yang menyala-nyala. Airi menangkis serangan itu dengan pedangnya, namun dampaknya begitu besar hingga lantai di sekitar mereka retak dan serpihan batu berterbangan.
"Benturan yang luar biasa! Serangan Kiria membuat lantai arena retak!"
Kiria tidak berhenti. Ia terus melancarkan serangan bertubi-tubi, memukul dengan intensitas yang meningkat, membuat Airi harus memutar otaknya untuk bertahan. Dengan cepat, Airi melompat mundur, menghindari pukulan terakhir Kiria yang menghantam tanah hingga menciptakan kawah kecil. Di tengah debu dan puing yang berterbangan, Airi terlihat mengambil jarak sambil mengambil napas.
Airi (tersenyum tipis): "Kau memang tak main-main, Kiria. Tapi aku belum selesai!"
Airi memusatkan energinya sekali lagi, melompat tinggi ke udara dan melepaskan panah petir yang lebih kuat dari sebelumnya. Kiria yang terkejut segera memasang kuda-kuda, menyiapkan pertahanan dengan mengalirkan lebih banyak petir ke tubuhnya.
Panah petir Airi menembus medan pertahanan Kiria dan menciptakan ledakan besar di arena, membuat debu dan kilauan petir memenuhi udara. Ketika debu mulai mereda, Kiria terlihat terengah-engah, namun masih berdiri, menatap Airi dengan mata yang penuh tekad.
Kiria: "Kau membuatku terpojok, Airi... tapi aku tidak akan menyerah."
Sekali lagi, mereka meluncur ke arah satu sama lain, bersiap dengan serangan terakhir mereka. Airi dengan pedangnya yang menyala-nyala dengan petir kuning dan Kiria dengan tinjunya yang berlapis petir hitam. Mereka meluncur, dan benturan kekuatan dahsyat terjadi, mengguncang seluruh arena hingga penonton harus menahan napas.
"Apa yang terjadi?! Siapa yang menang?!". Tanya heran dari penonton
Setelah cahaya petir dan debu reda, Kiria berdiri terengah-engah dengan tinjunya terangkat, sementara Airi berlutut di tanah, kehabisan tenaga. Ekspresi penonton berubah dari ketegangan menjadi kekaguman atas kekuatan dan ketangguhan kedua petarung.
"Sungguh pertarungan luar biasa! Kiria Akazuchi akhirnya memenangkan pertarungan setelah bentrokan yang sangat menegangkan!"
Meskipun menang, Kiria tidak lagi menunjukkan kesombongannya. Ia menatap Airi dengan rasa hormat dan mengangguk sebelum meninggalkan arena. Airi yang terbaring lelah meskipun dengan rasa kecewa karena kalah, iapun tersenyum kecil, mengetahui ia telah memberi yang terbaik.
"Luar biasa! Kedua petarung ini benar-benar mengerahkan segalanya!". Sorak sorai dari penonton yang semakin ricuh
Hari itu, Kiria dan Airi menunjukkan arti sebenarnya dari kekuatan dan ketekunan. Pertarungan mereka menjadi inspirasi bagi seluruh siswa Akademi Altais, memberi mereka semangat untuk terus berlatih dan berjuang menjadi lebih kuat.